Israel Tolak Tawaran Hamas

JERUSALEM (SINDO) – Perdana Menteri Israel (PM) Ehud Olmert menolak syaratsyarat yang ditawarkan pejuang Hamas dalam pertukaran tawanan.

Olmert mengungkapkan, Israel tidak akan tunduk pada tuntutan organisasi teroris. ”Kami tidak akan menerima syarat apa pun yang ditetapkan Hamas,”kata Olmert menyangkut pertukaran tawanan yang diusulkan itu. Berdasarkan usul tersebut, penguasa di Jalur Gaza akan membebaskan prajurit Gilad Shalit sebagai pertukaran bagi ratusan tahanan Palestina.

Israel setuju untuk membebaskan 320 dari 450 warga Palestina yang ingin Hamas bebaskan.Tapi, Hamas tetap bersikeras pembebasan Shalit sebanding dengan 450 pejuang Palestina dan mereka tidak akan menurunkan syarat itu. ”Kami telah bermurah hati dalam syarat-syarat kami dan kami tidak akan membebaskan tahanan lain selain dari yang telah kami setujui untuk dibebaskan,” kata Olmert.

”Atas nama Israel dan pemerintahnya, saya umumkan ada garis merah yang tidak akan kami lintasi.Kami tidak akan tunduk pada permintaan satu kelompok teroris,” katanya. Olmert juga menuding Hamas sebagai biang kerok penyebab kebuntuan perundingan damai belakangan yang mengakibatkan gagalnya pembebasan tentara Israel.

”Sudah sangat jelas selama berunding, Hamas memiliki pendirian kuat, dan masih bersikeras dengan tuntutannya. Hamas juga terus meningkatkan tawarannya sebagai imbalan pembebasan Shalit,”paparnya. Dengan demikian,Olmert menekankan tak akan ada kesepakatan damai dengan Hamas selama dia menjabat sebagai Perdana Menteri Israel.

Padahal,pembebasan Shalit merupakan hal penting dalam pemerintahan Olmert sebelum lengser. Shalit diculik Juni 2006 dalam sebuah penyergapan yang dilakukan militan terkait Hamas yang saat itu berhasil menewaskan 2 tentara Israel lain.

Benjamin Netanyahu yang tengah menyusun koalisi untuk pemerintah baru Israel diperkirakan akan memimpin pemerintahan garis keras dan kurang menaruh simpati terhadap tuntutan Hamas. Kegagalan pembebasan tahanan ini memicu perkembangan reaksi negatif dari proses damai antara Israel dan Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

Pejabat Pemerintah Israel berulang kali menekankan bahwa pemblokadean Gaza tidak akan dicabut sampai Gilad Shalit dibebaskan.Kondisi tersebut dikhawatirkan akan meningkatkan eskalasi ketegangan antara Hamas dan Israel. Hamas dan Israel tidak menjalin komunikasi secara langsung.

Hamas tak mengakui kedaulatan negara Israel, sementara Israel mempertimbangkan Hamas sebagai kelompok teroris sehingga hubungan kedua pihak selama ini harus dimediasi Pemerintah Mesir. Sementara Hamas balik menyalahkan Israel.”Olmert harus menjadi pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan perundingan itu.

Dia tidak akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan,” ujar Ismail Radwan,pemimpin Hamas di Jalur Gaza. Sementara Osama Hamdan, perwakilan Hamas di Beirut, memperkirakan Hamas akan mendapatkan tawaran minimum di bawah pemerintahan Benjamin Netanyahu.

”Pertukaran tahanan di masa depan kelihatannya minim direalisasi,”katanya. Sementara Olmert juga telah menemui orang tua Shalit yang menggelar protes dengan mendirikan tenda di luar rumah mereka di Jerusalem. Dalam sebuah surat yang ditulis Noam,ayah Shalit, dia meminta Olmert agar tidak membiarkan putranya dalam kurungan Hamas.

”Saya meminta Anda,dari ayah kepada seorang ayah, agar melepaskan anak saya,” demikian bunyi surat itu. ”Gilad (Shalit) diculik selama kepemimpinan Anda. Kami meminta Anda membawa Gilad pulang ke rumah sebelum masa pemerintahan habis, meskipun harga mahal harusditebus,”lanjutsuratitu.

Hal berbeda justru dipaparkan Juru Bicara Olmert, Mark Regev. Dia mengatakan, Israel akan terus melanjutkan pembebasan Shalit sebagai kondisi untuk gencatan senjata yang lebih luas dengan Hamas. (AFP/Rtr/andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/222250/
foto: yahoo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford