Didukung Loyalis, Erdogan Tetap Didemo

ISTANBUL – Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan kemarin langsung menghadapi demonstrasi besar-besaran setelah para pendukungnya berunjuk rasa menyerukan dukungan terhadap pemerintah. Ribuan demonstran anti-pemerintah kemarin langsung memenuhi jalanan di Ankara dan Istanbul. Aksi massa itu terjadi hanya beberapa jam setelah Erdogan kembali kunjungan luar negerinya. Ada kekhawatiran kalau demonstrasi akan memanas karena ancaman dari kubu pro-pemerintah yang ingin turun ke jalanan. “Kita akan mati untukmu, Erdogan,” teriak para demonstran. “Ayo pergi dan hancurkan mereka semua,” teriak para pengunjuk rasa mengacu pada Erdogan dan para pendukungnya. Aksi turun ke jalanan ribuan warga Turki itu mengabaikan seruan PM Erdogan yang meminta rakyatnya untuk mengakhiri demonstrasi yang berujung dengan vandalisme. Dia akan bertindak terhadap semua bentuk pembangkangan. “Kita tidak dapat menutup mata bagi banyak orang yang merusak perdamaian di negara ini dan mencoba untuk membajak demokrasi,” kata Erdogan dikutip AFP. Erdogan kemarin menyampaikan pidato tersebut didampingi istri dan para pejabat pemerintahan di bandara setelah kedatangannya dari kunjungan luar negeri di depan puluhan ribu pendukungnya. PM berusia 59 tahun itu juga memuji sikap menahan diri yang dilakukan para pendukungnya. “Kita akan kembali ke rumah dari sini (bandara). Anda bukan tipe orang yang suka membanting pot dan panci di jalanan,” bujuk Erdogan yang memimpin Turki sejak 2002. Berbicara di bus terbuka saat, Erdogan mengakui kalau polisi mungkin menggunakan kekuatan yang berlebihan. Namun, dia juga membela polisi yang melaksanakan tugasnya karena demonstrasi menjadi ajang vandalisme dan pelanggaran hukum. “Semoga Allah melindungi persatuan dan kesatuan kita. Kita tidak melakukan pertempuran dan vandalisme. Rahasia sukses adalah tanpa adanya keterangan dan polarisasi,” katanya. Lebih lanjut, Erdogan tidak mengindikasikan akan memindahkan kamp yang telah didirikan di Lapangan Taksim dan sebuah taman di Ankara. Erdogan mendapatkan dukungan kuat dari kalangan konservatif. “Jangan uji kesabaran kami”, demikian teriakan para loyalis Erdogan. “Istanbul ada di sini,” demikian terikan para pendukung AKP. Dalam pidatonya, Erdogan juga bersikeras ingin menjadi “pelayan” bagi seluruh rakyat. “Beberapa pihak mengatakan kalau saya adalah perdana menteri 50%,” katanya. “Tapi kita ingin menjadi pelayan bagi 76 juta rakyat Turki.” Selama satu pekan terakhir, pendukung Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) tetap diam menanggapi aksi demonstrasi yang dilakukan kubu anti-pemerintah. Namun, mereka unjuk kekuatan saat menyambut kedatangan PM Erdogan di bandara. Mereka menjadikan bandara seperti lautan merah dan putih serta mengibarkan bendera Turki untuk mendukung Erdogan. Sebanyak enam koran kemarin memberikan berita utama yang mendukung Erdogan. Namun, harian berhaluan kiri dan liberal tetap memojokkan pemerintah. “Semuanya tergantung dengan Erdogan, apakah dia akan menurunkan ketegangan atau menaikkannya,” kata Mehmet Polat, 42, kapten kapal yang mengaku tidak bekerja selama satu pekan karena demonstrasi. Aksi demonstrasi itu telah memakan korban. Tiga orang tewas, dua demonstran dan satu aparat keamanan. Serikat Dokter Nasional menyebutkan 4.785 orang, sedangkan 48 orang di antaranya mengalami luka serius. Padahal, aksi demonstrasi itu berawal dari penentangan sekelompok masyarakat yang menolak pembangunan pusat perbelanjaan di Gizi Park, sebuah taman kota di Istanbul. Demonstrasi Turki sempat mengkhawatirkan berbagai negara asing. Pasalnya, Turki merupakan sekutu NATO (Pakta Pertahanan Atlatik Utara) di Timur Tengah. Negeri itu berbatasan langsung dengan Iran, Irak dan Suriah yang kini masih terlibat konflik di dalam negerinya. Washington selama ini menganggap Turki sebagai contoh negara demokrasi muslim yang patut ditiru oleh negara lain, seperti Mesir. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford