Sako Keiichiro, Merancang Gedung dengan 1.000 Jendela

Bagi Sako Keiichiro,39, inovasi dan kreativitas adalah segala-galanya. Dua hal itu membawanya menjadi arsitek papan atas Jepang.

BARU-BARU ini, dia menggemparkan dunia arsitektur dengan membuat bangunan perkantoran berlantai sembilan di China yang memiliki lebih dari 1.000 jendela.

Sako memang berambisi membuat gedung yang memiliki jendela terbanyak di dunia.Hebatnya, tidak ada satu ruangan pun di bangunan itu yang benar-benar berbentuk persegi empat atau bujur sangkar. Selain jendela,setiap ruangan juga memiliki taman kecil. Dalam dunia arsitektur, belakangan ini perpaduan unsur alam dan inovasi memang menjadi tren.

Namun, seperti dilaporkan Today Morning, gedung unik di China itu tetap dianggap sebagai proyek yang sangat sulit pembangunannya. Se- lain membutuhkan waktu lama, proses konstruksi gedung tersebut memerlukan ketelitian dan kejelian. “Begitu uniknya,kalau bangunan itu sudah jadi,semua orang yang ada di dalam gedung kemungkinan akan mudah tersesat,” papar Wei, kepala konstruksi, seperti dikutip ananova.

Bangunan itu diperkirakan selesai pada musim panas tahun ini dan menghabiskan dana 6 juta poundsterling (Rp107,54 miliar). Khusus untuk biaya jendelanya saja memakan dana sebesar 500.000 poundsterling (Rp 9,2 miliar). Bisa dibayangkan, orangorang yang melihat gedung itu pasti terkagum-kagum. Umumnya, mereka berpandangan, gedung perkantoran itu terlihat aneh dan tidak seperti bangunan lain. Selanjutnya,bukan hanya bangunan perkantoran itu saja yang memiliki 1.000 jendela.

Sako pun merancang bangunan hotel berlantai tiga yang memiliki 1.000 jendela. Kenapa harus jendela? Menurut Sako, jendela merupakan instrumen untuk mendatangkan cahaya. Dia menyebut, baik cahaya buatan maupun cahaya alam, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah bangunan. Kendati begitu, baginya cahaya alam lebih penting. “Cahaya alam lebih memberikan gairah dan semangat dibandingkan cahaya buatan,” katanya.

Apalagi, menurut Sako, tren manusia lebih memilih kembali ke alam. “Ke depannya, gedunggedung tertutup bakal ditinggalkan,” prediksinya. Selain inovasi,Sako mengungkapkan, hasil kreasinya lebih mengutamakan aspekaspek tradisi lokal dan lingkungan. Permainan warna dan pencahayaan menjadi unsur yang tidak boleh ditinggalkan. Kemudian, teknik-teknik refleksi atau pembiasan,perpecahan atau pengacakan, minimalis atau maksimalis, gunung atau lembah, tubuh atau kulit, dan berputar atau bergoyang.

Dengan teknikteknik itu, karya Sako berbeda dengan karya arsitek muda lain. Sako juga mengutamakan sisi eksplorasi dan interaksi dalam gedung yang didesainnya. Menurutnya, fungsional dan estetika menjadi suatu hal yang diutamakan dibandingkan lainnya. Dengan demikian, desain bangunan itu akan lebih praktis,elegan, dan mewah. “Itu yang membuat desain gedung rancangan saya akan menciptakan lingkungan yang imajinatif,” paparnya. Karya Sako lainnya adalah bangunan toko buku The Kid’s Republic di Beijing.

Toko buku itu mampu menghadirkan suasana anak-anak, yaitu konsep permainan. “Mulai dari desain interior hingga pernik-pernik bangunan harus terkait dengan pemainan anak-anak. Jadi lingkungan bakal menciptakan kondisi yang imajinatif,” katanya. Salah satu proyek yang dipegang Sako adalah pembangunan sekolah di Provinsi Sichuan, China. Lebih dari 11.000 sekolah hancur karena gempa dahsyat yang terjadi pada 12 Mei tahun lalu. Sako mengaku tertarik mendesain bangunan yang kuat dan aman dari gempa.

“Arsitek juga harus memberikan keamanan dan kepercayaan diri bagi masyarakat melalui karyanya,” ujar Sako. Desain bangunan sekolah ala Sako mengutamakan konstruksi teknologi baru dan baja modern tahan gempa. Bangunan itu juga akan dilengkapi dengan lapangan luas dan taman.Semua bagian di sekolah itu akan tersambung satu sama lain dengan jembatan dan pedestrian. “Saya ingin menciptakan sebuah kompleks sekolah yang mencerminkan komunitas kecil,” paparnya kepada China International Business.

Dia juga mengungkapkan,sekolah dasar harus menonjolkan aspek kebersamaan dibandingkan hierarki. “Saya ingin menghilangkan bahwa bangunan sekolah harus mengikuti stratifikasi kelas dan usia. Saya mendesain gedung yang menunjukkan warna yang kuat bagi suatu komunitas,”paparnya. Dia memilih China dibandingkan negara asalnya, Jepang, dalam meniti karier. Baginya,China memberikan kesempatan untuk terus berkembang dan berinovasi dibandingkan di Jepang.

“Saya merasa kesempatan dan perkembangan pasar di China sangat pesat. Itulah yang membuat saya tetap tinggal di Beijing,”paparnya. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat memicu pembangunan gedung-gedung di China. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Peribahasa itu juga diterapkan Sako. Ketika China lebih menyukai prospek bangunan yang lebih murah, dia pun menerapkan hal itu.Namun, dia tetap memperhatikan aspek kualitas.

Dia juga menerapkan tenaga kerja massal. “Padahal, kalau membangun gedung di luar negeri, yang lebih diutamakan adalah mesin,” ungkapnya bangga. Idealisme arsitek juga tidak selamanya digadaikan oleh permintaan dan tawaran dari keinginan pemilik modal. Menurut Sako, jika sang arsitek memiliki sesuatu yang berbeda dan layak jual, pemilik modal akan kalah. “Untuk menghadirkan sebuah desain yang berbeda diperlukan imajinasi yang datang setiap waktu dan mendatangkan imajinasi adalah suatu tantangan sebagai bagian dari kreativitas,”ungkapnya.

Dengan demikian, karya desain bangunan itu akan menjadi inspirasi kreatif bagi semua orang yang melihatnya. Pria kelahiran Fukuoka, Jepang,pada 1970 itu pernah bekerja di agen desain Riken Yamamoto. Pria yang memiliki agensi desain di Beijing itu merupakan lulusan Institut Teknologi Tokyo. Kemudian dia mendirikan SAKO Architects pada 2004.

Dia juga pernah menjadi dosen tamu di Columbia University,Amerika Serikat. Berulang kali dia diundang sebagai pemateri pada seminar tentang dunia arsitek di berbagai penjuru dunia. Segudang prestasi pun pernah diraihnya. Baru-baru ini, dia meraih EuroShop Retail Design Award. Pada tahun lalu, dia meraih Good Design Awarddi Jepang. (andika hendra mustaqim)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/216694/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford