Korut Segera Hentikan Pergerakan Lintas Batas
SEOUL(SINDO) – Korea Utara (Korut) akan menghentikan proyek pariwisata bersama Korea Selatan (Korsel) di Gunung Kumgang dan menutup pelayanan kereta api lintas batas mulai pekan depan atau 1 Desember mendatang.
Pyongyang juga akan menghentikan kunjungan warga Korsel ke kompleks industri Kaesong. Militer Korut juga akan membatasi ketat tempat-tempat penyeberangan perbatasan bagi warga Korsel yang menuju kedua proyek bersama itu.
”Boneka Korsel masih berlaku curang dan selalu menggelar konfrontasi serta antireunifikasi,” demikian pesan Korut yang disampaikan kepada Korsel sebagaimana dikutip KCNA. Korut menganggap langkah itu sebagai tindakan pertama untuk mengatasi konflik kedua negara.
Walaupun demikian,Pyongyang tidak mengindikasikan akan menutup pusat industri Kaesong karena menghasilkan puluhan juta dolar per tahunnya bagi negara itu.Yang jelas,Korut telah mengumumkan penutupan perbatasan dengan Korut sejak 12 November lalu. Pernyataan Pyonyang kemarin merupakan indikasi bahwa rencana itu akan segera direalisasi.
Dalam surat kepada kelompok bisnis di Kaesong, yang dikutip Departemen Unifikasi Korsel, separuh warga Korsel yang tidak diperlukan di kawasan industri harus meninggalkan wilayah itu. Pemerintah Korut sendiri juga telah menggelar pertemuan dengan para pemimpin perusahaan di Kaesong.
Dalam pertemuan itu, Pyongyang memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh Korut. Sebelumnya,Pyongyang menganggap penutupan perbatasan merupakan tanggapan pertama atas kegagalan Korsel yang tidak menghormati kesepakatan yang dicapai pada pertemuan antar-Korea pada 2000 dan 2007.Korut menganggap Korsel saat ini lebih memilih tindakan konfrontasi.
”Pemerintahan boneka Korsel tidak mengubah pandangan dan sikap mereka setelah perjanjian yang disepakati kedua pihak dalam pertemuan historis lalu,”demikian pernyataan Korut pada 12 November lalu.”Pendirian dan sikap semacam itu merupakan pelanggaran berat dan memalukan terhadap kesepakatan Utara-Selatan.Aksi konfrontasi Seoul sudah masuk ke tingkat bahaya,”lanjut pernyataan itu.
Penutupan perbatasan tersebut akan menghambat operasional kawasan industri di Kaesong. Di wilayah industri itu, sekitar 32.000 warga Korut mendapatkan penghasilan sekitar USD60 per bulan.Mereka bekerja di 83 perusahaan yang dimiliki pengusaha Korsel.Jumlah warga Korsel yang bekerja di lokasi itu mencapai 1.500 orang.
Menurut Lee Eun-suk, pegawai di Shinwon Corp yang memiliki pabrik garmen di Kaesong,Korut tidak pernah menyatakan akan menghalangi produksi. Dia juga mengatakan Pemerintah Korut tidak pernah mengancam akan mengusir karyawannya.
”Jika kasus paling buruk di mana kita hanya memiliki separuh pegawai, kita pikir tidak ada masalah dalam hal produksi,”ujar Lee. Konflik di Semenanjung Korea semakin panas setelah terpilihnya Lee Myung-bak sebagai Presiden Korsel pada Februari silam.
Lee berjanji menempuh sikap tegas terhadap Korut setelah satu decade lebih Korsel bersikap lunak kepada Pyonyang. Lee juga akan mengkaji ulang beberapa kesepakatan perundingan antara kedua negara dan mempertimbangkan proyek yang bernilai puluhan miliar dolar.
Korut langsung membatalkan perundingan rekonsiliasi dan mengancam akan memutuskan hubungan dengan Seoul. Namun,perang urat syaraf itu hanya berlangsung di tingkat pemerintahan.Penduduk kedua negara itu juga masih dapat saling melintasi perbatasan dengan mudah dan aman. (AP/AFP/Rtr/andika hendra m)http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/189891/
Pyongyang juga akan menghentikan kunjungan warga Korsel ke kompleks industri Kaesong. Militer Korut juga akan membatasi ketat tempat-tempat penyeberangan perbatasan bagi warga Korsel yang menuju kedua proyek bersama itu.
”Boneka Korsel masih berlaku curang dan selalu menggelar konfrontasi serta antireunifikasi,” demikian pesan Korut yang disampaikan kepada Korsel sebagaimana dikutip KCNA. Korut menganggap langkah itu sebagai tindakan pertama untuk mengatasi konflik kedua negara.
Walaupun demikian,Pyongyang tidak mengindikasikan akan menutup pusat industri Kaesong karena menghasilkan puluhan juta dolar per tahunnya bagi negara itu.Yang jelas,Korut telah mengumumkan penutupan perbatasan dengan Korut sejak 12 November lalu. Pernyataan Pyonyang kemarin merupakan indikasi bahwa rencana itu akan segera direalisasi.
Dalam surat kepada kelompok bisnis di Kaesong, yang dikutip Departemen Unifikasi Korsel, separuh warga Korsel yang tidak diperlukan di kawasan industri harus meninggalkan wilayah itu. Pemerintah Korut sendiri juga telah menggelar pertemuan dengan para pemimpin perusahaan di Kaesong.
Dalam pertemuan itu, Pyongyang memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh Korut. Sebelumnya,Pyongyang menganggap penutupan perbatasan merupakan tanggapan pertama atas kegagalan Korsel yang tidak menghormati kesepakatan yang dicapai pada pertemuan antar-Korea pada 2000 dan 2007.Korut menganggap Korsel saat ini lebih memilih tindakan konfrontasi.
”Pemerintahan boneka Korsel tidak mengubah pandangan dan sikap mereka setelah perjanjian yang disepakati kedua pihak dalam pertemuan historis lalu,”demikian pernyataan Korut pada 12 November lalu.”Pendirian dan sikap semacam itu merupakan pelanggaran berat dan memalukan terhadap kesepakatan Utara-Selatan.Aksi konfrontasi Seoul sudah masuk ke tingkat bahaya,”lanjut pernyataan itu.
Penutupan perbatasan tersebut akan menghambat operasional kawasan industri di Kaesong. Di wilayah industri itu, sekitar 32.000 warga Korut mendapatkan penghasilan sekitar USD60 per bulan.Mereka bekerja di 83 perusahaan yang dimiliki pengusaha Korsel.Jumlah warga Korsel yang bekerja di lokasi itu mencapai 1.500 orang.
Menurut Lee Eun-suk, pegawai di Shinwon Corp yang memiliki pabrik garmen di Kaesong,Korut tidak pernah menyatakan akan menghalangi produksi. Dia juga mengatakan Pemerintah Korut tidak pernah mengancam akan mengusir karyawannya.
”Jika kasus paling buruk di mana kita hanya memiliki separuh pegawai, kita pikir tidak ada masalah dalam hal produksi,”ujar Lee. Konflik di Semenanjung Korea semakin panas setelah terpilihnya Lee Myung-bak sebagai Presiden Korsel pada Februari silam.
Lee berjanji menempuh sikap tegas terhadap Korut setelah satu decade lebih Korsel bersikap lunak kepada Pyonyang. Lee juga akan mengkaji ulang beberapa kesepakatan perundingan antara kedua negara dan mempertimbangkan proyek yang bernilai puluhan miliar dolar.
Korut langsung membatalkan perundingan rekonsiliasi dan mengancam akan memutuskan hubungan dengan Seoul. Namun,perang urat syaraf itu hanya berlangsung di tingkat pemerintahan.Penduduk kedua negara itu juga masih dapat saling melintasi perbatasan dengan mudah dan aman. (AP/AFP/Rtr/andika hendra m)http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/189891/
Komentar