Jeremy Fox, Koki Terbaik Dunia 2008

Pada usia yang terbilang masih muda, Jeremy Fox, 31, mampu menggaet jawara koki terbaik dunia 2008 versi majalah Food & Wine. Predikat itu dicapai karena dia mampu mengolah beragam sayur-sayuran, dan memadukannya dengan bumbu-bumbu yang kontras. Bisa dikatakan Jeremy merupakan koki paling handal dalam mengolah sayur-sayuran yang ada di dunia ini.

Gaya memasak Jeremy juga dinilai memiliki ciri khas yang berbeda dengan para koki dunia lainnya. Gaya memasaknya adalah selalu menggunakan bahan alami. Dia tidak mau menggunakan bahan baku instan seperti umumnya koki restoran ternama. “Dengan bahan memasak yang alami, saya bisa membuat makanan yang lezat dan tidak yang mampu menandingi,” tuturnya dikutip dari The San Francisco Chronicle.

Jeremy merupakan koki yang spesialis memasak menu vegetarian. Namun, dia tidak mau menyebut menu masakan yang diramunya disebut menu vegetarian. Pasalnya, menurut Jeremy, menu masakannya dicampur dengan mentega dan susu. “Saya mengolah sayur-sayuran dengan sentuhan modernitas, dengan demikian menu itu pun bisa menjadi santapan penuh dengan rasa dan nuansa,” paparnya.

Sebenarnya, Jeremy sendiri bukanlah tipe orang yang menyukai masakan vegetarian. Dia justru menyukai makanan yang berbahan daging, seperti burger dan steak. Dia juga mengaku merupakan tipe orang yang suka menikmati segala jenis makanan baik Prancis, Amerika, India, dan Arab. Namun, dia ingin terus memasak menu makanan vegetarian karena istrinya merupakan penikmat makanan sehat itu. “Saya sangat sedih ketika istri saya sulit menemukan restoran yang menyediakan menu vegetarian,” ujarnya pada Majalah Food & Wine.

Selain faktor istri, Jeremy mengaku tidak habis pikir kenapa banyak koki yang jarang memasak menu vegetarian. Umumnya, kebanyakan koki lebih menyukai memasak pizza, burger, steak, risoto, dan menu dengan bahan dasar daging. “Awalnya, dengan membuat restoran khusus menu sayur-sayuran, pasti lebih asyik dan berwarna,” paparnya.

Diungkapkan dalam wawancara eksklusif dengan Reuters, Jeremy selalu memasak masakan vegetarian dengan menggunakan sudut pandang bukan seorang vegetarian. Dia mengaku ketika memasak, dia mengganggap sayuran itu seperti sebuah daging. “Jika memasak daging ada beberapa bagian yang perlu dibuang, ketika saya memasak sayuran juga menerapkan prinsip itu,” jelasnya.

Ubuntu, restoran yang dikelola Jeremy pun menjadi terkenal seantero dunia karena predikat koki terbaik di dunia. Restoran itu pun dikenal sebagai restoran yang hanya menyajikan seluruh menu makanan yang terbuat dari sayur-sayuran. Konsep restoran itu pun memadukan pesta kebun, dan menghindari tema penyajian makanan dengan gaya klasik.

Majalah Food & Wine juga memberikan predikat pada Ubuntu sebagai restoran terbaik 2008. Restoran yang terletak di Napa, California, Amerika Serikat dipuji sebagai restoran yang konsisten menyajikan menu vegetarian. Food & Wine melaporkan restoran yang dikelola Jeremy itu mampu menghadirkan menu makanan dari sayuran-sayuran yang fantastis dan pas di lidah semua orang.

Menurut Jeremy, konsep restoran dengan tema pesta kebun karena diawali dia ingin menghadirkan restoran yang indah dan nyaman. Dia mengaku tidak terlalu menyukai konsep restoran yang kaku dan serius. Baginya, konsep restoran juga harus dipadukan dengan arti dan filosofi makanan itu sendiri yang menjadi prinsip dan pedoman baginya. “Makanan adalah sebuah keindahan. Dengan makanan, para penikmatnya rela untuk berteriak, dan berlarian,” katanya. Buktinya, dia pun ingin menghadirkan restoran yang berbeda dengan restoran lainnya di Amerika Serikat (AS).

Jeremy mengaku Ubuntu menempati urutan atas restoran terbaik di dunia menjadi kekhawatiran baginya. Kenapa? Pasalnya, restoran yang dikelolanya baru berusia muda karena didirikan pada 2006, dan melecutkan prestasi untuk terus ditingkatkan. Menurut dia, dengan tetap konsisten mengembangkan konsep yang telah menjadi prinsip dan pedomannya, maka restorannya pun bisa berkembang.

Semua koki pasti memiliki suhu atau master yang memberikan acuan dan cara memasak. Diakui Jeremy, dia juga memiliki guru dan koki andalan yang menjadi inspirasi yaitu David Kinch dari restoran Manresa di California. Kinch, menurut Jeremy, membantu dia untuk terus menyukai memasak dan mengajari tentang bagaimana memandang suatu makanan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Jeremy mengaku Kinch mampu memberikannya pengetahuan bagaimana menggabungkan teknik memasak dan meramu bumbu. “Kinch mengajarkan agar saya terus belajar dan mengembangkan diri. Tanpa kedua hal itu, saya tidak akan menjadi ‘jago’ dalam bidang apapun” tuturnya pada The New York Times. Selain guru, Jeremy juga menganggap buku “Cooking By Hand” karya Paul Bertolli sebagai pedoman dalam memasaknya.

Menyinggung tentang resep bumbu keberuntungan atau bisa disebut resep rahasia dalam masakan, dan Jeremy pun tidak menutup-nutupinya. Baginya, senjata keberuntungan semua masakannya adalah balutan mentega dan Sriracha (saos pedas asal Thailand). Dia mengaku resep itu, diketahui semua staf dan pegawainya. “Saya tidak memiliki resep rahasia dalam memasak. Semua cara dan bumbu memasak yang saya gunakan bisa digunakan siapa pun,” katanya.

Disinggung mengenai etika memasak, Jeremy lebih mengedepankan aspek kemanusian untuk semua. Prinsip itu dimaksudkan untuk tidak banyak menekan para staf dan karyawannya untuk mematuhi prinsip dan pedoman yang telah dibuatnya. Dia mengaku tidak mempermasalahkan ketika sendok dilempar oleh para stafnya, kemudian handuk yang belum dilipat berserakan. “Kita bukan lah manusia yang sempurna. Tapi, semua yang kita kerjakan adalah sebuah pekerjaan yang menuntut seni dan keindahan,” ujarnya.

Jeremy merupakan seorang pria yang beruntung karena cita-cita masa kecilnya terwujud di usia yang cukup muda. Pria yang tumbuh kembang di Cleveland dan Atlanta, Amerika Serikat, memiliki inspirasi dan cita-citanya untuk menjadi seorang koki terpatri dalam otak dan hatinya. Hal itu wajar, pasalnya kakek Jeremy mengelola sebuah restoran pizza. “Sejak kecil, saya selalu diajari kakek bagaimana cara mengelola sebuah restoran dan menjadi koki terbaik dunia,” ujarnya.

Demi cita-citanya, dia pun menempuh pendidikan kuliner di Universitas Johnson & Wales di Charleston, South Carolina, Amerika Serikat. Dengan modal pendidikan koki itu, dia pun ingin menjadikan memasak sebagai kehidupannya. “Orang tua saya sangat mendukung. Kini, mereka bisa tersenyum bangga, saya bisa menjadi koki terbaik di dunia,” ujarnya.

Pertama kali karir sebagai koki diawali di sebuah restoran bintang lima Anson di Charleston. Kemudian dia melanjutkan karir di restoran Mumbo Jumbo di Atlanta. Ingin menimba ilmu lebih berkualitas, dia pun belajar dan bekerja di restoran De Snippe di Belgia. Pada 2003, dia menggali pengalaman memasak di dapur restoran Manresa dan belajar langsung dari koki ternama David Kinch. Setahun berikutnya, dia terbang ke London, dan mendapatkan pencerahan dari koki papan atas Inggris, Gordon Ramsay.

Karir cemerlang Jeremy tidak lepas atas dukungan Deanie, istrinya. Jeremy berserta istrinya mengelola bersama, istrinya menjadi koki yang khusus membuat pastry (kue dan makanan ringan) dan dessert (makanan pencuci mulut). Perpaduan keahlian Jeremy dan Deanie menjadi menu makanan restoran Ubuntu semakin menggoda selera banyak orang. “Keahlian saya memang khusus membuat makanan pencuci mulut. Ketika saya membuat dessert, maka saya sama seperti saya menulis. Ketika saya melihat dessert yang sudah dibuat, saya seperti melihat sebuah lukisan,” paparnya. (andika hendra mustaqim)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford