Jonathan Krohn, Berambisi Sebarkan Ideologi Konservatif ke Penjuru AS

Jonathan Krohn mampu membuktikan pada dunia bahwa dunia politik praktis bukan hanya konsumsi orang dewasa saja. Pada usia yang masih bocah, 14 tahun, dia terjun ke politik praktis dan mengklaim dirinya sebagai orang konservatif. Dia pun menuangkan semua unek-unek politiknya dalam sebuah buku berjudul, “Define Conservatism.” Bocah yang pernah terpilih sebagai anak paling berbakat di Atlanta pada 2006, mampu tampil dalam Konferensi Aksi Politik Konservatif di Washington, AS pada beberapa waktu lalu. Dalam pidato politik yang mengangkat tema, “Kemenangan Konservatif di Penjuru Negeri” mengkritiksi tidak diterapkannya prinsip-prinsip Partai Republik. Krohn menyebut “kerang-kerang” harus diisi ideologi konservatif di berbagai wilayah AS. Dia menyebut, “kerang-kerang” itu dapat dituangi dengan retorika dan kedekatan emosional. Padahal, Krohn sendiri belum memiliki hak pilih dan memilih pada pemilu, tetapi mampu menganalisis sedemikian mendalam permasalahan politik AS. Jelas sudah, Krohn memang telah menunjukkan ketertarikan dan bakatnya dalam dunia politik. Dalam pidatonya saja, dia mampu membawa atmosfir yang berbeda dengan para konservatif yang lebih senior. “Saya tertarik dengan dunia politik saat usia delapan tahun. Berawal dengan sering mendengarkan radio, dan sering menghadiri kampanye politik,” paparnya pada Huffington Post. Sejak tertarik dengan dunia politik, Krohn mengaku mempelajari tentang sejarah pemerintahan AS dan peraturan-peraturan Senat. Dia selalu mengikuti acara-acara politik yang membahas tentang kebijakan pemerintahan. Dia pun mengaku mendapatkan pelajar politik dari program radio dan televisi. “Saya mulai memposisikan pikiran dan hati saya sebagai seorang konservatif dengan bendera konservatif,” ungkapnya. Dalam pidato-pidato dan bukunya, Krohn mampu membedah isu-isu politik kekinian. Mulai dari isu reformasi imigrasi hingga dana talangan atau khalayak ramai mengenai dengan istilah bailouts. “Saya pikir mereka telah mengalami kekalahan karena rakyat Amerika melihat partai partai-partai tidak berpijak pada ide cemerlang konservatif,” katanya. Krohn pun menyarankan agar Republik kembali ke idealisme awal, yaitu konservatif. Hanya saja, dia tidak senang kalau dirinya disebut sebagai seorang Republikan (pendukung Republik). “Konservatif, konservatif, konservatif,” katanya. “Banyak orang mengatakan bahwa saya merupakan orang Republik. Bukan, saya adalah orang konservatif. Saya menjadi Republikan ketika saya memilih kandidat pada pemilu,” katanya. Maklum, dia memang belum memiliki hak memilih dan dipilih. Dalam setiap pidatonya, Krohn menggunakan intonasi yang lebih emosional, kadang berbicara panjang tanpa jeda. Untuk mempengaruhi suasana, kedua tanggan kerap menggebrak meja dan memainkan pulpen pada salah satu jarinya sebagai sebagai efek dramatis. Kelemahannya, dikarena masih anak-anak, ibunya, sering mengingatkan Krohn mengenai suatu tema jika dia lupa. Peran ibu dan orang tuanya yang mengarah dan memperhatikan segala aktivitas Korn. Mulai dari jadwal menghadiri acara talk show di radio-radio dan stasiun televisi sampai pendidikannya. Jadwal-jadwal pun selalu disusun ibunya sehingga putra tercintanya tidak kerepotan dan memiliki agenda yang pasti. Berbagai kalangan di kubu Republik pun menanggapi serius kritikan dan arahan dari Krohn. Walaupun pengalaman masih kemarin sore. Pernah, ada beberapa pihak yang memanfaatkan Krohn dalam perebutan kursi gubernur di AS. Namun ibunya, Marla Krohn, tidak tertarik dengan calon gubernur itu. Tapi, Jonathan Krohn tidak senada dengan ibunya. “Kini, saya merupakan seorang pakar politik. Saya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang. Saya dapat berpikir mengenai pencalonan kandidat gubernur itu,” papar Krohn. Tapi, ibunya tetap memerintahkan putranya untuk menggarap pekerjaan rumah yang belum kelar. Jika Krohn yang memiliki bakat sebagai politisi, padahal kedua orang tuanya bukan orang yang menyukai dunia politik praktis. Ayah Krohn, Doug merupakan seorang pakar komputer. Sedangkan ibunya, Marla merupakan tenaga ahli penjualan dan mantan aktris yang mengajar drama dan pidato di sekolah menengah. “Politik sungguh menjemukan dan menjenuhkan,” papar Marla pada The New York Times. Namun, dia justru banyak mengetahui tentang kandidat presiden atau senator dari putranya. Sedangkan, menurut salah satu guru Krohn, Stephen P. Gilchrist, aktivitas Krohn tidak cocok dengan apa yang dia lakukan. “Jonathan Krohn memang pandai berpidato dan memiliki kepribadian yang kuat. Tapi, kalau kita mengenalnya dari dekat, dia sangat pandai bergurau,” ujarnya. Krohn pun belajar bahasa Arab, Latin, dan matematika sebagai bekal di masa depan. Kenapa harus bahasa? Dia mengungkapkan bahwa dalam dunia politik sangat penting berbicara dalam bahasa sekutu AS. Dengan demikian, sekutu AS pun akan merasa dihargai dan akan semakin lengket. Setiap pagi, Krohn bangun pukul 6.00 waktu setempat dan langsung mendengar talk show yang diasuh Bill Bennett, “Morning in America.” Bagi Krohn, Bennett merupakan mentor dan gurunya sekaligus sebagai teman baik. Sedangkan, menurut Bennett, Jonathan (Krohn) adalah anak yang luas biasa, dan sangat spesial. “Dia (Krohn) mampu membuat kagum banyak orang dan terutama saya. Dia adalah anak yang mau belajar dan berusaha,” papar Bennett. Bocah kelahiran 1 Maret 1995 itu menulis buku Define Conservatism sejak usia 13 tahun. Dia mengangkat isu konservatif karena sebagian besar rakyat AS telah mengabaikannya. Buku itu juga dianggap sebagai dukungan terhadap kandidat presiden AS dari Partai Republik John McCain. Di dalam Define Conservatism mengupas tentang empat prinsip fundamental pemikiran konservatif. Mendukung konstitusi AS, menghargai kehidupan, penduli pemerintah, dan tanggungjawab pribadi merupakan keempat prinsip itu. Buku itu, menurut Krohn didedikasi pada Ronald Reagan, William F. Buckley, Jrdan and Barry Goldwater, yang dianggap sebagai pahlawan politiknya. Buku itu bukan yang terakhir, menrut Krohn, dia berencana menulis buku politik yang kedua. Dalam pandangan Lisa De Pasquale, Direktur Persatuan Konservatif Amerika, Krohn harus banyak belajar dan menghadiri konferensi-konferensi. Dengan demikian, Krohn bakal memiliki amunisi dan bekal untuk berpidato dan mempengaruhi orang. “Dia hanya baru menguasai satu perspektif sejarah saja. Dia harus lebih fokus pada sudut pandang antara kulit putih dan hitam di AS, itu lebih menarik,” paparnya. (andika hendra mustaqim)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford