Doa-Pesta Sambut Tahun Kerbau
Tahun Baru China atau Imlek menjadi momen penting bagi warga China maupun keturunan di seluruh penjuru dunia.
DI Negeri Tirai Bambu, pertunjukan kembang api berlangsung meriah.Pada hari di awal tahun baru kemarin, sebagian besar warga turun ke jalan dan bersembahyang ke tempat ibadah.
Para warga pun berdoa agar pada tahun kerbau ini kemakmuran dan keberuntungan selalu berpihak pada mereka. Perayaan Imlek di China dirayakan lebih dari 2,32 miliar orang. Itu karena warga keturunan China dari berbagai penjuru dunia mudik ke kampung halamannya.
Padahal, penduduk China hanya sekitar 1,3 miliar. Bisa dibayangkan sekitar 1 miliar orang keturunan China yang tinggal di berbagai penjuru negara berbondong-bondong merayakan tahun baru di kampung halaman. Di China,sekitar ratusan juta pekerja migran kembali ke kampung halaman untuk makan malam pada perayaan Imlek.
Lain halnya dengan kebanyakan penduduk perkotaan yang memilih berlibur untuk merayakan Imlek. Sebanyak 188 juta warga mudik menggunakan kereta api. Jumlah penumpangangkutanudaramencapai 23,2 juta orang dan pengguna bus 2,07 miliar orang.
Hanya,perayaan Imlek tahun ini diselimuti krisis keuangan global.Tidak mengherankan bila mereka pun dihantui mimpi buruk krisis yang akan menghancurkan peruntungan di tahun baru.
“Saya tidak berharap krisis keuangan akan berdampak pada kehidupan saya,” kata Wang Jiu, 22,pekerja migran dari Provinsi Shandong. Meski demikian,dia yakin optimisme masih menghinggapi pikiran sebagian besar warga China. “Yakinlah, tahun ini merupakan tahun yang baik,” kata Ji Xuejun, 51, pekerja industri farmasi.
Menurutnya, krisis global tidak terlalu berdampak pada China. Dia pun yakin pemerintah mampu menyelesaikan krisis tersebut. “Di mana matahari terbit, di situ ada orang China,” demikian pepatah kuno.Begitu juga di Benua Hitam,Afrika, juga terdapat komunitas China.
Warga China keturunan di Kota Johannesburg, Afrika Selatan, misalnya,menyambut Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai dan pesta kembang api. Kini komunitas kecil ini bebas dari diskriminasi, sama seperti penduduk kulit hitam setelah perjuangan Nelson Mandela tercapai.
“Kami merasa menjadi bagian dari negara ini sekarang. Kami tidak merasa dikucilkan sama sekali. Kami diakui sebagai warga Afrika Selatan,”ujar Edwin Pon, generasi keempat keturunan China di Afrika Selatan. Di Korea Utara (Korut), penduduk negara komunis tersebut memberikan penghormatan pada bapak bangsa Kim Il-sung.
Seperti yang ditayangkan APTN, ribuan orang berkumpul dan berdoa di patung mantan pemimpin Korea Utara (Korut) dengan membawa bunga.“Kita yakin bahwa apa yang kita lakukan akan membawa kesejahteraan dan negara yang kuat,” ungkap Pak Guk-song, penduduk Pyongyang.
Sementara di Malaysia, ribuan warga etnis Tionghoa memilih mudik ke kampung halaman nenek moyang mereka. Sebagian lagi memilih merayakan di luar negeri atau di rumah mereka di Malaysia.Ng Kai Ling, warga setempat, memilih merayakan awal Tahun Baru China dengan berkumpul bersama keluarga. Setelah itu, dia bersama keluarga berlibur ke China selama delapan hari.
“Setelah itu, kami sekeluarga berlibur ke Disneyland, Los Angeles selama 10 hari,” paparnya pada New Straits Times. Di Kanada,kampung pecinan di Golden Village, Richmond, diramaikan dengan berbagai perayaan menyambut Imlek.
Perayaan Imlek tahun ini tak hanya dilakukan oleh komunitas warga keturunan China, aparat pemerintahan dansekolah-sekolahdiwilayah ini juga ikut meramaikannya. Bagi warga China dan keturunan di seluruh penjuru dunia, Imlek merupakan saat untuk berdoa dan berintrospeksi. (AFP/Rtr/NST/ andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/208225/
DI Negeri Tirai Bambu, pertunjukan kembang api berlangsung meriah.Pada hari di awal tahun baru kemarin, sebagian besar warga turun ke jalan dan bersembahyang ke tempat ibadah.
Para warga pun berdoa agar pada tahun kerbau ini kemakmuran dan keberuntungan selalu berpihak pada mereka. Perayaan Imlek di China dirayakan lebih dari 2,32 miliar orang. Itu karena warga keturunan China dari berbagai penjuru dunia mudik ke kampung halamannya.
Padahal, penduduk China hanya sekitar 1,3 miliar. Bisa dibayangkan sekitar 1 miliar orang keturunan China yang tinggal di berbagai penjuru negara berbondong-bondong merayakan tahun baru di kampung halaman. Di China,sekitar ratusan juta pekerja migran kembali ke kampung halaman untuk makan malam pada perayaan Imlek.
Lain halnya dengan kebanyakan penduduk perkotaan yang memilih berlibur untuk merayakan Imlek. Sebanyak 188 juta warga mudik menggunakan kereta api. Jumlah penumpangangkutanudaramencapai 23,2 juta orang dan pengguna bus 2,07 miliar orang.
Hanya,perayaan Imlek tahun ini diselimuti krisis keuangan global.Tidak mengherankan bila mereka pun dihantui mimpi buruk krisis yang akan menghancurkan peruntungan di tahun baru.
“Saya tidak berharap krisis keuangan akan berdampak pada kehidupan saya,” kata Wang Jiu, 22,pekerja migran dari Provinsi Shandong. Meski demikian,dia yakin optimisme masih menghinggapi pikiran sebagian besar warga China. “Yakinlah, tahun ini merupakan tahun yang baik,” kata Ji Xuejun, 51, pekerja industri farmasi.
Menurutnya, krisis global tidak terlalu berdampak pada China. Dia pun yakin pemerintah mampu menyelesaikan krisis tersebut. “Di mana matahari terbit, di situ ada orang China,” demikian pepatah kuno.Begitu juga di Benua Hitam,Afrika, juga terdapat komunitas China.
Warga China keturunan di Kota Johannesburg, Afrika Selatan, misalnya,menyambut Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai dan pesta kembang api. Kini komunitas kecil ini bebas dari diskriminasi, sama seperti penduduk kulit hitam setelah perjuangan Nelson Mandela tercapai.
“Kami merasa menjadi bagian dari negara ini sekarang. Kami tidak merasa dikucilkan sama sekali. Kami diakui sebagai warga Afrika Selatan,”ujar Edwin Pon, generasi keempat keturunan China di Afrika Selatan. Di Korea Utara (Korut), penduduk negara komunis tersebut memberikan penghormatan pada bapak bangsa Kim Il-sung.
Seperti yang ditayangkan APTN, ribuan orang berkumpul dan berdoa di patung mantan pemimpin Korea Utara (Korut) dengan membawa bunga.“Kita yakin bahwa apa yang kita lakukan akan membawa kesejahteraan dan negara yang kuat,” ungkap Pak Guk-song, penduduk Pyongyang.
Sementara di Malaysia, ribuan warga etnis Tionghoa memilih mudik ke kampung halaman nenek moyang mereka. Sebagian lagi memilih merayakan di luar negeri atau di rumah mereka di Malaysia.Ng Kai Ling, warga setempat, memilih merayakan awal Tahun Baru China dengan berkumpul bersama keluarga. Setelah itu, dia bersama keluarga berlibur ke China selama delapan hari.
“Setelah itu, kami sekeluarga berlibur ke Disneyland, Los Angeles selama 10 hari,” paparnya pada New Straits Times. Di Kanada,kampung pecinan di Golden Village, Richmond, diramaikan dengan berbagai perayaan menyambut Imlek.
Perayaan Imlek tahun ini tak hanya dilakukan oleh komunitas warga keturunan China, aparat pemerintahan dansekolah-sekolahdiwilayah ini juga ikut meramaikannya. Bagi warga China dan keturunan di seluruh penjuru dunia, Imlek merupakan saat untuk berdoa dan berintrospeksi. (AFP/Rtr/NST/ andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/208225/
Komentar