Prakash dan Mandakini Amte kepada, Ubah Nasib Suku Primitif dengan Pendidikan dan Kesehatan


Pengabdian panjang pasangan suami istri Prakash dan Mandakini Amte kepada suku primitif di India memang luar biasa.Keduanya pantas meraih MagsaysayAward2008.

Prakash Amte, 60, meraih Magsaysay Awarddalam kategori kepemimpinan komunitas dengan kesederhanaan. Dia berhasil meraih penghargaan yang disebut sebagai ”Nobel ala Asia” itu dengan berjuang memberikan pertolongan kepada suku terasing di India dan rela tinggal di hutan yang jauh dari kemewahan hidup.

Prakash mendapatkan penghargaan bersama istrinya, Mandakini Amte, 62. Nama mereka berdua pun disejajarkan dengan para tokoh Asia yang mampu memberikan makna pada dunia dan perubahan di Asia. Banyak orang yang tidak mengira Prakash akan mendapatkan penghargaan bergengsi yang diumumkan belum lama ini.

Apalagi, Ramon Magsaysay Award Foundation menyebut Prakash sebagai pemimpin yang mampu mengubah Madia Gond (suku terasing di India) menjadi sebuah komunitas yang bisa bersaing dengan masyarakat India pada umumnya. Prakash mampu mengajar dan menyembuhkan para warga suku terasing itu dengan sepenuh hati tanpa memandang arti materialisme.

Semua itu diawali 34 tahun silam ketika Prakash mendirikan rumah sakit suku Madia Gond yang tinggal hutan pedalaman di distrik Gadchiroli, Maharashtra. Sejak itu, dia mengabdikan dirinya sebagai dokter yang membantu kehidupan penduduk suku yang termarginalkan itu.

Prakash datang ke suku Madia Gond yang hidup primitif pada 1974.Kehidupan utama suku itu adalah berburu dan mencari makanan yang ada di hutan.Ketika itu, Pemerintah India angkat tangan untuk mengakhiri keterasingan suku itu. Saat itulah Prakash menawarkan diri membantu suku Madia Gond untuk berubah menuju yang lebih baik.

Prakash pun mengajari para warga dari nol, semisal belajar menanam tumbuhan pangan seperti padi, jagung, sayursayuran secara rutin dan mengikuti pola tanam modern. Setelah pengetahuan pola tanam, Prakash pun mendirikanrumahsakit. Diamengelola rumah sakit berkapasitas 50 kamar di Hemalkasa, distrik Gadchiroli.

Rumah sakit itu didirikan dengan bantuan Swisaid pada 1975,bertujuan mengobati pasien yang menderita malaria,disentri,gigitan binatang buas, dan memberikan perawatan kesehatan. Selama satu tahun,rumah sakit itu mampu merawat 40.000 pasien tanpa dipungut biaya sepeser pun. Rumah sakit itu pun dikelola secara profesional dan merawat pasien dengan sentuhan kemanusiaan, bukan berorientasi pada keuntungan. Rumah sakit saja belum cukup bagi Prakash.

Dia juga mendirikan sekolah untuk mendidik anak-anak dan warga mengenai ilmu pengetahuan dan ilmu terapan. Perjuangan Prakash pun tak sia-sia. Banyak anak didiknya menjadi dokter, pengacara,guru,dan polisi. (andika hendra mustaqim)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/ubah-nasib-suku-primitif-dengan-pendidikan-dan-kese-5.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford