Ekonomi AS dalam Bahaya

WASHINGTON – Kepala Bank Dunia Jim Yong Kim menegaskan, Amerika Serikat (AS) dalam bahaya jika para politisi gagal mencapai solusi atas ketegangan dalam anggaran dan utang. “Saat ini kita menuju momen yang sangat berbahaya,” kata Kim dalam pertemuan tahunan antara Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pada Sabtu (12/10) di Washington. Dia menegaskan, ekonomi AS dan dunia menghadapi tingkat suku bunga yang tinggi dan lambatnya pertumbuhan jika Kongres AS tidak menyepakati batas atas utang sebesar USD16,7 triliun. Departemen Keuangan AS mengungkapkan akan mengeluarkan dana tunai untuk membayar semua tagihan negara sebelum 17 Oktober. Itu sempat menimbulkan kekhawatiran jika Washington gagal menangani utangnya, akan mengguncang pasar keuangan dunia. “Semakin dekat dengan tenggat waktu, semakin besar dampak bagi negara berkembang. Jika ini tidak dapat dilalui, maka itu dapat menjadi peristiwa berbahaya bagi dunia berkembang dan itu akan melukai ekonomi negara maju juga,” kata Kim, dikutip AFP. Dia juga menyarankan agar para pembuat kebijakan AS untuk menghindari krisis ini. Hal senada diungkapkan Kepala IMF Christine Lagarde. Dia justru membandingkan dampak shutdown AS dengan krisis keuangan global pada 2008 lalu. “Ekonomi AS dalam risiko,” kata Lagarde dalam program Meet the Press di NBC, kemarin. Dia menambahkan, ada tingkat kerusakan, ketidakpastian, dan kurangnya kepercayaan terhadap AS. “Itu berarti akan menimbulkan kekacauan di seluruh dunia. Itu juga sangat berisiko menuju resesi dunia.” Sementara, Senat AS kemarin menggelar rapat untuk membahas shutdown. Pemimpin Senat dari kubu Demokrat Harry Reid telah menggelar pertemuan sementara dengan petinggi Senator Republik Mitch McConnel. “Belum mencapai kesimpulan,” kata Reid. Kubu Republik menyalahkan Obama yang selalu gagal dalam mencapai kesepakatan dengan Republik. Sebelumnya Obama dengan jelas menginginkan kesepakatan jangka panjang dan menolak proposal yang diajukan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS John Boehner. Boehner meminta penyelesaian anggaran selama enam pekan. Hal itu membuat kekhawatiran potensi penutupan layanan pemerintah selama periode Natal. Obama ingin menekan tenggat batas surat utang setidaknya sampai tahun depan. Obama juga tidak ingin mengabaikan Obamacare yang dipermasalahkan Republik. Sementara itutaman nasional dan monumen di berbagai wilayah di AS, termasuk objek wisata Patung Liberty dan Taman Nasional Grand Canyon, dibuka kembali setelah pemerintah negara bagian sepakat untuk mengucurkan dana untuk sementara. Badan Pelayanan Taman Nasional telah mengumumkan kesepakatan dengan negara bagian New York, Arizona, Colorado, dan Utah untuk membuka kembali objek wisata yang terpaksa tutup sejak 1 Oktober akibat shutdown di sebagian pemerintahan AS. Pemerintah Negara Bagian New York sepakat mengucurkan dana USD369.300 atau Rp4,19 miliar untuk membuka kembali Patung Liberty selama enam hari. “Ini menjadi solusi praktis dan sementara untuk mengurangi kerugian bisnis dan komunitas di New York selama shutdown,” kata Menteri Dalam Negeri Sally Jewell. Dia juga menegaskan, New York akan membuka kembali semua taman nasional dan menyerukan Kongres untuk menghidupkan kembali pemerintahan. Kemudian, Arizona juga sepakat untuk mendanai Grand Canyon yang dikunjungi jutaan turis dari seluruh dunia setiap tahun. Grand Canyon akan didanai selama tujuh hari dan menghabiskan USD651.000 atau Rp7,39 miliar. Taman Nasional Rocky Mountain di Colorado juga didanai selama 10 hari senilai USD362.700. Lebih dari 400 objek wisata, di antaranya Taman Nasional Yosemite di California hingga Patung Liberty di New York, ditutup sejak shutdown pemerintahan Obama. Penutupan lokasi wisata itu mengakibatkan kerugian USD152 juta dan berdampak serius terhadap 450.000 pekerja. andika hendra m http://www.koran-sindo.com/node/337038

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford