Ukraina Masuki Era Baru

KIEV – Ukraina kemarin membuka era baru setelah drama kekerasan yang mewarnai negara itu sejak beberapa pekan terakhir. Parlemen Ukraina kemarin menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych dan menyerukan pemilu yang dipercepat. Ketua parlemen, Oleksander Turchynov, menjadi presiden sementara Ukraina. “Hingga Selasa (besok), kita akan membentuk pemerintahan persatuan baru,” kata Turchynov kepada BBC. Turchynov yang dikenal sebagai sahabat dekat mantan Perdana Menteri (PM) Yulia Tymoshenko itu menggambarkan pemerintahan bersatu sebagai “tugas yang diprioritaskan”. Selain menggulingkan Presiden Yanukovych, parlemen juga menggulingkan Menteri Luar Negeri, Leonid Kozhara, sekutu utama Yanukovych. Langkah parlemen Ukraina itu didukung sepenuhnya oleh oposisi. Menurut salah satu pemimpin oposisi dan mantan petinju dunia, Vitaly Klitschko, mengungkapkan Ukraina tidak memiliki banyak waktu. Dia juga siap untuk maju pada pemilu presiden yang dijadwalkan pada 25 Mei mendatang. “Saya ingin membuat Ukraina menjadi negara modern di Eropa,” katanya. Selain Klitschko yang siap menjadi presiden, ikon oposisi Yulia Tymoshenko yang baru keluar dari penjara telah menyatakan kesiapan memimpin Ukraina. Tymoshenko dikenal sebagai pahlawan Revolusi Orange pada 2004 itu merupakan musuh bebuyutan Yanukovych. Setelah bebas dari tahanan, Tymoshenko disambut ribuan pendukung kubu oposisi yang berkumpul di di pusat kota Kiev. “Anda semua adalah pahlawan,” katanya. Penampilan Tymoshenko ini menjadi akhir dramatik dari rangkaian krisis politik di Ukraina. Menurut Tymoshenko, kerja belum selesai. Dia mengajak rakyat untuk meneruskan perjuangan politik setelah pemerintah Yanukovych gagal. Sementara itu, keberadaan Yanukovych kemarin masih misteri. Otoritas keamanan telah mencegahnya untuk bepergian ke luar negeri. Kemungkinan dia bersembunyi ke Ukraina timur yang dikenal sebagai basis pendukungnya. Laporan media menyebutkan kalau Yanukovych berhasil dicegah oleh polisi saat berusaha terbang ke Rusia dengan pesawat pribadi. Yanukovych sebelumnya menolak untuk mengundurkan diri secara resmi. Dia menganggap “kudeta” telah terjadi di Ukraina. “Saya tidak akan meninggalkan negara ini. Saya tidak ingin mundur. Saya adalah presiden terpilih yang memiliki legitimasi,” ujar pemimpin 63 tahun. Tapi, dia telah ditinggalkan para pendukung dan alat kekuasaannya. Militer telah menyatakan mereka tidak akan terlibat politik. Polisi juga menegaskan mereka mendukung rakyat. Tumbangnya Yanukovych setelah terjadinya kerusuhan antara demonstran anti-pemerintah dengan aparat keamanan. Kementerian Kesehatan mengungkapkan 88 orang tewas sejak 18 Februari. Ribuan orang terluka dalam sikap represif aparat keamanan. Sementara itu, dalam pertemuan G20 di Sydney, Amerika Serikat (AS) dan Dana Moneter Internasional telah menawari bantuan bagi Ukraina untuk membangun kembali ekonomi negara itu. Menteri Keuangan AS Jacob Lew kemarin menggelar pertemuan dengan Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov. “Washington akan bekerjasama dengan Rusia untuk mengimplementasikan reformasi dan mengembalikan demokrasi dan pertumbuhan ekonomi,” kata Lew. Sedangkan Siluanov mengungkapkan Moskow menunggu pembentukan pemerintahan baru mendatang. “Kita akan memahani dahulu kebijakan pemerintahan baru sebelum kita bersikap,” katanya. Kemudian, Komisioner Hubungan Ekonomi dan Moneter Uni Eropa, Olli Rehn, kemarin menegaskan Uni Eropa telah menawari bantuan keuangan bagi Ukraina untuk membentuk pemerintahan baru. “Kita memberikan perspektif Eropa bagi rakyat Ukraina yang berkomitmen dengan nilai-nilai Eropa,” katanya dikutip Reuters. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford