Maoist Ngambek,Nepal Krisis
KATHMANDU (SINDO) – Kekalahan kelompok Maoist (Partai Komunis Nepal) dalam pemilihan presiden Nepal di parlemen berbuntut panjang.
Bekas kelompok pemberontak ini menyatakan tidak akan membentuk pemerintah bersama presiden baru yang terpilih. Keputusan mantan pemberontak itu dilihat sebagai satu tekanan kuat terhadap proses perdamaian di Nepal. ”Pertemuan komite pusat partai memutuskan tidak akan membentuk pemerintah yang berada di bawah kepemimpinan kita,” kata Juru Bicara Maoist Krishna Bahadur Mahara.
Dalam pemilihan parlemen pada April lalu, Maoist dinyatakan sebagai partai terbesar yang memiliki kursi parlemen, tetapi bukan mayoritas mutlak. Maoist menekankan kandidat presiden mereka harus dipilih sehingga mereka bisa membentuk pemerintah baru.Sayangnya, pada pemungutan suara Senin (21/7), Ram Baran Yadav dari Partai Kongres Nepal terpilih sebagai presiden pertama negara itu.
”Setelah pemilihan presiden itu, tentu kami tidak memiliki suara mayoritas. Jadi kami tidak punya landasan untuk membentuk pemerintah mendatang.Kesempatan untuk perundingan dengan partai-partai lain masih terbuka,” papar Mahara. Selanjutnya, Maoist akan menjadi oposisi bagi pemerintahan baru Nepal.
”Setelah kandidat kita kalah, kita telah kehilangan moral untuk memimpin pemerintahan baru,” ujar pemimpin Maoist Prachanda. Skenario politik yang bermain setelah posisi presiden lepas dari tangan Maoist,Prachanda akan diberi jabatan sebagai Perdana Menteri Nepal. Namun, jabatan itu secara otomatis hilang setelah Maoist mengumumkan tidak bergabung dengan pemerintahan.
Keterlibatan terus Maoist dalam politik aliran utama dianggap sebagai penting bagi kelanjutan proses perdamaian Nepal, yang mengakhiri pemberontakan kelompok itu selama satu dasawarsa yang menewaskan paling tidak 13.000 orang. Juru Bicara Partai Kongres Nepal Khatri Chhetri mengatakan pemilihan presiden merupakan teguran keras bagi Maoist.
Menurut dia, Maoist hanya ingin memerintah sendiri dan tidak ingin berbagi kekuasaan. ”Kini, mereka harus menghargai dan berkomitmen terhadap norma-norma demokratis, nilai, dan proses,”ujar Chhetri. ”Mereka tidak bisa berbuat semuanya saja,” paparnya. Walaupun demikian, Chettri mengatakan partainya tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Maoist. ”Bagaimanapun, Maoist merupakan partai besar, kita tidak ingin tidak menghargai mereka,”imbuhnya. (AP/AFP/Rtr/ andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/international/maoist-ngambek-nepal-krisis-2.html
Bekas kelompok pemberontak ini menyatakan tidak akan membentuk pemerintah bersama presiden baru yang terpilih. Keputusan mantan pemberontak itu dilihat sebagai satu tekanan kuat terhadap proses perdamaian di Nepal. ”Pertemuan komite pusat partai memutuskan tidak akan membentuk pemerintah yang berada di bawah kepemimpinan kita,” kata Juru Bicara Maoist Krishna Bahadur Mahara.
Dalam pemilihan parlemen pada April lalu, Maoist dinyatakan sebagai partai terbesar yang memiliki kursi parlemen, tetapi bukan mayoritas mutlak. Maoist menekankan kandidat presiden mereka harus dipilih sehingga mereka bisa membentuk pemerintah baru.Sayangnya, pada pemungutan suara Senin (21/7), Ram Baran Yadav dari Partai Kongres Nepal terpilih sebagai presiden pertama negara itu.
”Setelah pemilihan presiden itu, tentu kami tidak memiliki suara mayoritas. Jadi kami tidak punya landasan untuk membentuk pemerintah mendatang.Kesempatan untuk perundingan dengan partai-partai lain masih terbuka,” papar Mahara. Selanjutnya, Maoist akan menjadi oposisi bagi pemerintahan baru Nepal.
”Setelah kandidat kita kalah, kita telah kehilangan moral untuk memimpin pemerintahan baru,” ujar pemimpin Maoist Prachanda. Skenario politik yang bermain setelah posisi presiden lepas dari tangan Maoist,Prachanda akan diberi jabatan sebagai Perdana Menteri Nepal. Namun, jabatan itu secara otomatis hilang setelah Maoist mengumumkan tidak bergabung dengan pemerintahan.
Keterlibatan terus Maoist dalam politik aliran utama dianggap sebagai penting bagi kelanjutan proses perdamaian Nepal, yang mengakhiri pemberontakan kelompok itu selama satu dasawarsa yang menewaskan paling tidak 13.000 orang. Juru Bicara Partai Kongres Nepal Khatri Chhetri mengatakan pemilihan presiden merupakan teguran keras bagi Maoist.
Menurut dia, Maoist hanya ingin memerintah sendiri dan tidak ingin berbagi kekuasaan. ”Kini, mereka harus menghargai dan berkomitmen terhadap norma-norma demokratis, nilai, dan proses,”ujar Chhetri. ”Mereka tidak bisa berbuat semuanya saja,” paparnya. Walaupun demikian, Chettri mengatakan partainya tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Maoist. ”Bagaimanapun, Maoist merupakan partai besar, kita tidak ingin tidak menghargai mereka,”imbuhnya. (AP/AFP/Rtr/ andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/international/maoist-ngambek-nepal-krisis-2.html
Komentar