John Kao, Ajari CEO,Manajer,dan Pejabat Berinovasi
KAO mengarahkan banyak manajer dan chief executive officer (CEO) untuk berinovasi, melakukan transformasi menuju hal yang lebih baik, melakukan desain strategi, dan merancang masa depan bisnis.
Tercatat, dia telah bekerja sama dengan 500 perusahaan besar dan menjadikan bisnis mereka terus berkembang. Kao menemukan sebuah ide cemerlang tentang impresario–– orang yang mengelola produksi musik––, yakni sebuah cara untuk mengatur dan memimpin orang-orang kreatif.
Penemuan itu dilalui dengan kajian cukup lama dan terbukti efektif mengangkat perusahaan yang rugi menjadi perusahaan besar. Menurut Kao, teorinya berawal dengan mengembangkan kesamaan dalam proses bisnis dan musik jazz. Salah satu prestasi Kao adalah ketika membantu Bio- Surface Technology, sebuah perusahaan yang mengomersialisasikan teknologi untuk pengembangan sel kulit.
Mereka pun mampu menolong korban yang mengalami luka bakar parah.Hasil penelitian itu dijual kepada Genzyme Corporation. ”Saya berhasil menghasilkan sesuatu yang kecil dari apa yang pernah saya sampaikan kepada para peneliti itu,”ungkapnya. Bukan cuma itu, pria kelahiran 1950 ini juga menjadi konsultan pada perusahaan film. Dia menawarkan suatu jasa konsultasi tentang manajemen kreativitas.
Dia mengaku mengarahkan kepala studio film mengenai standar kualitas, pemilihan proyek, memilih bintang film yang berbakat, dan akhirnya menjadikan perusahaan itu berkualitas.” Seorang manajer membutuhkan konsultan yang memberinya inovasi,”ujarnya.
Ketika memberikan arahan kepada manajer dan CEO, Kao selalu menuturkan tantangan seorang manajer adalah mengarahkan para orang kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang berhasil.Syaratnya, menurut dia, dengan membiarkan orang kreatif itu melalukan apa pun yang mereka inginkan. ”Manajer itu sama seperti orangtua membiarkan anaknya bermain apa pun yang mereka mainkan,” ujarnya seperti dikutip The New York Times.
Dia menuturkan, trik dan strategi inovasi bagi para manajer dan CEO dimulai dari membuat skenario kreatif dan komunikasi.Kao menjelaskan bahwa skenario itu membantu mengarahkan pertumbuhan perusahaan, termasuk pembagian tugas dan tanggung jawab. Mengenai komunikasi, dalam pandangan Kao, dengan intensif melakukannya, koherensi dalam mencapai tujuan sebuah perusahaan akan mudah terjadi.
”Semuanya harus didukung dengan kebersamaan untuk mencapai target,”tuturnya. Dalam bidang politik, dia juga menjadi penasihat strategi untuk Senator Hillary Rodham Clinton. Memang, akhirnya Hillary kalah bersaing dari Senator Barack Obama dalam perebutan nominasi kandidat presiden dari Partai Demokrat.
Namun, The New York Times menyebut Kao sebagai ”orang di belakang layar” kesuksesan kampanye Hillary. Kini, Kao mendekati kubu Obama untuk membantu strategi inovasi nasional. Prestasi yang dilakukan Kao berawal pada 1997, saat dia pindah ke San Francisco. Dia mendirikan sebuah biro konsultan yang memberikan konsultasi tentang inovasi.
Perusahaan itu diberi nama The Idea Factory dan Kao menjabat sebagai CEO.Sejak itu, dia mengembangkan sebuah megaproyek yang didasari keinginannya, yaitu agar semua orang di dunia ini berinovasi. Tentu, itu mesti dimulai dengan berinovasi dari diri sendiri, kemudian tempat kerja, rumah tangga, masyarakat, dan bangsa. Kao lahir di Chicago.Ayah ibunya merupakan warga China yang bermigrasi ke AS. ”Saya tinggal di rumah Konghucu dan setiap pagi pergi ke sekolah dasar AS. Lalu bermain basket dan pulang ke rumah dengan ajaran China,” ujarnya.
Dia mengaku bangga mampu menjalani hidup dengan dua budaya yang sangat berbeda. John Kao mulai belajar tentang filosofi dan ilmu sosial di Universitas Yale.Ketika itu dia mengikuti kuliah tentang ilmu kesehatan.
Kemudian, pada musim panas dia belajar keyboard dengan musisi Frank Zappa. Dia mengaku sangat mengidolakan Zappa. Selanjutnya, dia belajar tentang industri kesehatan di Harvard Business School hingga menjadi dosen di kampus prestisius itu dari 1982–1996. (andika hendra mustaqim)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/john-kao-ajari-ceo-manajer-dan-pejabat-berin-3.html
Thursday, 26 June 2008
Komentar