Ramadan di Paris, Prancis


Berbuka Puasa dengan Sup Bersama Warga Miskin

Matahari telah tenggelam. Di negara mayoritas muslim, orang-orang berdatangan ke masjid-masjid untuk berbuka puasa bersama. Tapi, lain hal di Paris, Prancis. Umat muslim berbondong-bondang ke tenda, ketika azan maghrib dikumandangkan dari radio berukuran mini.

Umat Muslim, khusus untuk bulan suci Ramadan, mengerubungi tenda yang disebut dengan dapur sup khusus dibuka di luar Cite Edmond Michelet, salah satu sudut di Paris utara. Dapur sup itu menyediakan menu buka puasa tradisional ala Paris, yaitu yogurt dan kurma serta buah-buahan.

Menu utama apa saja yang dihidangkan? Dikarenakan Prancis terdapat muslim yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, menu yang disajikan pun bervariasi. Menu makanan dari Afrika Utara, Timur Tengah, Eropa Selatan, Turki, dan India pun tersedia lengkap. Namun, ada satu jenis menu yang paling terkenal yaitu “chorba” atau dikenal sup.

“Banyak sekali orang yang tidak dapat berbuka puasa saat ini, tapi mereka tidak pernah mengatakan pada kamu,” ujar Ali Hasni, 45, sukarelawan pada lembaga nirlaba “Une Chorba Pour Tous” (Sup untuk Semua). Sekedar diketahui, Prancis merupakan tempat tinggal muslim terbesar di Eropa sekitar lima juta orang yang sebagian besar adalah migran.

Menurut Hasni, sebagian besar orang yang datang ke tenda itu merupakan imigran yang tak memiliki tempat tinggal. Para imigran yang tak memiliki pekerjaan, dan mereka yang terbuang dari komunitasnya bergabung bersama menikmati makanan yang disajikan. “Mereka yang sebenarnya ingin hidup lebih baik di Paris, tapi nasib tak berpihak pada mereka,” tuturnya.

Sebenarnya, dapur sup itu dibangun di sekitar proyek pembangunan gedung pencakar langit dan pemukiman padat yang dihuni sebagian besar migran Muslim. Namun, untuk mendirikan tenda sup itu, harus mendapatkan ijin dari pemerintah lokal, dan warga sekitar. “Sebenarnya, kita ingin mendirikan tenda sup ini permanen karena adanya permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun,” tutur Farid Adjadj, 34, sukarelawan yang bergabung sejak 1994.

Une Chorba Pour Tous yang didirikan sejak 1992 merupakan organisasi nirlaba yang membantu warga Muslim yang miskin. Setiap tahunnya, organisasi itu menyediakan anggaran sebesar USD119.000 (Rp1,11 miliar) dari donatur pribadi. Selain bulan Ramadan, Une Chorba Pour Tous menyedikan 700 makanan setiap hari. Namun, ketika Ramadan tiba maka akan menjadi bulan sibuk bagi sukarelawan Une Chorba Pour Tous dengan membuat 2.000 makanan.

“Beramal dan sedekah merupakan suatu hal yang sangat penting selama bulan Ramadan. Semua sukarelawan di sini merupakan muslim. Tapi, kita tidak melarang siapapun yang ingin membantu,” ungkap Fanny Ait-Kaci, 56, salah satu pendiri Une Chorba Pour Tous. Menurut dia, pendirian organisasi itu berawal dari kepedulian terhadap sesama muslim.

Uniknya, tenda sup itu bukan hanya dipenuhi warga Muslim yang kurang mampu. Ada juga muslim yang berkecukupan ikut bergabung hanya untuk menikmati suasana berbuka puasa bersama. “Saya tinggal di hotel, dan tidak bisa memasak. Dengan demikian, saya datang ke sini, hanya untuk membatalkan puasa saya,” ujar Karim, 32.

Sementara, ada juga warga Muslim Paris yang datang dari jauh hanya untuk menikmati suasana berbuka puasa dengan nuansa Islami. “Saya tidak pernah mendapat atmosifir Ramadan di tempat tinggal saya di Paris barat. Tapi di sini, semangat dan nuansa Ramadan benar-benar saya dapatkan,” ungkap Salima Hajjaj, yang datang bersama suami dan tiga putra-putrinya. (Rtr/andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford