Obama Tawari Iran Babak Baru
WASHINGTON (SINDO) – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menawarkan babak baru dalam hubungan diplomatik dengan Iran. Itu disampaikan melalui rekaman video dalam menyambut Tahun Baru Persia,Nowruz,yang berlangsung setiap 21 Maret.
”Pemerintahan saya kini berkomitmen menciptakan diplomasi yang menyentuh berbagai hal antara dua negara,” kata Obama.Dalam pesannya, Obama mengatakan ingin bicara langsung kepada rakyat dan pemimpin negara Republik Islam Iran. Obama juga mengatakan, pemerintahannya berkomitmen mengupayakan hubungan yang konstruktif antara AS,Iran,dan komunitas internasional.
”Dengan akan datangnya sebuah masa baru, kita diingatkan akan betapa berharganya rasa kemanusiaan yang sama-sama kita miliki sehingga kita bisa sekali lagi menyeru pada semangat ini kala kita mencoba memulai babak baru,” ungkap Obama. Obama juga mengingatkan proses ini tidak boleh diawali dengan ancaman. ”Yang kita cari adalah hubungan yang jujur dan berdasar pada sikap saling hormat,” imbuhnya.Nowruz,menurut Obama,menandai awal dari era yang baru.
Era ini menjanjikan kesempatan bagi anak-anak, keamanan keluarga,kemajuan masyarakat, dan perdamaian internasional. Hubungan antara Iran dan AS memburuk selama pemerintahan mantan Presiden George W Bush dalam hampir 30 tahun terakhir.Washington mempermasalahkan program nuklir Teheran yang dianggap kontroversial yang dituding sebagai kedok dari program pembuatan senjata atom. Sementara itu, penasihat media Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad,Ali Akbar Javanfekr menyambut baik uluran tangan perdamaian Obama kepada Teheran.
Dia juga mendesak Obama merealisasikan pernyataannya dengan tindakan nyata untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan di masa lalu. ”Jika Obama menunjukkan kesediaannya untuk melakukan tindakan, Pemerintah Iran tidak akan menunjukkan penentangan terhadapnya,” kata Javanfekr.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, Iran menyambut baik keinginan Presiden Amerika Serikat itu untuk mengesampingkan perselisihan- perselisihan di masa lalu.”Tetapi jalan menuju itu bukan berarti Iran harus melupakan permusuhan di masa lalu dan sikap agresif Amerika Serikat,” imbuh Javanfekr. (AFP/Rtr/BBC/ andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/222825/
”Pemerintahan saya kini berkomitmen menciptakan diplomasi yang menyentuh berbagai hal antara dua negara,” kata Obama.Dalam pesannya, Obama mengatakan ingin bicara langsung kepada rakyat dan pemimpin negara Republik Islam Iran. Obama juga mengatakan, pemerintahannya berkomitmen mengupayakan hubungan yang konstruktif antara AS,Iran,dan komunitas internasional.
”Dengan akan datangnya sebuah masa baru, kita diingatkan akan betapa berharganya rasa kemanusiaan yang sama-sama kita miliki sehingga kita bisa sekali lagi menyeru pada semangat ini kala kita mencoba memulai babak baru,” ungkap Obama. Obama juga mengingatkan proses ini tidak boleh diawali dengan ancaman. ”Yang kita cari adalah hubungan yang jujur dan berdasar pada sikap saling hormat,” imbuhnya.Nowruz,menurut Obama,menandai awal dari era yang baru.
Era ini menjanjikan kesempatan bagi anak-anak, keamanan keluarga,kemajuan masyarakat, dan perdamaian internasional. Hubungan antara Iran dan AS memburuk selama pemerintahan mantan Presiden George W Bush dalam hampir 30 tahun terakhir.Washington mempermasalahkan program nuklir Teheran yang dianggap kontroversial yang dituding sebagai kedok dari program pembuatan senjata atom. Sementara itu, penasihat media Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad,Ali Akbar Javanfekr menyambut baik uluran tangan perdamaian Obama kepada Teheran.
Dia juga mendesak Obama merealisasikan pernyataannya dengan tindakan nyata untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan di masa lalu. ”Jika Obama menunjukkan kesediaannya untuk melakukan tindakan, Pemerintah Iran tidak akan menunjukkan penentangan terhadapnya,” kata Javanfekr.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, Iran menyambut baik keinginan Presiden Amerika Serikat itu untuk mengesampingkan perselisihan- perselisihan di masa lalu.”Tetapi jalan menuju itu bukan berarti Iran harus melupakan permusuhan di masa lalu dan sikap agresif Amerika Serikat,” imbuh Javanfekr. (AFP/Rtr/BBC/ andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/222825/
Komentar