Oposisi Lumpuhkan Bangkok
BANGKOK (SINDO) – Puluhan ribu demonstran anti-Pemerintah Thailand kemarin memaksa parlemen berhenti beroperasi dan melumpuhkan Ibu Kota Bangkok.
Sesi pertemuan parlemen ditunda akibat aksi yang oleh aktivis oposisi disebut sebagai ”penyelesaian terakhir” untuk membubarkan Pemerintahan Thailand yang dituduh korup. Pengunjuk rasa mengepung gedung parlemen dan memutus aliran listrik ke gedung rakyat itu.
”Parlemen akan menggelar pertemuan lagi saat situasi kembali normal.Saya meminta semua pihak untuk menghentikan gerakan ini sekarang. Jika Anda mencintai Raja, tolong kembali ke rumah,” papar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Thailand Chai Chidchob. Namun kondisi normal tampaknya akan lama terwujud karena menurut oposisi yang dipimpin Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD), unjuk rasa akan semakin panas hari ini.
”Besok akan lebih intensif.Kami meminta Anda tidur nyenyak malam ini untuk menyimpan energi,” papar Chamlong Srimuang, salah seorang pemimpin PAD. Dengan ditundanya sidang parlemen itu, para pemimpin PAD mengklaim telah berhasil memenangi pertarungan pengaruh dengan pemerintah. Selanjutnya, mereka mengatakan kemenangan berikutnya adalah penguasaan kantor sementara pemerintah di Bandara Don Mueang.
Jalanan di Bangkok berubah menjadi lautan warna kuning karena dipenuhi ribuan manusia yang berpakaian kuning, simbol kesetiaan kepada Raja. Mereka juga berhasil membajak empat bus yang digunakan untuk memblokade jalanan.
Karena khawatir terjadi kerusuhan seperti aksi unjuk rasa 7 Oktober lalu yang menewaskan dua orang dan melukai 500 orang,polisi mengerahkan 2.000 personelnya. Polisi memperkirakan jumlah demonstran antipemerintah kemarin mencapai 18.000 orang. Sekitar 2.000 anggota PAD berhasil mengepung kantor sementara Perdana Menteri (PM) Thailand Somchai Wongsawat di bekas bandara internasional Don Mueang.
”Jika menginginkan kami untuk membubarkan diri, pemerintah seharusnya membuka jalan bagi militer untuk mengambil alih kekuasaan,” ujar pensiunan jenderal dan pemimpin PAD Parnthep Puvanartnurak. Pemimpin utama PAD Somsak Kosaisuk dan Somkiat Pongpaiboon juga berkumpul di Dong Mueang.Mereka berjanji memblokade bandara internasional Suvarnabhumi pada Rabu (26/11) untuk mencegah Somchai kembali dari KTT APEC.
Beberapa pengunjuk rasa juga telah menuju Bandara Suvarnabhumi untuk menghadang PM Somchai. Sementara Wakil PM Thailand Chavarat Charnvirakul telah memerintahkan polisi untuk mengamankan kantor pemerintah di bandara.
”Saya telah perintahkan polisi untuk mengambil alih Bandara Don Mueang karena demonstrasi juga telah menguasai pusat pemerintah.Jelas tidak adil dan sungguh memalukan jika harus kehilangan kantor sementara,”katanya.
PM Somchai Wongsawat menegaskan tidak akan mundur dari pemerintahan yang telah memilihnya secara demokratis. Saat berada di Lima, Peru,dia mengaku masih mengikuti perkembangan demonstrasi di negaranya. Somchai percaya militer tidak akan melakukan kudeta.
”Situasi di Thailand hanyalah momen kecil di Bangkok dan tidak signifikan untuk menghancurkan fondasi ekonomi negara,” klaim PM yang merupakan ipar mantan PM Thaksin Sinawatra. Dia juga mengatakan, hanya ada dua hal yang bisa membubarkan pemerintahan Somchai, yaitu pemilihan di parlemen atau pemilihan umum.
Sementara itu,seorang demonstran yang terluka parah akibat ledakan granat, Anupong Samerpak,21, dilaporkan tewas di rumah sakit.Menurut petugas forensik, pihak keluarga telah menerima jenazah korban.Anupong merupakan salah satu korban luka pada ledakan granat pada Sabtu(22/11) lalu.
Sebelumnya, pada Kamis (20/11),satu orang tewas dan 29 orang lainnya terluka pada serangan granat. Juru bicara mantan PM Thaksin,Pongthep Thepkanchana, membantah bahwa ada spekulasi Thaksin akan kembali ke Thailand pada Natal atau tahun baru mendatang.” Dia (Thaksin) tidak pernah mengatakan kepada saya mengenai hal itu,”ujarnya. (AFP/Rtr/Bangkok Post/ andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/189898/
Sesi pertemuan parlemen ditunda akibat aksi yang oleh aktivis oposisi disebut sebagai ”penyelesaian terakhir” untuk membubarkan Pemerintahan Thailand yang dituduh korup. Pengunjuk rasa mengepung gedung parlemen dan memutus aliran listrik ke gedung rakyat itu.
”Parlemen akan menggelar pertemuan lagi saat situasi kembali normal.Saya meminta semua pihak untuk menghentikan gerakan ini sekarang. Jika Anda mencintai Raja, tolong kembali ke rumah,” papar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Thailand Chai Chidchob. Namun kondisi normal tampaknya akan lama terwujud karena menurut oposisi yang dipimpin Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD), unjuk rasa akan semakin panas hari ini.
”Besok akan lebih intensif.Kami meminta Anda tidur nyenyak malam ini untuk menyimpan energi,” papar Chamlong Srimuang, salah seorang pemimpin PAD. Dengan ditundanya sidang parlemen itu, para pemimpin PAD mengklaim telah berhasil memenangi pertarungan pengaruh dengan pemerintah. Selanjutnya, mereka mengatakan kemenangan berikutnya adalah penguasaan kantor sementara pemerintah di Bandara Don Mueang.
Jalanan di Bangkok berubah menjadi lautan warna kuning karena dipenuhi ribuan manusia yang berpakaian kuning, simbol kesetiaan kepada Raja. Mereka juga berhasil membajak empat bus yang digunakan untuk memblokade jalanan.
Karena khawatir terjadi kerusuhan seperti aksi unjuk rasa 7 Oktober lalu yang menewaskan dua orang dan melukai 500 orang,polisi mengerahkan 2.000 personelnya. Polisi memperkirakan jumlah demonstran antipemerintah kemarin mencapai 18.000 orang. Sekitar 2.000 anggota PAD berhasil mengepung kantor sementara Perdana Menteri (PM) Thailand Somchai Wongsawat di bekas bandara internasional Don Mueang.
”Jika menginginkan kami untuk membubarkan diri, pemerintah seharusnya membuka jalan bagi militer untuk mengambil alih kekuasaan,” ujar pensiunan jenderal dan pemimpin PAD Parnthep Puvanartnurak. Pemimpin utama PAD Somsak Kosaisuk dan Somkiat Pongpaiboon juga berkumpul di Dong Mueang.Mereka berjanji memblokade bandara internasional Suvarnabhumi pada Rabu (26/11) untuk mencegah Somchai kembali dari KTT APEC.
Beberapa pengunjuk rasa juga telah menuju Bandara Suvarnabhumi untuk menghadang PM Somchai. Sementara Wakil PM Thailand Chavarat Charnvirakul telah memerintahkan polisi untuk mengamankan kantor pemerintah di bandara.
”Saya telah perintahkan polisi untuk mengambil alih Bandara Don Mueang karena demonstrasi juga telah menguasai pusat pemerintah.Jelas tidak adil dan sungguh memalukan jika harus kehilangan kantor sementara,”katanya.
PM Somchai Wongsawat menegaskan tidak akan mundur dari pemerintahan yang telah memilihnya secara demokratis. Saat berada di Lima, Peru,dia mengaku masih mengikuti perkembangan demonstrasi di negaranya. Somchai percaya militer tidak akan melakukan kudeta.
”Situasi di Thailand hanyalah momen kecil di Bangkok dan tidak signifikan untuk menghancurkan fondasi ekonomi negara,” klaim PM yang merupakan ipar mantan PM Thaksin Sinawatra. Dia juga mengatakan, hanya ada dua hal yang bisa membubarkan pemerintahan Somchai, yaitu pemilihan di parlemen atau pemilihan umum.
Sementara itu,seorang demonstran yang terluka parah akibat ledakan granat, Anupong Samerpak,21, dilaporkan tewas di rumah sakit.Menurut petugas forensik, pihak keluarga telah menerima jenazah korban.Anupong merupakan salah satu korban luka pada ledakan granat pada Sabtu(22/11) lalu.
Sebelumnya, pada Kamis (20/11),satu orang tewas dan 29 orang lainnya terluka pada serangan granat. Juru bicara mantan PM Thaksin,Pongthep Thepkanchana, membantah bahwa ada spekulasi Thaksin akan kembali ke Thailand pada Natal atau tahun baru mendatang.” Dia (Thaksin) tidak pernah mengatakan kepada saya mengenai hal itu,”ujarnya. (AFP/Rtr/Bangkok Post/ andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/189898/
Komentar