Chen Teruskan Mogok Makan
TAIPEI(SINDO) – Mantan Presiden Taiwan Chen Shui-Bian tetap melanjutkan aksi mogok makan di hari ketujuh,kemarin, meskipun terbaring lemah di rumah sakit.
Chen tetap menolak makanan yang disajikan selama tujuh hari, sejak masuk penjara, untuk memprotes penahanan terhadap dirinya terkait dengan kasus korupsi. Chen menunjukkan kepada publik bahwa dirinya tidak terima atas perintah penahanannya.
Mantan Presiden Taiwan itu berulang kali menyangkal tuduhan korupsi pada dirinya, keluarga, dan sejumlah mantan pejabat tinggi yang bekerja dalam pemerintahannya saat masih berkuasa.
Pada hari kelima mogok makan,Chen langsung dilarikan ke rumah sakit karena mengeluh sakit setelah menolak pengobatan di penjara. Presiden yang memerintah Taiwan selama periode 2000– 2008 tersebut kemudian mendapat suntikan saline dan glukosa untuk memulihkan kondisi fisiknya.
Dokter yang merawat Chen, Yang Chang-Bin,menuturkan, mantan Presiden Chen melanjutkan mogok makan, tetapi kondisinya tidak dalam bahaya.” Dia(Chen) tetaptidakmau makan,”ungkap Yang.”Tetapi Chendalamkeadaansadardan kondisinya mulai stabil,”cetus Yang.
Sayang Yang tidak memberikan petunjuk berapa lama Chen mesti dirawat di rumah sakit. Chen tetap bersikeras menolak desakan keluarga dan kerabat yang memohon agar dia mengakhiri aksi mogok makan itu. Sementara itu,sekitar 100 pendukung mantan Presiden Taiwan Chen Shui-Bian menggelar unjuk rasa di luar rumah sakit tempat dia dirawat.
Para pendukung Chen itu menganggap penahanan tersebut sebagai bentuk penganiayaan politik. Ratusan pendukung Chen berterik, ”hukum yang tidak adil”dan ”penganiayaan politik”. Pada akhir pekan silam, kelompok pendukung Chen juga menggelar unjuk rasa di Taipei. Mereka memprotes keputusan pemerintahan Presiden Taiwan Ma Ying- Jeou yang dianggap tidak adil.
”Pemerintah telah melanggar hak asasi manusia,” kata mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat Taiwan Chang Chun-Hsiung. Chen resmi ditahan pada Rabu (12/11) dan menjadi presiden pertama Taiwan yang dimasukkan ke sel penjara. Chen dituduh menggelapkan dana sekitar 15 juta dolar Taiwan atau USD450.000 ketika menjabat sebagai presiden.
Dia juga dicurigai mengirimkan sedikitnya 1 miliar dolar Taiwan atau sekitar USD30,4 juta ke Jepang,Amerika Serikat, Kepulauan Cayman, Singapura,dan Swiss. Chen dipandang sebagai tokoh yang sangat menginginkan Taiwan merdeka dari China.
Selama delapan tahun berkuasa (2000–2008), Chen dinilai sangat meresahkan China karena berupaya melakukan referendum untuk menegaskan kemerdekaan Taiwan sebagai negara berdaulat. Namun ambisi Chen belum terwujud karena harus pensiun sebagai presiden pada 20 Mei 2008.
Chen juga pernah mengungkapkan bahwa dirinya korban Pemerintah China. Selama delapan tahun Chen menjabat sebagai Presiden Taiwan, hubungan Beijing- Taipei memanas. China menyebut Chen sebagai ”batu terbesar” yang menghalangi reunifikasi Taiwan dengan China daratan.
”Kasus ini merupakan penganiayaan politik dan perburuan jahat politis,” ungkap Chen saat itu. Mantan Presiden Taiwan itu menjelaskan, Presiden Ma ingin memasukan dirinya ke penjara sebagai tumbal untuk memenuhi tuntutan China. ”Saya sangat terhormat dan bangga memainkan peran itu,” ucapnya.
”Saya tidak akan ditahan dengan siasia. Hidup demokrasi Taiwan. Hidup kemerdekaan Taiwan,” imbuhnya. Pemeriksaan kasus korupsi Chen, keluarga, dan para koleganya merusak citra oposisi Partai Demokratik Progresif (DPP) yang mendukung Chen sebagai presiden dan akan menghadapi berbagai pemilihan lokal pada 2009.
Apalagi 70% dari 1.032 orang yang disurvei harian Apple Daily menyatakan Chen pantas menerima hukuman. Lebih dari 21% menganggap bahwa penangkapan Chen tidak adil. Presiden Ma kemarin mengatakan pemerintahannya meresmikan penerbangan langsung antara Taiwan dan China dalam waktu setengah tahun.
Penerbangan langsung itu menandakan hubungan perdagangan yang lebih erat antara kedua negara. ”Kita akan mendorong berbagai kerja sama yang lebih praktis dan bermanfaat,” ungkap Ma pada pertemuan bisnis kemarin. ”Kita harus memulai proses itu dengan bertahap,” ujarnya sesuai janjinya mengangkat ekonomi Taiwan dengan bekerja sama dengan China. (AP/AFP/Rtr/ andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/188120/
Chen tetap menolak makanan yang disajikan selama tujuh hari, sejak masuk penjara, untuk memprotes penahanan terhadap dirinya terkait dengan kasus korupsi. Chen menunjukkan kepada publik bahwa dirinya tidak terima atas perintah penahanannya.
Mantan Presiden Taiwan itu berulang kali menyangkal tuduhan korupsi pada dirinya, keluarga, dan sejumlah mantan pejabat tinggi yang bekerja dalam pemerintahannya saat masih berkuasa.
Pada hari kelima mogok makan,Chen langsung dilarikan ke rumah sakit karena mengeluh sakit setelah menolak pengobatan di penjara. Presiden yang memerintah Taiwan selama periode 2000– 2008 tersebut kemudian mendapat suntikan saline dan glukosa untuk memulihkan kondisi fisiknya.
Dokter yang merawat Chen, Yang Chang-Bin,menuturkan, mantan Presiden Chen melanjutkan mogok makan, tetapi kondisinya tidak dalam bahaya.” Dia(Chen) tetaptidakmau makan,”ungkap Yang.”Tetapi Chendalamkeadaansadardan kondisinya mulai stabil,”cetus Yang.
Sayang Yang tidak memberikan petunjuk berapa lama Chen mesti dirawat di rumah sakit. Chen tetap bersikeras menolak desakan keluarga dan kerabat yang memohon agar dia mengakhiri aksi mogok makan itu. Sementara itu,sekitar 100 pendukung mantan Presiden Taiwan Chen Shui-Bian menggelar unjuk rasa di luar rumah sakit tempat dia dirawat.
Para pendukung Chen itu menganggap penahanan tersebut sebagai bentuk penganiayaan politik. Ratusan pendukung Chen berterik, ”hukum yang tidak adil”dan ”penganiayaan politik”. Pada akhir pekan silam, kelompok pendukung Chen juga menggelar unjuk rasa di Taipei. Mereka memprotes keputusan pemerintahan Presiden Taiwan Ma Ying- Jeou yang dianggap tidak adil.
”Pemerintah telah melanggar hak asasi manusia,” kata mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat Taiwan Chang Chun-Hsiung. Chen resmi ditahan pada Rabu (12/11) dan menjadi presiden pertama Taiwan yang dimasukkan ke sel penjara. Chen dituduh menggelapkan dana sekitar 15 juta dolar Taiwan atau USD450.000 ketika menjabat sebagai presiden.
Dia juga dicurigai mengirimkan sedikitnya 1 miliar dolar Taiwan atau sekitar USD30,4 juta ke Jepang,Amerika Serikat, Kepulauan Cayman, Singapura,dan Swiss. Chen dipandang sebagai tokoh yang sangat menginginkan Taiwan merdeka dari China.
Selama delapan tahun berkuasa (2000–2008), Chen dinilai sangat meresahkan China karena berupaya melakukan referendum untuk menegaskan kemerdekaan Taiwan sebagai negara berdaulat. Namun ambisi Chen belum terwujud karena harus pensiun sebagai presiden pada 20 Mei 2008.
Chen juga pernah mengungkapkan bahwa dirinya korban Pemerintah China. Selama delapan tahun Chen menjabat sebagai Presiden Taiwan, hubungan Beijing- Taipei memanas. China menyebut Chen sebagai ”batu terbesar” yang menghalangi reunifikasi Taiwan dengan China daratan.
”Kasus ini merupakan penganiayaan politik dan perburuan jahat politis,” ungkap Chen saat itu. Mantan Presiden Taiwan itu menjelaskan, Presiden Ma ingin memasukan dirinya ke penjara sebagai tumbal untuk memenuhi tuntutan China. ”Saya sangat terhormat dan bangga memainkan peran itu,” ucapnya.
”Saya tidak akan ditahan dengan siasia. Hidup demokrasi Taiwan. Hidup kemerdekaan Taiwan,” imbuhnya. Pemeriksaan kasus korupsi Chen, keluarga, dan para koleganya merusak citra oposisi Partai Demokratik Progresif (DPP) yang mendukung Chen sebagai presiden dan akan menghadapi berbagai pemilihan lokal pada 2009.
Apalagi 70% dari 1.032 orang yang disurvei harian Apple Daily menyatakan Chen pantas menerima hukuman. Lebih dari 21% menganggap bahwa penangkapan Chen tidak adil. Presiden Ma kemarin mengatakan pemerintahannya meresmikan penerbangan langsung antara Taiwan dan China dalam waktu setengah tahun.
Penerbangan langsung itu menandakan hubungan perdagangan yang lebih erat antara kedua negara. ”Kita akan mendorong berbagai kerja sama yang lebih praktis dan bermanfaat,” ungkap Ma pada pertemuan bisnis kemarin. ”Kita harus memulai proses itu dengan bertahap,” ujarnya sesuai janjinya mengangkat ekonomi Taiwan dengan bekerja sama dengan China. (AP/AFP/Rtr/ andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/188120/
Komentar