Livni Serukan Percepatan Pemilu
YERUSSALEM (SINDO) – Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni kemarin menyerukan percepatan pemilu setelah gagal membentuk pemerintahan koalisi.
Kegagalan itu menghancurkan harapannya untuk mencapai kesepakatan damai dengan Palestina tahun ini. Pernyataan Livni itu dikemukakan setelah pertemuan dengan Presiden Israel Shimon Peres. Livni gagal membentuk pemerintahan baru dalam jangka waktu satu bulan setelah pemilihan ketua Partai Kadima.
Padahal, seharusnya dia dapat menduduki jabatan Perdana Menteri (PM) menggantikan Ehud Olmert yang dituding terkait skandal korupsi. Sayangnya, usaha Livni sia-sia karena mendapat ganjalan dari Partai Shas ultraortodoks. Partai Shas pada Jumat (24/10) lalu menyatakan tidak akan bergabung dengan pemerintahan koalisi karena menolak kebijakan Livni mengenai anggaran dan kesediaan berdialog dengan Palestina mengenai masalahYerussalem.
”Hari-hari ini membuktikan bahwa pembentukan koalisi batal karena banyak syarat yang tidak mungkin dilaksanakan. Saya telah mencobanya,” ungkap Livni kepada para menteri dari Partai Kadima dalam rapat mingguan. Livni mengatakan, ketika koalisi ini berhasil dibentuk, semua orang akan mengambil keuntungan dengan mengambil kesempatan untuk membuat permintaan yang tidak wajar,baik masalah keuangan atau pun proses perdamaian.
”Saya putuskan untuk menghentikanprosespembentukan koalisi dan menyerukan pemilihan dipercepat,”tuturnya. Kegagalan Livni dalam pembentukan koalisi mengindikasikan bahwa dia merupakan perempuan yang memegang prinsip. ”Saya ada di sini tidak untuk bertahan,tapi saya di sini untuk memimpin,” ujarnya kepadaharian theMaariv.
” Anda tidak dapat memaksa saya.Kondisi negara dalam keadaan baik merupakan agenda utama saya,”tuturnya kepada Yedioth Ahronot. Seruan untuk percepatan pemilu akan memperpanjang ketegangan politik di Israel dalam kurun waktu tiga bulan ke depan. Penundaan itu dapat menghancurkan kesepakatan perdamaian Timur Tengah yang didukung Amerika Serikat (AS) yang diluncurkan pada November tahun lalu.
Olmert dan Presiden Palestina Mahmud Abbas telah berjanji akan menyelesaikan proses perdamaian sebelum Presiden AS George W Bush lengser pada Januari tahun depan. Apalagi jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Partai Likud di bawah pimpinan mantan PM Israel Benjamin Netanyahu menduduki peringkat pertama, disusul Partai Kadima di peringkat kedua.
Sementara seruan percepatan pemilu tampaknya disambut baik dari kubu Partai Likud.Anggota parlemen Partai Likud Yuval Steinitz mengaku optimistis partainya akan memenangkan pemilu.
”Kita akan membentuk pemerintahanbersatuyangakan menghadapi krisis ekonomi dan ancaman keamanan dari Iran dan Hamas,” paparnya. Partai Buruh yang menyetujui prinsip-prinsip pembentukan pemerintahan bersama Partai Kadima menyalahkan kegagalan Livni. (AP/AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/181302/
Kegagalan itu menghancurkan harapannya untuk mencapai kesepakatan damai dengan Palestina tahun ini. Pernyataan Livni itu dikemukakan setelah pertemuan dengan Presiden Israel Shimon Peres. Livni gagal membentuk pemerintahan baru dalam jangka waktu satu bulan setelah pemilihan ketua Partai Kadima.
Padahal, seharusnya dia dapat menduduki jabatan Perdana Menteri (PM) menggantikan Ehud Olmert yang dituding terkait skandal korupsi. Sayangnya, usaha Livni sia-sia karena mendapat ganjalan dari Partai Shas ultraortodoks. Partai Shas pada Jumat (24/10) lalu menyatakan tidak akan bergabung dengan pemerintahan koalisi karena menolak kebijakan Livni mengenai anggaran dan kesediaan berdialog dengan Palestina mengenai masalahYerussalem.
”Hari-hari ini membuktikan bahwa pembentukan koalisi batal karena banyak syarat yang tidak mungkin dilaksanakan. Saya telah mencobanya,” ungkap Livni kepada para menteri dari Partai Kadima dalam rapat mingguan. Livni mengatakan, ketika koalisi ini berhasil dibentuk, semua orang akan mengambil keuntungan dengan mengambil kesempatan untuk membuat permintaan yang tidak wajar,baik masalah keuangan atau pun proses perdamaian.
”Saya putuskan untuk menghentikanprosespembentukan koalisi dan menyerukan pemilihan dipercepat,”tuturnya. Kegagalan Livni dalam pembentukan koalisi mengindikasikan bahwa dia merupakan perempuan yang memegang prinsip. ”Saya ada di sini tidak untuk bertahan,tapi saya di sini untuk memimpin,” ujarnya kepadaharian theMaariv.
” Anda tidak dapat memaksa saya.Kondisi negara dalam keadaan baik merupakan agenda utama saya,”tuturnya kepada Yedioth Ahronot. Seruan untuk percepatan pemilu akan memperpanjang ketegangan politik di Israel dalam kurun waktu tiga bulan ke depan. Penundaan itu dapat menghancurkan kesepakatan perdamaian Timur Tengah yang didukung Amerika Serikat (AS) yang diluncurkan pada November tahun lalu.
Olmert dan Presiden Palestina Mahmud Abbas telah berjanji akan menyelesaikan proses perdamaian sebelum Presiden AS George W Bush lengser pada Januari tahun depan. Apalagi jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Partai Likud di bawah pimpinan mantan PM Israel Benjamin Netanyahu menduduki peringkat pertama, disusul Partai Kadima di peringkat kedua.
Sementara seruan percepatan pemilu tampaknya disambut baik dari kubu Partai Likud.Anggota parlemen Partai Likud Yuval Steinitz mengaku optimistis partainya akan memenangkan pemilu.
”Kita akan membentuk pemerintahanbersatuyangakan menghadapi krisis ekonomi dan ancaman keamanan dari Iran dan Hamas,” paparnya. Partai Buruh yang menyetujui prinsip-prinsip pembentukan pemerintahan bersama Partai Kadima menyalahkan kegagalan Livni. (AP/AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/181302/
Komentar