Menolong dengan Penuh Keberanian
NAMA Endang Arifin memang tidak akrab di telinga kebanyakan warga Indonesia. Namun, publik Jepang sangat mengenal nama itu sebagai penolong dua warga Jepang yang tenggelam.
Nyawa warga yang ditolongnya selamat, tetapi Endang harus rela kehilangan nyawanya. Untuk menghargai jasa kepahlawanan almarhum Endang tersebut,Kepolisian Jepang mengundang keluarga almarhum untuk menghadiri upacara nasional pada 30 Oktober mendatang di Jepang.
Upacara itu bertujuan mengenang arwah petugas kepolisian dan orang-orang yang tewas karena membantu tugas polisi. Tentu saja,nama Endang masuk dalam tinta emas Pemerintah Jepang. ”Tahun ini,arwah mendiang Endang akan dihibur oleh Kepolisian Jepang,” ujar Ryota Seijo,Atase Kepolisian dan First Secretary di Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia kemarin di Jakarta.
Upacara demikian yang kali ini untuk ke-36 rutin diselenggarakan setiap bulan Oktober. Menurut Seijo, tujuan lain upacara itu untuk menghibur pihak keluarga korban.Menurut dia,upacara itu merupakan adat istiadat yang sangat penting bagi warga Jepang.Perdana Menteri Jepang Taro Aso bahkan akan menghadiri acara itu.
”Upacara itu hanya ada di Jepang dan tidak ada di luar negeri karena merupakan adat istiadat kami,” paparnya. Selama ini,menurut Seijo, sangat jarang arwah warga negara asing yang dikenang dalam upacara itu. ”Almarhum Endang merupakan orang Indonesia pertama yang dikenang dalam upacara nasional itu,”cetusnya.
Kepahlawanan Endang berawal ketika dia sedang magang teknik perikanan pada 11 Agustus 2007. Saat itu dia melihat dua warga Jepang tenggelam di Pantai Miyazaki.Tanpa pikir panjang, dia menolong kedua warga Jepang tersebut.”Namun, Endang meninggal dunia dan kedua warga Jepang yang ditolong itu selamat,” kata Seijo.
Padahal,menurut Seijo, Endang sebenarnya tidak bisa berenang. Hal itu diketahui setelah Seijo berkunjung ke rumah keluarga Endang di Cirebon.Dalam kunjungannya, Seijo mendapat banyak informasi mengenai almarhum. ”Sebelum Endang meninggal dunia,Pak Wasji (ayah Endang) sempat berbicara kepada Endang,‘ Kalau di Jepang ada orang-orang yang harus dibantu, maka Endang harus membantu,’” ujar Wasji seperti yang dituturkan kepada Seijo.
Lebih lanjut, Seijo mengatakan, banyak warga Jepang mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan Endang merupakan perbuatan yang luar biasa. ”Apa yang dilakukan Endang itu penuh rasa cinta dan keberanian,” paparnya. Aksi Endang juga difilmkan (film dokumenter) oleh sutradara mantan guru sekolah Jepang di Bandung, bekerja sama dengan Jakarta Shimbun.
Film ini menceritakan siapa Endang dan aksi penyelamatan itu. Menurut Sheijo, setelah film dokumenter itu ditayangkan, banyak warga Jepang yang terkejut. Dia mengatakan, susah mencari orang Jepang yang begitu berani ketika ada orang yang tenggelam dan harus dibantu. ”Di Jepang,mungkin susah mencari orang seperti itu. Padahal, Endang itu bukan orang Jepang,tapi dia membantu orang Jepang,” pungkasnya. (andika hendra m)
Nyawa warga yang ditolongnya selamat, tetapi Endang harus rela kehilangan nyawanya. Untuk menghargai jasa kepahlawanan almarhum Endang tersebut,Kepolisian Jepang mengundang keluarga almarhum untuk menghadiri upacara nasional pada 30 Oktober mendatang di Jepang.
Upacara itu bertujuan mengenang arwah petugas kepolisian dan orang-orang yang tewas karena membantu tugas polisi. Tentu saja,nama Endang masuk dalam tinta emas Pemerintah Jepang. ”Tahun ini,arwah mendiang Endang akan dihibur oleh Kepolisian Jepang,” ujar Ryota Seijo,Atase Kepolisian dan First Secretary di Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia kemarin di Jakarta.
Upacara demikian yang kali ini untuk ke-36 rutin diselenggarakan setiap bulan Oktober. Menurut Seijo, tujuan lain upacara itu untuk menghibur pihak keluarga korban.Menurut dia,upacara itu merupakan adat istiadat yang sangat penting bagi warga Jepang.Perdana Menteri Jepang Taro Aso bahkan akan menghadiri acara itu.
”Upacara itu hanya ada di Jepang dan tidak ada di luar negeri karena merupakan adat istiadat kami,” paparnya. Selama ini,menurut Seijo, sangat jarang arwah warga negara asing yang dikenang dalam upacara itu. ”Almarhum Endang merupakan orang Indonesia pertama yang dikenang dalam upacara nasional itu,”cetusnya.
Kepahlawanan Endang berawal ketika dia sedang magang teknik perikanan pada 11 Agustus 2007. Saat itu dia melihat dua warga Jepang tenggelam di Pantai Miyazaki.Tanpa pikir panjang, dia menolong kedua warga Jepang tersebut.”Namun, Endang meninggal dunia dan kedua warga Jepang yang ditolong itu selamat,” kata Seijo.
Padahal,menurut Seijo, Endang sebenarnya tidak bisa berenang. Hal itu diketahui setelah Seijo berkunjung ke rumah keluarga Endang di Cirebon.Dalam kunjungannya, Seijo mendapat banyak informasi mengenai almarhum. ”Sebelum Endang meninggal dunia,Pak Wasji (ayah Endang) sempat berbicara kepada Endang,‘ Kalau di Jepang ada orang-orang yang harus dibantu, maka Endang harus membantu,’” ujar Wasji seperti yang dituturkan kepada Seijo.
Lebih lanjut, Seijo mengatakan, banyak warga Jepang mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan Endang merupakan perbuatan yang luar biasa. ”Apa yang dilakukan Endang itu penuh rasa cinta dan keberanian,” paparnya. Aksi Endang juga difilmkan (film dokumenter) oleh sutradara mantan guru sekolah Jepang di Bandung, bekerja sama dengan Jakarta Shimbun.
Film ini menceritakan siapa Endang dan aksi penyelamatan itu. Menurut Sheijo, setelah film dokumenter itu ditayangkan, banyak warga Jepang yang terkejut. Dia mengatakan, susah mencari orang Jepang yang begitu berani ketika ada orang yang tenggelam dan harus dibantu. ”Di Jepang,mungkin susah mencari orang seperti itu. Padahal, Endang itu bukan orang Jepang,tapi dia membantu orang Jepang,” pungkasnya. (andika hendra m)
Komentar