Petinggi Khmer Merah Disidang
PHNOM PENH(SINDO) – Luka mendalam korban keganasan Khmer Merah di Kamboja mulai terobati sejak dimulainya sidang pemimpin rezim kejam itu,kemarin.
Setelah dinanti selama 30 tahun, kemarin mantan pemimpin Khmer Merah Kaing Guek Eav disidang di pengadilan Phnom Penh. Kaing Guek Eav, yang lebih dikenal sebagai Duch, merupakan kepala penjara yang didakwa melakukan pembunuhan dan penyiksaan terhadap sedikitnya 15.000 tahanan. Proses peradilan ini merupakan hasil dari perundingan sulit selama satu dekade.
Hakim persidangan Duch Nil Nonn mengungkapkan,persidangan pertama ini merupakan realisasi langkah melaksanakan pengadilan yang independen dan adil. Sebab, pemimpin Khmer Merah dianggap yang paling bertanggung jawab atas pelanggaran hukum Kamboja dan hukum internasional. Pembela terdakwa, Francois Roux, mengatakan fakta bahwa Duch yang ditahan selama lebih dari sembilan tahun tanpa proses peradilan tidak bisa diterima.Duch, 66, telah ditahan sejak 1999,dua tahun setelah ditemukan seorang fotografer Inggris.
Duch dibawa dari tempat tahanan ke ruang persidangan yang dibuat khusus dengan kendaraan antipeluru. Dia adalah satu dari lima mantan pemimpin Khmer Merah yang akan diadili. Dia juga telah mengemukakan penyesalan dan meminta maaf kepada para korban. Para warga antre selama berjam-jam untuk menghadiri persidangan dan melihat mantan kepala penjara itu. Bagi warga yang selamat dari kebrutalan itu, hari pertama persidangan merupakan kesempatan bagi mereka melihat satu tokoh utama Khmer Merah diadili.
Salah satu korban selamat kebrutalan Duch adalah Vann Nath,seorang seniman.“Hari ini (kemarin) merupakan hari yang ditunggu selama 30 tahun. Namun, saya tidak mengetahui apakah itu akan mengakhiri penderitaan saya,” ujarnya. Sementara keluarga korban penyiksaan Duch lainnya, Mahd Musa, mengatakan, dia datang ke persidangan ini secara langsung supaya bisa menceritakan kepada penduduk di kampung yang tidak bisa datang. Musa mengaku tujuh anggota keluarganya tewas saat Khmer Merah berkuasa. “Ini hari yang sangat penting bagi saya.
Saya tidak boleh ketinggalan,” tandasnya. Duch, seorang mantan guru, merupakan komandan pusat interogasi Tuol Sleng yang juga dikenal dengan sebutan S-21 di Phnom Penh, selama empat tahun setelah Khmer Merah menang pada 1975. Dia dituduh memerintahkan langsung penyiksaan pada 15.000 tahanan.
Mereka yang selamat dari penyiksaan itu kemudian dikirim untuk dieksekusi di lokasi yang disebut lapangan pembunuhan. BBCmelaporkan,Duch bekerja sama dengan para hakim penyelidik dan diperkirakan akan mengungkap informasi penting mengenai keputusan-keputusan yang diambil oleh kepemimpinan Khmer Merah.
Informasinya bisa membantu persidangan yang akan dilaksanakan tahun ini terhadap tiga terdakwa lain, yaitu Nuon Chea, Ieng Sary, dan Khieu Samphan.Keempat terdakwa itu menyangkal mengetahui kekejaman yang terjadi saat mereka berkuasa. (AFP/Rtr/BBC/ andika hendra m) .
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/214456/
Setelah dinanti selama 30 tahun, kemarin mantan pemimpin Khmer Merah Kaing Guek Eav disidang di pengadilan Phnom Penh. Kaing Guek Eav, yang lebih dikenal sebagai Duch, merupakan kepala penjara yang didakwa melakukan pembunuhan dan penyiksaan terhadap sedikitnya 15.000 tahanan. Proses peradilan ini merupakan hasil dari perundingan sulit selama satu dekade.
Hakim persidangan Duch Nil Nonn mengungkapkan,persidangan pertama ini merupakan realisasi langkah melaksanakan pengadilan yang independen dan adil. Sebab, pemimpin Khmer Merah dianggap yang paling bertanggung jawab atas pelanggaran hukum Kamboja dan hukum internasional. Pembela terdakwa, Francois Roux, mengatakan fakta bahwa Duch yang ditahan selama lebih dari sembilan tahun tanpa proses peradilan tidak bisa diterima.Duch, 66, telah ditahan sejak 1999,dua tahun setelah ditemukan seorang fotografer Inggris.
Duch dibawa dari tempat tahanan ke ruang persidangan yang dibuat khusus dengan kendaraan antipeluru. Dia adalah satu dari lima mantan pemimpin Khmer Merah yang akan diadili. Dia juga telah mengemukakan penyesalan dan meminta maaf kepada para korban. Para warga antre selama berjam-jam untuk menghadiri persidangan dan melihat mantan kepala penjara itu. Bagi warga yang selamat dari kebrutalan itu, hari pertama persidangan merupakan kesempatan bagi mereka melihat satu tokoh utama Khmer Merah diadili.
Salah satu korban selamat kebrutalan Duch adalah Vann Nath,seorang seniman.“Hari ini (kemarin) merupakan hari yang ditunggu selama 30 tahun. Namun, saya tidak mengetahui apakah itu akan mengakhiri penderitaan saya,” ujarnya. Sementara keluarga korban penyiksaan Duch lainnya, Mahd Musa, mengatakan, dia datang ke persidangan ini secara langsung supaya bisa menceritakan kepada penduduk di kampung yang tidak bisa datang. Musa mengaku tujuh anggota keluarganya tewas saat Khmer Merah berkuasa. “Ini hari yang sangat penting bagi saya.
Saya tidak boleh ketinggalan,” tandasnya. Duch, seorang mantan guru, merupakan komandan pusat interogasi Tuol Sleng yang juga dikenal dengan sebutan S-21 di Phnom Penh, selama empat tahun setelah Khmer Merah menang pada 1975. Dia dituduh memerintahkan langsung penyiksaan pada 15.000 tahanan.
Mereka yang selamat dari penyiksaan itu kemudian dikirim untuk dieksekusi di lokasi yang disebut lapangan pembunuhan. BBCmelaporkan,Duch bekerja sama dengan para hakim penyelidik dan diperkirakan akan mengungkap informasi penting mengenai keputusan-keputusan yang diambil oleh kepemimpinan Khmer Merah.
Informasinya bisa membantu persidangan yang akan dilaksanakan tahun ini terhadap tiga terdakwa lain, yaitu Nuon Chea, Ieng Sary, dan Khieu Samphan.Keempat terdakwa itu menyangkal mengetahui kekejaman yang terjadi saat mereka berkuasa. (AFP/Rtr/BBC/ andika hendra m) .
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/214456/
Komentar