MICHELITO LAGRAVERE, Taklukkan Enam Banteng dalam Sekali Atraksi
Michelito Lagravere,11, sungguh luar biasa. Matador cilik ini telah berulang kali melakoni pertarungan berbahaya melawan banteng.
KEHEBATAN Michelito memang tak diragukan. Menjadi matador sejak usia enam tahun,dia kini tercatat telah menaklukkan 160 ekor banteng.Sabtu (24/1) lalu,matador berdarah Prancis-Meksiko ini bahkan mampu membunuh enam banteng dalam sebuah atraksi di Merida, Meksiko.
Dalam atraksi yang memikat 3.500 penonton itu Michelito mempertunjukkan kepiawaiannya menaklukkan satu per satu banteng berusia satu hingga dua tahun.Video atraksi ini akan diajukan ke Guinness World Records untuk kategori jumlah banteng yang dibunuh dan usia sang petarung.
Dipastikan Michelito berhasil memecahkan rekor dunia. Aksi Michelito pada Sabtu (24/1) lalu mendapat tentangan dari berbagai pihak. Para pencinta binatang sempat melakukan protes serta menuntut Pengadilan Meksiko membatalkan pertunjukan sang algojo cilik tersebut.
Namun,Pengadilan Tinggi Meksiko Bagian Selatan menolak tuntutan itu.Pengadilan beralasan, bagi sebagian orang Meksiko dan Spanyol, pertunjukan melawan banteng merupakan tradisi ksatria dan pahlawan. Hakim juga mengaku tak bisa berbuat apa-apa lantaran Michelito memiliki lisensi sekaligus persetujuan dari sang ayah. Sebelumnya, di Prancis, Michelito dilarang tampil sebagai matador.
Michelito ditolak keras oleh aliansi yang membuat peraturan matador di Prancis.Menurut aliansi tersebut, orangtua Michelito tidak mementingkan keselamatan putranya. Mereka berkesimpulan Michelito dipaksa orangtuanya untuk menjadi matador cilik. Michelito dan orangtuanya tetap tak peduli dengan kontroversi tersebut.
Kemampuan Michelito sebagai matador tidak kalah dengan para seniornya. Ketika memainkan kain merah,Michelito sangat lincah. Dia menatap banteng dengan penuh percaya diri dan sama sekali tidak tampak raut takut di mukanya. Dengan baju matador, pedang, dan kain merah,Michelito tampak seperti pria dewasa.
Keahlian menguasai arena pertarungan menjadikannya mampu menaklukkan banteng.Tak mengherankan jika matador cilik itu disukai banyak orang. Penonton selalu berjubel untuk menyaksikan atraksiatraksi Michelito. Dia memiliki banyak penggemar— umumnya orang dewasa. Michelito tidak ambil pusing dengan kontroversi mengenainya. Bagi dia, untuk menjadi terkenal memang sering diliputi kontroversi.
”Tidak ada seorang pun yang bakal menghentikan saya bertarung dengan banteng,” paparnya kepada koran lokal Meksiko,Diario de Yucatan. Michelito pun membantah tudingan berbagai kalangan yang menuduhnya bertanding hanya untuk mencari uang. Dia mengaku sering menolak pemberian uang dari penonton karena dia bertarung mempertaruhkan nyawa, bukan untuk uang.
”Saat ini,saya hanya ingin diizinkan untuk bertarung dengan banteng. Saya dilahirkan menjadi seorang matador dan saya ingin meninggal sebagai matador sejati,” paparnya. Dia mengaku tidak tertarik sama sekali dengan cita-cita kebanyakan anak seusianya yang ingin menjadi dokter,pemain sepak bola ternama,atau arsitek.
”Awalnya saya menganggap matador adalah permainan. Tapi sekarang saya ingin lebih serius mendalami profesi ini Saya akan memilih sesuatu yang berbeda dan menjadi matador profesional ketika saya berusia 14 tahun,”imbuh Michelito kepada Guardian. Aktivis peduli binatang yang mengkritiknya dia samakan dengan orang yang melarang anak laki-lakinya bermain motocross.
”Para aktivis berani mengkritik sesuatu yang mereka sendiri tidak sukai,”paparnya. Dia pun mengaku tidak menyukai sepak bola,tapi dia tidak pernah mengkritik olahraga populer ini.
”Kenyataannya, tidak ada seorang pun yang memaksa para penonton untuk menyaksikan pertunjukan matador atau memberi informasi mengenai jadwal penampilan.Para penggemar itu sendiri yang mencari tahu,”imbuhnya. Michelito tetap menghadapi banyak hambatan untuk beratraksi.Beberapa kota di Meksiko melarang dia tampil.
”Dia (Michelito) bertarung melawan banteng dengan tujuan membunuh binatang itu,” demikian propaganda yang diserukan aktivis peduli banteng. Michelito memang tidak asing dengan dunia penuh bahaya.Ayahnya, Michel Lagravere dikenal sebagai mantan pembunuh banteng kenamaan asal Prancis.
”Saya ingin seperti ayah saya, seorang matador yang hebat,” ungkapnya dikutip Daily Mail. Dia pun berjanji menjadi lebih terkenal dibanding ayahnya.”Saya ingin bertarung dengan banteng dalam keseluruhan hidup saya,” tambahnya. Menurut ayah Michelito, Michel Lagravere, putranya sudah menyukai permainan ini sejak usianya menginjak empat tahun.
”Michelitotelahbertarung sejak usia enam dan dia tidak pernah mengalami cedera serius,” kata Lagravere. Dengan telaten putranya telah banyak berlatih, walaupun pada awal latihan Michelito sering cedera. ”Kami telah menyiapkan perizinan dan jaminan yang sesuai aturan yang berlaku, termasuk kesepakatan penting dengan Asosiasi Matador Nasional,” papar sang ayah kepada Sky News.
Lagravere melihat putranya tidak pantang menyerah dan tidak pernah kapok,walaupun berkali-kali cedera. Awalnya, Lagravere mengaku tidak mengizinkan Michelito menjadi matador. Ibu Michelito, Diana Peniche, tidak memiliki alasan untuk melarang putranya menjadi seorang matador.
Dia menuturkan, orang yang mengikuti perkembangan karier Michelito pasti akan menilai bahwa putranya memiliki kemampuan lebih. Bagaimana kehidupan sang matador cilik? Bocah kelahiran Merida, Meksiko, ini mengaku pergi ke sekolah matador setiap hari, selalu berlatih mengayunkan kain merah.Selain itu dia pergi ke sekolah dasar dan mengerjakan pekerjaan rumah. (andika hendra mustaqim)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/category/104/
KEHEBATAN Michelito memang tak diragukan. Menjadi matador sejak usia enam tahun,dia kini tercatat telah menaklukkan 160 ekor banteng.Sabtu (24/1) lalu,matador berdarah Prancis-Meksiko ini bahkan mampu membunuh enam banteng dalam sebuah atraksi di Merida, Meksiko.
Dalam atraksi yang memikat 3.500 penonton itu Michelito mempertunjukkan kepiawaiannya menaklukkan satu per satu banteng berusia satu hingga dua tahun.Video atraksi ini akan diajukan ke Guinness World Records untuk kategori jumlah banteng yang dibunuh dan usia sang petarung.
Dipastikan Michelito berhasil memecahkan rekor dunia. Aksi Michelito pada Sabtu (24/1) lalu mendapat tentangan dari berbagai pihak. Para pencinta binatang sempat melakukan protes serta menuntut Pengadilan Meksiko membatalkan pertunjukan sang algojo cilik tersebut.
Namun,Pengadilan Tinggi Meksiko Bagian Selatan menolak tuntutan itu.Pengadilan beralasan, bagi sebagian orang Meksiko dan Spanyol, pertunjukan melawan banteng merupakan tradisi ksatria dan pahlawan. Hakim juga mengaku tak bisa berbuat apa-apa lantaran Michelito memiliki lisensi sekaligus persetujuan dari sang ayah. Sebelumnya, di Prancis, Michelito dilarang tampil sebagai matador.
Michelito ditolak keras oleh aliansi yang membuat peraturan matador di Prancis.Menurut aliansi tersebut, orangtua Michelito tidak mementingkan keselamatan putranya. Mereka berkesimpulan Michelito dipaksa orangtuanya untuk menjadi matador cilik. Michelito dan orangtuanya tetap tak peduli dengan kontroversi tersebut.
Kemampuan Michelito sebagai matador tidak kalah dengan para seniornya. Ketika memainkan kain merah,Michelito sangat lincah. Dia menatap banteng dengan penuh percaya diri dan sama sekali tidak tampak raut takut di mukanya. Dengan baju matador, pedang, dan kain merah,Michelito tampak seperti pria dewasa.
Keahlian menguasai arena pertarungan menjadikannya mampu menaklukkan banteng.Tak mengherankan jika matador cilik itu disukai banyak orang. Penonton selalu berjubel untuk menyaksikan atraksiatraksi Michelito. Dia memiliki banyak penggemar— umumnya orang dewasa. Michelito tidak ambil pusing dengan kontroversi mengenainya. Bagi dia, untuk menjadi terkenal memang sering diliputi kontroversi.
”Tidak ada seorang pun yang bakal menghentikan saya bertarung dengan banteng,” paparnya kepada koran lokal Meksiko,Diario de Yucatan. Michelito pun membantah tudingan berbagai kalangan yang menuduhnya bertanding hanya untuk mencari uang. Dia mengaku sering menolak pemberian uang dari penonton karena dia bertarung mempertaruhkan nyawa, bukan untuk uang.
”Saat ini,saya hanya ingin diizinkan untuk bertarung dengan banteng. Saya dilahirkan menjadi seorang matador dan saya ingin meninggal sebagai matador sejati,” paparnya. Dia mengaku tidak tertarik sama sekali dengan cita-cita kebanyakan anak seusianya yang ingin menjadi dokter,pemain sepak bola ternama,atau arsitek.
”Awalnya saya menganggap matador adalah permainan. Tapi sekarang saya ingin lebih serius mendalami profesi ini Saya akan memilih sesuatu yang berbeda dan menjadi matador profesional ketika saya berusia 14 tahun,”imbuh Michelito kepada Guardian. Aktivis peduli binatang yang mengkritiknya dia samakan dengan orang yang melarang anak laki-lakinya bermain motocross.
”Para aktivis berani mengkritik sesuatu yang mereka sendiri tidak sukai,”paparnya. Dia pun mengaku tidak menyukai sepak bola,tapi dia tidak pernah mengkritik olahraga populer ini.
”Kenyataannya, tidak ada seorang pun yang memaksa para penonton untuk menyaksikan pertunjukan matador atau memberi informasi mengenai jadwal penampilan.Para penggemar itu sendiri yang mencari tahu,”imbuhnya. Michelito tetap menghadapi banyak hambatan untuk beratraksi.Beberapa kota di Meksiko melarang dia tampil.
”Dia (Michelito) bertarung melawan banteng dengan tujuan membunuh binatang itu,” demikian propaganda yang diserukan aktivis peduli banteng. Michelito memang tidak asing dengan dunia penuh bahaya.Ayahnya, Michel Lagravere dikenal sebagai mantan pembunuh banteng kenamaan asal Prancis.
”Saya ingin seperti ayah saya, seorang matador yang hebat,” ungkapnya dikutip Daily Mail. Dia pun berjanji menjadi lebih terkenal dibanding ayahnya.”Saya ingin bertarung dengan banteng dalam keseluruhan hidup saya,” tambahnya. Menurut ayah Michelito, Michel Lagravere, putranya sudah menyukai permainan ini sejak usianya menginjak empat tahun.
”Michelitotelahbertarung sejak usia enam dan dia tidak pernah mengalami cedera serius,” kata Lagravere. Dengan telaten putranya telah banyak berlatih, walaupun pada awal latihan Michelito sering cedera. ”Kami telah menyiapkan perizinan dan jaminan yang sesuai aturan yang berlaku, termasuk kesepakatan penting dengan Asosiasi Matador Nasional,” papar sang ayah kepada Sky News.
Lagravere melihat putranya tidak pantang menyerah dan tidak pernah kapok,walaupun berkali-kali cedera. Awalnya, Lagravere mengaku tidak mengizinkan Michelito menjadi matador. Ibu Michelito, Diana Peniche, tidak memiliki alasan untuk melarang putranya menjadi seorang matador.
Dia menuturkan, orang yang mengikuti perkembangan karier Michelito pasti akan menilai bahwa putranya memiliki kemampuan lebih. Bagaimana kehidupan sang matador cilik? Bocah kelahiran Merida, Meksiko, ini mengaku pergi ke sekolah matador setiap hari, selalu berlatih mengayunkan kain merah.Selain itu dia pergi ke sekolah dasar dan mengerjakan pekerjaan rumah. (andika hendra mustaqim)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/category/104/
Komentar