Dipecat,Ratusan Buruh China Mengamuk
GUANGDONG(SINDO) – Ratusan buruh yang dipecat dari perusahaan mainan anak di China selatan kemarin bentrok dengan polisi. Kerusuhan tersebut merupakan serangkaian bentrok yang terjadi akibat bertambahnya jumlah pengangguran.
Kerusuhan sebenarnya telah terjadi sejak Selasa (25/11) di Provinsi Guangdong,China selatan,tetapi puncaknya terjadi kemarin.Wilayah jantung ekspor China itu merupakan tempat paling sering terjadi demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan. Kemarin, kerusuhan terjadi setelah 2.000 pekerja dipecat dan menuntut pembayaran pesangon.
Menurut Pemerintah Kota Zhingtang, para pekerja merusak pabrik tempat mereka bekerja sebelumnya. Sebanyak enam orang dilaporkan terluka. ”Perusuh itu juga merusak satu kendaraan polisi dan empat kendaraan patroli. Mereka bentrok dengan polisi dan berhasil memasuki pabrik dan mengamuk,”demikian pernyataan pemerintah.
Kerusuhan itu terjadi di pabrik boneka Kaida yang dimiliki konglomerasi asal Hong Kong di Zhingtang.Menurut petugas polisi setempat,Huang,sebanyak 19 orang berhasil ditahan. ”Berdasarkan penyidikan kami, para perusuh itu bukan hanya berasal dari pegawai Kaida Toy,”ujar Huang.
Menurut Pemerintah Zhingtang, sebanyak 500 pekerja harus bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan itu. Kaida Toy sebenarnya telah beroperasi selama 20 tahun dan mempekerjakan sekitar 6.500 pekerja. Salah satu pekerja Kaida Toy, Hu, mengatakan kepada Guangzhou Daily, perusahaan telah memecat 380 pekerja pada pekan lalu.Para pekerja diberi tunjangan untuk buruh yang telah bekerja di sana selama lebih dari tujuh tahun.
”Banyak pekerja yang menganggap pesangon yang diberikan tidak adil.Sementara negosiasi antara perusahaan dan pekerja tidak mencapai kesepakatan,”ujar Hu. Dalam pernyataannya,Kader Group,konglomerasi yang menaungi Kaida Toy,menyatakan kerusuhan itu terjadi karena isu pesangon.
Namun,Kader menyatakan pembayaran pesangon telah dilakukan sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan China. ”Perusahaan sangat kecewa dengan insiden itu.Kita menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan tetap stabil,”demikian pernyataan Kader. China selatan dikenal sebagai pusat industri China.
Wilayah itu menjadi pemasok produk-produk ekspor ke seluruh dunia,mulai dari boneka yang harganya murah, ponsel hingga pakaian. Namun, banyak perusahaan itu mengalami penurunan produksi seiring krisis global, peningkatan gaji pekerja, meningkatnya bahan baku, dan semakin rendahnya nilai mata uang China.
Bulan lalu, lebih dari 7.000 pegawai yang dipecat juga menggelar unjuk rasa di perusahaan mereka yang ditutup. Padahal,perusahaan itu produsen boneka terbesar di China dan milik konsorsium besar dari Hong Kong. Menteri Keamanan Sosial China Yin Weimin,pekan lalu, menggambarkan bahwa situasi ketenagakerjaan di negaranya dalam kondisi kritis.
Dia juga telah memperingatkan kepala polisi untuk waspada jika terjadi aksi kerusuhan saat demonstrasi. Bahkan, Menteri Keamanan Publik Meng Jianzhu mengatakan, kewaspadaan aparat kepolisian harus ditingkatkan menyusul krisis keuangan global. Jianzhu juga mengatakan stabilitas sosial merupakan hal yang utama. (AFP/Rtr/andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/190601/
Kerusuhan sebenarnya telah terjadi sejak Selasa (25/11) di Provinsi Guangdong,China selatan,tetapi puncaknya terjadi kemarin.Wilayah jantung ekspor China itu merupakan tempat paling sering terjadi demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan. Kemarin, kerusuhan terjadi setelah 2.000 pekerja dipecat dan menuntut pembayaran pesangon.
Menurut Pemerintah Kota Zhingtang, para pekerja merusak pabrik tempat mereka bekerja sebelumnya. Sebanyak enam orang dilaporkan terluka. ”Perusuh itu juga merusak satu kendaraan polisi dan empat kendaraan patroli. Mereka bentrok dengan polisi dan berhasil memasuki pabrik dan mengamuk,”demikian pernyataan pemerintah.
Kerusuhan itu terjadi di pabrik boneka Kaida yang dimiliki konglomerasi asal Hong Kong di Zhingtang.Menurut petugas polisi setempat,Huang,sebanyak 19 orang berhasil ditahan. ”Berdasarkan penyidikan kami, para perusuh itu bukan hanya berasal dari pegawai Kaida Toy,”ujar Huang.
Menurut Pemerintah Zhingtang, sebanyak 500 pekerja harus bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan itu. Kaida Toy sebenarnya telah beroperasi selama 20 tahun dan mempekerjakan sekitar 6.500 pekerja. Salah satu pekerja Kaida Toy, Hu, mengatakan kepada Guangzhou Daily, perusahaan telah memecat 380 pekerja pada pekan lalu.Para pekerja diberi tunjangan untuk buruh yang telah bekerja di sana selama lebih dari tujuh tahun.
”Banyak pekerja yang menganggap pesangon yang diberikan tidak adil.Sementara negosiasi antara perusahaan dan pekerja tidak mencapai kesepakatan,”ujar Hu. Dalam pernyataannya,Kader Group,konglomerasi yang menaungi Kaida Toy,menyatakan kerusuhan itu terjadi karena isu pesangon.
Namun,Kader menyatakan pembayaran pesangon telah dilakukan sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan China. ”Perusahaan sangat kecewa dengan insiden itu.Kita menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan tetap stabil,”demikian pernyataan Kader. China selatan dikenal sebagai pusat industri China.
Wilayah itu menjadi pemasok produk-produk ekspor ke seluruh dunia,mulai dari boneka yang harganya murah, ponsel hingga pakaian. Namun, banyak perusahaan itu mengalami penurunan produksi seiring krisis global, peningkatan gaji pekerja, meningkatnya bahan baku, dan semakin rendahnya nilai mata uang China.
Bulan lalu, lebih dari 7.000 pegawai yang dipecat juga menggelar unjuk rasa di perusahaan mereka yang ditutup. Padahal,perusahaan itu produsen boneka terbesar di China dan milik konsorsium besar dari Hong Kong. Menteri Keamanan Sosial China Yin Weimin,pekan lalu, menggambarkan bahwa situasi ketenagakerjaan di negaranya dalam kondisi kritis.
Dia juga telah memperingatkan kepala polisi untuk waspada jika terjadi aksi kerusuhan saat demonstrasi. Bahkan, Menteri Keamanan Publik Meng Jianzhu mengatakan, kewaspadaan aparat kepolisian harus ditingkatkan menyusul krisis keuangan global. Jianzhu juga mengatakan stabilitas sosial merupakan hal yang utama. (AFP/Rtr/andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/190601/
Komentar