Krisis Politik Thailand - Shutdown Bangkok Diprediksi Rusuh
BANGKOK — Kepolisian Bangkok memprediksi ”shutdown (penutupan)” Bangkok yang akan berlangsung Senin (13/1) akan rusuh. Kerusuhan itu diduga untuk memicu turun tangan militer agar mengudeta pemerintahan Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra.
”Sekitar 27 senjata dan amunisi milik polisi yang hilang diperkirakan akan digunakan untuk memicu kekerasan Senin (13/1),” ujar Letnan Jenderal Sophon Pisutwong, pejabat kepolisian Thailand yang bertanggung jawab menangani ”shutdown” Bangkok. Sophon mengungkapkan, senjata itu hilang dari truk polisi dalam kerusuhan 26 Desember lalu antara pasukan keamanan dan demonstran.
Sebagai langkah pencegahan, polisi telah mendirikan pos pemeriksaan di beberapa jalan utama yang digunakan para demonstran untuk berdemonstrasi. Polisi juga melakukan upaya penggeledahan terhadap para demonstran agar tidak ada warga yang membawa senjata api. Reuters melaporkan, para demonstran kemarin menggelar aksi di Monumen Demokrasi, Bangkok. Demonstrasi itu sebagai awal untuk ”shutdown” Bangkok yang bertujuan memblokade jalanan utama dan mencegah para pegawai pemerintah bekerja. Sementara itu, Yingluck kemarin memperkirakan ada infiltrasi pihak ketiga yang akan mengganggu ”shutdown” Bangkok, Senin (13/1) nanti.
Dia meminta para demonstran tetap mengutamakan perdamaian. ”Pihak ketiga biasanya yang akan memicu kerusuhan,” ujar Yingluck, dikutip The Nation. Lantas siapa yang harus bertanggung jawab jika terjadi kerusuhan dalam aksi yang dipimpin Suthep Thaugsuban itu? ”Semua pihak harus mencegah kekerasan,” kata adik mantan PM Thaksin Shinawatra itu. Untuk memonitor situasi saat terjadi ”shutdown”, Yingluck mengungkapkan, pemerintahannya telah mendirikan Pusat Administrasi Perdamaian dan Ketenteraman (CAPO) di kantor utama Polisi Thailand.
CAPO itu berfungsi sebagai ruang yang dapat mengontrol situasi dan kondisi terkini. ”Otoritas keamanan menjamin dengan keamanan penuh, menghindari kerusuhan, dan mematuhi standar internasional untuk menghadapi demonstran,” papar Yingluck. Yingluck tetap yakin rakyat tidak menginginkan kudeta. Dia juga yakin warga Thailand lebih menyambut dialog dengan forum reformasi nasional. andika hendra m
http://www.koran-sindo.com/node/357487
Komentar