PAUL MOLLER, Atasi Kemacetan dengan Mobil Terbang
Mobil terbang layaknya di film kartun tak lagi menjadi impian.Paul Moller, 71,berhasil mewujudkan imajinasi mobil terbang menjadi realitas.
DIA memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mengendarai mobil tanpa khawatir terjebak kemacetan. Mobil terbang ciptaan Moller pertama kali mengangkasa pada awal 2002.
Kendaraan ini dapat terbang layaknya helikopter dari satu tempat ke tempat lain, tapi juga bisa melaju di jalanan seperti mobil.Semua sistem penerbangan dikendalikan oleh komputer sehingga pengemudi cukup menggerakkan tuas kontrol ke arah yang diinginkan.
Kendaraan berbahan bakar etanol ini dilengkapi parasut sebagai alat pengaman. Dengan berat 1.088 kg,mobil itu mampu terbang dengan kecepatan lebih dari 600 km per jam. Salah satu jenis mobil ciptaan Moller adalah M200 yang didesain untuk melayang pada ketinggian tiga meter dari permukaan tanah. M200 didesain pada 1989 dengan model mirip piring terbang.
Pengemudi tidak membutuhkan lisensi pilot untuk menerbangkan mobil ini.Daya angkatnya dihasilkan oleh delapan mesin balingbaling. Moller International berencana memproduksi kendaraan rekreasi ini secara terbatas pada tahun depan.
Seiring kemajuan teknologi, proyek M200 dikembangkan menjadi M400. Didukung 8 mesin Rotapower berkekuatan 120 tenaga kuda (HP),M400 bisa terbang 560 km per jam, sejauh 1.440 km. Tiap 24 km mobil itu membutuhkan bahan bakar sekitar 3,8 liter. M400 bisa lepas landas dan mendarat secara vertikal. M400 skycar dihargai sekitar USD500.000.
Selain mobil terbang, Moller juga menciptakan Autovolantor pada September 2008. Mobil hibrida itu adalah hasil persilangan antara mobil dan helikopter buatan Moller International. Konon, desain kendaraan unik ini adalah pesanan seorang pebisnis Rusia yang mengeluhkan kemacetan parah di Moskow. Autovolantor berbeda dengan mobil terbang yang biasa diciptakan Moller.Autovolantor memiliki bentuk sama dengan mobil pada umumnya, dengan empat roda.
”Meskipun mobil terbang itu,mungkin,lebih praktis di beberapa tempat di dunia, dalam pandangan kami pesawat yang dapat digunakan di jalanan jauh lebih praktis bagi banyak orang,” kata Moller dalam situs resminya Moller.com. Sayang, dia mengakui Autovolantor nyaris mustahil digunakan di negaranya.
Secara teknis, Autovolantor mungkin diwujudkan, tapi terbang di kota-kota Amerika Serikat kemungkinan besar tidak bisa dilakukan.”Dapat diwujudkan atau tidak, Autovolantor telah melecut imajinasi untuk berpikir tentang kemungkinan terbang secara vertikal keluar dari kemacetan dan melaju pergi,”imbuhnya seperti dikutip Sacramento Magazine.
Di masa kecil,Moller tidak pernah membayangkan bakal menjadi pencipta mobil masa depan.Tumbuh besar di peternakan ayam di pegunungan British Columbia, Kanada, dia mengaku harus pergi ke sekolah pada musim dingin. Kendati pergi ke sekolah memerlukan pengorban berat, Moller memiliki semangat untuk menepis semua halangan dan rintangan.
Memasuki usia muda, dia menimba ilmu di sekolah teknik untuk belajar memperbaiki pesawat.Kemudian dia ikut kuliah pascasarjana dalam bidang teknik di Universitas McGill dan bekerja di salah satu maskapai di Kanada. Setelah itu, dia pun melanjutkan pendidikannya hingga meraih gelar doktor di Universitas California,Davis, Amerika Serikat dalam bidang teknik penerbangan. (andika hendra mustaqim)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/199675/
Komentar