Zaha Hadid, Kembangkan Arsitektur untuk Perubahan Lingkungan

Zaha Hadid,58,membuktikan bahwa arsitek perempuan juga mampu menghasilkan karya desain yang lebih menyentuh dan menakjubkan.

TAHUN ini, Hadid pun dinobatkan sebagai salah satu dari 100 perempuan berpengaruh di dunia versi majalah Forbes. Pada 2004, dia mendapatkan penghargaan Pritzker Architecture Prize. Hadid menjadi satu-satunya arsitek perempuan yang meraih penghargaan bergengsi itu.

Dalam sejarahnya selama 26 tahun diadakan,Pritzker Prize selalu didominasi arsitek pria. Hadid juga pernah meraih European Union Prize for Contemporary pada 2003 dan Thomas Jefferson Medal in Architecturepada 2007. Berbagai penghargaan dan karya yang telah dibuat Hadid menjadi bukti bakat,visi,dan komitmennya atas inovasi dunia arsitektur.Hadid mampu menghadirkan sentuhan generasi arsitek yang diselimuti paradoks, antara seni atau fungsi,imajinasi atau realitas, dan kesatuan estetis atau pandangan sosial.

Desain-desainnya seperti rumah opera di China, Moscow Expo Center, dan Museum Broad Artdi Universitas Michigan menjadi bukti kepiawaiannya. Selain itu, Hadid juga pernah mendesain The Peak, Hong Kong (1983); Kurfürstendamm, Berlin (1986); Pusat Seni Kontemporer, Cincinnati (1998); dan Museum Guggenheim di Tokyo (2002). Dia juga berkontribusi dalam membangun Museum Karya Senin Islam di Doha,Qatar.

Kini, Hadid sedang mengerjakan beragam proyek, mulai dari pusat Iptek Wolfsburg, Jerman; pelabuhan feri di Salerno, Italia; hingga taman kota dan kompleks bioskop di Barcelona. Perempuan kelahiran Baghdad dan tinggal di London itu rata-rata mendapatkan komisi setiap pengerjaan proyek mencapai USD39 juta. Angka yang sangat fantastis bagi seorang arsitek profesional.

Hadid merupakan seorang arsitek yang tetap konsisten mempertimbangkan batasbatas arsitektur dan desain urban. Eksperimen karyakaryanya dengan kualitas ruangan dan pemaksimalan lanskap yang sudah ada dibumbui estetika yang bervisi. Desain arsitekturnya langsung bersentuhan dengan interior dan furnitur yang ada. Hadid sering disebutsebut sebagai pengusung utama aliran dekonstruksi Derrida di bidang arsitektur.

Bangunan- bangunan yang dia hasilkan selalu berusaha lepas dari tipologi bangunan yang selama ini ada, lalu satu per satu dikonstruksi ulang dengan paham yang berbeda dari yang luas dianut masyarakat. Hasilnya adalah bentuk bangunan yang kadangkadang di luar jangkauan pikiran manusia terhadap suatu bentuk geometri. Karya paling terkenal milik Hadid adalah Stasiun Pemadam Kebakaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Kenapa?

Gedung itu banyak membuat orang tidak akan menyangka bahwa bangunan tersebut adalah stasiun pemadam kebakaran akibat bentuknya yang amburadul. Melalui karyanya ini,tampak bahwa Hadid ingin memunculkan irama petugas pemadam kebakaran yang dituntut bergerak cepat, tetapi memiliki ritual tertentu ke dalam bentuk bangunan.“Saya sangat tertarik untuk mendesain segala sesuatu setiap hari.Suatu ide yang berada di dalam otak harus diekspresikan agar bisa dikenal masyarakat,” katanya. Hadid termasuk arsitek yang konvensional.

Dia lebih sering menggambar sketsa di kertas. “Saya jarang sekali menggunakan komputer,” katanya pada designboom.Setelah itu, dia juga selalu mengonsultasikan karya-karyanya dengan mitra kerja. Dia mengaku tidak mendiskusikan karya-karyanya dengan arsitek dari perusahaan lain. Dalam kerjanya, Hadid membayangkan pekerjaannya sama seperti pianis.

“Tuts piano yang dimainkan pianis kadang tidak dapat diprediksi, tetapi dapat menghipnotis pendengarnya,” katanya.Dalam dunia arsitek, menurut Hadid, apa yang didesain juga kadang tidak dapat diprediksi dan mampu membuat decak kagum orang yang melihat karyanya. Dalam prinsipnya, dunia arsitektur juga selalu berubah- ubah walaupun Hadid mengaku tidak banyak perubahan dan pengembangan yang dilakukan tahun-tahun belakangan ini.Namun, bagi Hadid, setiap arsitek harus memiliki ide-ide gila.

Gedung dan bangunan yang diciptakan itu merupakan wujud dari gabungan unsur seni, estetika, teknologi, dan ilmu pengetahuan. “Berkat ide-ide gila itu akan muncul rancang bangun gedung yang semakin rumit dan unik,” katanya kepada Guardian. Belum cukup sampai di situ. Kepuasan seorang arsitek bukan hanya pada karyanya.

Bagi Hadid,kepuasan arsitek seperti dirinya adalah ketika mampu mengombinasikan karya-karyanya dengan agenda sosial. “Minimal, saya mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan mendesain rumah sakit dan perumahan,”kata Hadid. Salah satu rancangan Hadid untuk Vilnius Guggenheim di Lithuania merupakan pengembangan desain wacana arsitektur yang akan membawa perubahan untuk lingkungannya.

Selain di Lithuania,dia juga mengembangkan proyek baru di Singapura,yaitu membangun tujuh apartemen setinggi 170 meter di Jalan Farrer dengan desain eksotis. Apartemen ini akan menyediakan taman mini dengan konsep ramah lingkungan.Jika dilihat sejajar pada puncak gedung, akan terlihat jajaran bangunan yang mirip dengan jari tangan manusia karena setiap atapnya mempunyai ketinggian berbeda. Karya Hadid lain adalah Rosenthal Center for Contemporary Art (2004) di Cincinnati, Amerika Serikat.

Hadid menggunakan pusat pameran dan pertunjukan seni kontemporer ini untuk membuktikan teorinya tentang urban carpet. Dia ingin para pejalan kaki yang lalu lalang di pedestrian merasakan pula suasana ruang di dalam bangunan sehingga tertarik mencoba ikut ke dalam dan menikmati seluruh karya pameran. Sebenarnya, perempuan kelahiran 31 Oktober 1950 ini meraih gelar sarjana matematika dari American University di Beirut sebelum pindah ke sekolah arsitek di London.

Setelah itu, dia bekerja dengan mantan gurunya, Rem Koolhaas dan Elia Zenghelis, di Kantor Metropolitan Architecture pada 1977. Ingin mandiri, pada 1980, Hadid mendirikan bisnis konsultan arsitektur sendiri di London. Selain berkarier sebagai arsitek, dia juga mengajar di The Architectural Association School of Architecture. Dia juga mengajar di berbagai institusi pendidikan prestisius dunia seperti Harvard University dan University of Illinois di Chicago.

Selain sebagai arsitek,Hadid sering memamerkan seni instalasi yang dibuatnya.Pada Oktober lalu, Hadid menggelar pameran seni instalasi yang bertema Chanel Mobile Artdi New York,Amerika Serikat.“ Semua karya yang dipamerkan merupakan model proyek yang kami kerjakan,” ujarnya. “Sisanya, karyakarya instalasi yang diharapkan akan segera dibangun,” imbuhnya. (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/187881/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford