Partai Pro-Putin Menang Pemilu Parlemen
Grafis KORAN SINDON/ Ailsa Sarah Marpaung |
Itu akan menjadi fondasi bagi Putin untuk mencalonkan diri sebagai presiden untuk periode keempat dalam 18 bulan mendatang. Penguatan dukungan itu di tengah ekonomi Rusia yang sedang resesi dan ketegangan Moskow dengan Barat dalam isu Ukraina dan Suriah.
Kemenangan partai-partai pro- Kremlin akan menguatkan kekuasaan Putin yang telah menghegemoni di segala aspek Rusia. Komisi Pemilu Pusat (CEC) Rusia menyatakan, setelah 93% suara dihitung, United Russia mengamankan 343 kursi dari 450 anggota parlemen. Partai pendukung Putin lainnya yakni LDPR dan Komunis masing-masing meraih 14- 16%.
LDPR mendapatkan 41 kursi dan Partai Komunis meraih 42 kursi parlemen. Partai A Just Russia mendapatkan 21 kursi dan meraih 6% suara. Empat partai tersebut sangat loyal kepada Putin dan mendominasi State Duma atau parlemen Rusia. Putin langsung mengunjungi kantor pusat United Russia bersama dengan Medvedev setelah pemungutan suara.
Dia langsung mengucapkan selamat kepada para aktivis partai atas kemenangan tersebut. Putin yang mendirikan United Russia sejak 17 tahun lalu mengungkapkan, kemenangan itu menunjukkan kepercayaan pemilih terhadap kepemimpinannya. “Kita mengetahui kehidupan sangat berat bagi rakyat, banyak persoalan, banyak permasalahan yang belum diselesaikan,” kata Putin dilansir BBC.
“Namun, kita mampu memperoleh kemenangan,” ungkapnya. Apakah Putin akan mencalonkan diri sebagai presiden untuk periode keempat pada 2018? “Itu terlalu dini,” ujar Putin. Jika dia mencalonkan diri dan menang, maka dia akan berkuasa hingga 2024. Dia akan berkuasa lebih lama dibandingkan pemimpin Soviet Leonid Brezhnev.
Kemudian, Sergei Neverov, sekjen Dewan Jenderal United Russia, memuji hasil pemilu parlemen itu sebagai dukungan terhadap Putin dan kebijakannya. “Kita mengucapkan terima kasih kepada rakyat kita yang mendukung United Russia, partai yang didirikan Vladimir Putin, untuk mendukung langkah yang diimplementasikan presiden kita,” kata Neverov dilansir Reuters .
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa mayoritas pemilih mendukung Putin. “Putin mengungkapkan, pemilu ini sebagai suara kepercayaan diri,” katanya. Kemenangan United Russia merupakan prestasi bagi Perdana Menteri Dmitry Medvedev yang memimpin partai tersebut. Pada pemilu 2011 lalu mereka hanya meraih 49% dan kini naik menjadi 54,2%.
Jumlah kursi anggota parlemen yang dikuasai United Russia juga meningkat dari 238 kursi pada pemilu sebelumnya. United Russia juga mendapatkan keuntungan dengan kedekatan terhadap Putin, 63, yang memiliki tingkat popularitas mencapai 80%. Pemilih juga tidak melihat politikus alternatif lain.
Mereka khawatir jika tidak memilih Putin, akan timbul kekisruhan dan ketidakstabilan seperti 1990-an saat kehancuran Uni Soviet. Yevgeny Korsak, pensiunan yang berusia 65 tahun, mengaku memilih United Russia. “Partai itu terlalu kuat dan berkuasa,” kata pria yang berasal dari Saransk, sekitar 600 km tenggara Moskow.
Ketua CEC Ella Pamfilova memperkirakan, tidak ada perubahan signifikan terhadap hasil pemilu. Dia menjelaskan perubahan kecil bisa terjadi, tetapi hasil pemilu sudah jelas dan definitif. “Saya berharap hasil itu merefleksikan realitas dan jika seseorang meragukannya, mereka bisa datang ke kita,” katanya dilansir kantor berita Tass.
Sementara, tuduhan kecurangan tetap mewarnai pemilu kali ini. Putin telah berkuasa lebih dari 17 tahun baik sebagai presiden atau pun perdana menteri. Selain itu, Putin bukan pemimpin partai, tetapi United Russia sangat mendukungnya. Pelanggaran serius dilaporkan terjadi di wilayah Siberia.
Banyak orang yang diorganisir untuk menghadiri pemungutan suara di Kota Barnaul. Di tempat pemungutan suara Mordovia, Reuters menyaksikan beberapa orang yang sudah memberikan suara, kembali lagi ke tempat tersebut untuk memilih lagi. Kelompok pengawas pemilu Golos menerima1.300komplainpemiludi seluruh Rusia.
Musuh Putin Terjungkal
Sedangkan, partai oposisi tampaknya gagal dalam mencapai 5% sehingga terancam tergusur dari partai politik yang bertahan di parlemen. Namun, partai berhaluan liberal masih mendapatkan kursi dari konstituen individual. Dua partai oposisi itu adalah Yabloko dan Parnas yang hanya meraih 1,89% dan 0,7% suara.
Yang jelas, oposisi gagal membuat terobosan dalam merebut dukungan konstituen. Menurut Steve Rosenberg, analis politik BBC , sistem demokrasi yang dikendalikan oleh Kremlin membuat Presiden Purin mampu mengontrol parlemen. Itu membuat parlemen tak mampu bersikap dan lemah.
“Empat partai pro-Kremlin yang sebelumnya menguasai parlemen kembali mewarnai pemilu kali ini,” katanya. Sayangnya, jumlah partisipasi pemilih pada pemilu kali ini terendah dalam sejarah modern Rusia,hanya 47,8%. Padahal, pada pemilu 2011 mencapai 60%.
Sepertinya, rakyat Rusia sudah jengah dengan politik karena dominasi Putin yang semakin mencengkeram. Itu juga menunjukkan tingkat apatisme politik semakin tinggi di negara yang memiliki 11 zona waktu dari Samudra Pasifik hingga Laut Baltik ini.
andika hendra m
http://koran-sindo.com/news.php?r=0&n=23&date=2016-09-20
Komentar