Serangan Israel Tewaskan 155 Orang

GAZA (SINDO) – Israel kemarin melancarkan serangan ke Gaza menewaskan sedikitnya 155 warga Palestina. Para pejuang Hammas pun balik melancarkan serangan roket ke wilayah Israel.

Serangan tersebut menimbulkan kepanikan bagi penduduk Gaza. Banyak ibu-ibu yang turun ke jalanan mencari putra putri mereka yang baru saja berangkat sekolah. Kota tersebut dipenuhi awan hitam akibat serangan bom Israel. Serangan tersebut banyak mengenai wilayah padat penduduk.

Menurut pejabat Departmen Kesehatan Gaza Moawiya Hassanai, sedikitnya 155 orang tewas dan lebih 300 orang terluka. Korban paling banyak berada di kantor pusat polisi Hamas. Pengeboman di kemarin pagi merupakan balasan dari serangan roket yang dilancarkan kelompok militan di Gaza ke Israel beberapa hari terakhir. Puluhan jenazah petugas keamanan dikumpulkan.

Sementara Presiden Palestina Mahmud Abbas menyatakan telah menghubungi negara-negara kunci untuk mendesak agar Israel menghentikan serangan ke Gaza. Abbas mengaku telah menghubungi Raja Jordania Abdullah II, dan Raja Saudi Arabia Raja Abdullah. “Kita juga menghubungi Mesir, Uni Eropa, Rusia, PBB untuk menghentikan agresi tersebut, dan memberlakukan kembali gencatan senjata,” ujarnya.

Hamas langsung menyerukan serangan balasan ke wilayah Israel. Juru Bicara Hamas Fawzi Barhoum mengatakan, Hamas akan melanjutkan perlawanan sampai darah penghabisan. Seruan itu pun langsung ditanggapi dengan oleh para pejuang Hamas dengan meluncurkan roket-roket ke wilayah Israel.

“Kita menyerukan pada semua unit untuk membalas dengan segala kekuatan terhadap musuh kita,” ujar Barhoum melalui sebuah radio.

Dilaporkan, serangan Hamas tersebut menewaskan seorang perempuan di kota Netivot. Menurut palang merah Israel, Magen David Adom, roket Hamas tersebut menghantam perempuan tersebut dan melukai orang yang berada di dalam rumah tersebut.

Menurut Juru Bicara militer Israel Avi Benayahu pengeboman itu baru langkah awal. “Ini hanya awal dari operasi yang dilancarkan setelah keputusan kabinet. Kami belum memastikan berapa lama akan berlangsung dan kami akan beraksi berdasarkan situasi di lapangan,” kata Benayahu.

Benayahu mengklaim serangan Israel bertujuan untuk menghentikan serangan pejuang Hamas. “Pasukan Angkatan Udara kami telah menggencarkan serangan terhadap infrastruktur Hamas di Jalur Gaza. Kita ingin menghentikan serangan mereka atas instalasi-instalasi sipil Israel dalam beberapa pekan terakhir,” katanya.

Israel mengklaim telah memperingatkan penduduk sipil di Jalur Gaza mengenai serangan-serangan kami, dan HAMAS harus bertanggungjawab atas situasi ini. “Operasi-operasi kami akan terus berlangsung dan akan diperluas bila perlu,” kata Benayahu. Sementara menurut Juru Bicara Militer Israel Avital Leibovitz, target serangan tersebut adalah semua pejuang Hamas, bukan hanya pemimpin politik Hamas semata.

Sedangkan menurut Menteri Pertahanan Israel Ehud Barack, operasi militer tersebut akan dilanjutkan selama masih diperkukan. Namun, dia tidak menyebutkan apakah serangan udara tersebut bakal diikuti serangan darat. “Kedepannya, tidak mudah bagi kita terutama bagi wilayah di dekat Jalur Gaza,” ujarnya. Dia pun langsung memberlakukan keadaan darurat di wilayah yang berjarak 20 km dari Jalur Gaza.

Kecaman Mengalir

Mesir Hosni Mubarak langsung mengecam serangan udara Israel ke Jalur Gaza tersebut. Dia juga memerintahkan pintu perbatasan di Rafah yang berbatasan langsung dengan Mesir untuk dibuka. Dengan demikian, evakuasi terhadap warga Gaza yang terluka dapat segera dilakukan dan mendapatkan perawatan di rumah sakit Mesir.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Mesir Hossam Zaki telah berjanji bahwa negaranya telah siap membantu pengiriman bantuan-bantuan dari negara atau organisasi manapun ke Palestina lewat wilayah Mesir. Pekan lalu, suatu konvoi Mesir yang mengangkut bahan bantuan kemanusiaan tertahan selama beberapa hari di pintu perbatasan di Gaza.

Sementara, bantuan kemanusiaan Mesir untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza yang diblokade Israel telah memasuki zona konflik itu. Ketua Palang Merah Mesir, Mamdouh Gabr, mengatakan setelah iring-iringan bantuan kemanusiaan pertama yang mencakup bahan pangan dan obat-obatan tersebut tiba di Gaza, pengiriman bantuan serupa berikutnya akan menyusul pekan mendatang.

Gubernur North Sinai yang berbatasan langsung dengan Gaza, Abdel Fadil Shusha telah mengirimkan enam ambulan ke pos perbatasan di Rafah. Mesir pun meningkatkan jumlah pasukan keamanannya di perbatasan menyusul serangan Israel tersebut.

Sedangkan, Amr Mussa, Sekertais Jenderal Liga Arab, menyerukan pertemuan darurat pada Minggu (hari ini) bagi para menteri luar negeri negara-negara Arab. Mussa menyatakan, pertemuan itu ditujukan untuk membahas agresi Israel ke Jalur Gaza. Dia telah meminta Libya, anggota Dewan Keamanan PBB untuk mengorganisir pertemuan darurat tersebut.

Selain itu, Bulan Sabit Merah Iran mengirim bantuan dengan kapal ke Jalur Gaza. “Meski mendapat penentangan dari rezim Zionis. Bantuan ini akan meninggalkan Bandar Abbas menuju Palestina dan tiba dalam waktu 12 hari,” kata seorang direktur provinsi Bulan Sabit Merah yang tidak sebutkan namanya. “Kapal kargo itu membawa 2.000 ton pangan, obat dan perlengkapan dan akan disertai oleh 12 dokter Iran dan pekerja bantuan,” imbuhnya.

Pemerintah Iran langsung mengecam serangan Israel ke Gaza tersebut. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Iran Hassan Ghashgavi memina langkah mendesak dari Dewan Keamanan PBB, Organisasi Konfresi Islam, dan negara lain untuk mencegah rezim Zionis tersebut melanjutkan agresinya. “Kejahatan tersebut merupakan bukti tindakan agresif dari rezim Zionis dan bukti diamnya komunitas internasional,” ujar Ghashgavi.

Di Beirut, puluhan pemuda turun ke jalanan membakar ban, Di kamp pengungsi al-Yarmpuk, Damascus, Syria, puluhan pemuda Palestina menggelar protes atas serangan Israel tersebut. Mereka juga berjanji akan melanjutkan serangan ke Israel.

Hanya Amerika Serikat yang mendukung Israel. “AS menyerukan Israel agar menghindari korban warga sipil dan menitik beratkan serangan pada perjuang Hamas di Gaza,” ujar Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Gordon Johndroe. Washington juga memperingatkan para pejuang Gaza untuk menghentikan serangan roket jika ingin kekerasan dihentikan.

Gencatan Senjata Terkoyak

Kekerasan di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember yang diprakarsai Mesir. Bahkan, ada spekulasi luas bahwa pasukan Israel sedang mempersiapkan aksi militer besar-besaran di jalur pesisir itu. Sejak gencatan senjata tersebut kadaluarsa. Padahal, Mesir telah mencoba mempertemukan Hamas dan Israel untuk memperbaharui gencatan senjata kembali.

Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Abul Gheit pada Kamis (25/12) telah meminta Israel dan Hamas untuk mengendalikan diri setelah pakta gencatan senjata tersebut berakhir. Lebih lanjut, Gheit juga telah menyiapkan undangan pada Hamas dan Fatah ke Kairo untuk berdialog. Hanya saja, Hamas memboikot perundingan rekonsiliasi tersebut sebagai bentuk protes penahanan beberapa anggotanya di Tepi Barat oleh faksi Fatah.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun lalu setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah yaitu Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas. Bentrokan-bentrokan terakhir telah menewaskan sejumlah pejuang bersenjata Palestina, sehingga jumlah korban tewas menjadi sekitar 600 sejak Israel dan Palestina memulai lagi perundingan perdamaian 12 bulan lalu, sebagian besar dari mereka adalah pejuang Gaza.

Tidak ingin kekerasan terus terjadi, Uni Eropa (UE) meminta serangan Israel dihentikan secepatnya. Prancis yang duduk sebagai Presiden UE memberikan perhatian penuh terhadap meningkatnya kekerasan di Jalur Gaza dan banyaknya korban warga sipil.

Sedangkan Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Javier Solana meminta kedua belah pihak, baik Israel dan Hamas untuk kembali menggelar perundingan gencatan senjata secepatnya dengan jangka waktu maksimum. “Segala sesuatu harus dilakukan untuk untuk memberlakukan kembali perundingkan gencatan senjata,” paparnya.

Sementara Raja Abdullah dari Jordania telah menggandeng Presiden Abbas dan Presiden Hosni Mubarak telah meluncurkan Insiatif Internasional dan Arab untuk mengakhiri agresi Israel. Raja Abdullah menyarankan negoisasi sebagai solusi dalam konflik Israel dan Palestina. (AP/AFP/Rtr/CNN/andika hendra m)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford