Assad Ancam Israel
BEIRUT – Presiden Suriah Bashar al-Assad mengancam Israel dengan mengulangi pertempuran di Dataran Tinggi Golan.
Ancaman Assad itu diungkapkan dalam wawancara dengan stasiun televisi Al-Manar yang memiliki kedekatan dengan pejuang Hezbollah. Ada beberapa, kata Assad, termasuk agresi Israel yang terjadi berulang kali ke wilayah Suriah.
“Ini merupakan tekanan umum untuk membukan perlawanan baru di Gola,” kata Assad. “Kita menginformasikan kepada semua pihak yang telah menghubungi kita bahwa kita akan membalas agresi Israel pada waktu mendatang,” imbuhnya dikutip Al Manar yang ditayangkan pada Kamis (30/5) waktu setempat.
Belum ada komentar resmi Israel atas pidato Assad. Israel menguasai Dataran Tinggi Golan pada 1981. Namun, wilayah tersebut tidak mendapatkan pengakuan dari komunitas internasional.
Assad mengaku sangat percaya diri akan meraih kemenangan saat pasukannya beserta gerilyawan Hezbollah berusaha merebut kembali kota Qusayr yang berbatasan langsung dengan Lebanon. “Ada perang dunia melawan Suriah dan kebijakan perlawanan (anti-Israel), tetapi kita yakin bakal menang,” katanya.
Mengenai pengiriman sistem misil S-300 asal Rusia, Assad menegaskan beberapa bagian telah diterima. Sebelumnya, Moskow akan mengirimkan S-300 ke Suriah sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
Namun, harian Rusia, Vedomosti dan Kommersant melaporkan Moskow tidak akan mengirimkan misil ke Damaskus pada tahun ini. Kedua media itu juga membantah klaim Assad yang menegaskan kalau misil itu telah tiba di Suriah. Kontrak pembelian senjata antara Rusia dan Suriah itu disepakati pada 2010 senilai USD1 Miliar.
Kommersant mengutip sumbernya yang mengungkapkan pengiriman misil itu direncanakan pada kuarter kedua 2014. Setelah pengiriman 2014 tersebut, misil tersebut tidak langsung beroperasi dan dilakukan pelatihan personel serta uji coba sebelum sistem tersebut beroperasi secara penuh.
Kantor berita Interfax juga mengutip sumber industri senjara Rusia kalau Moskow tidak akan mengirimkan misil anti-pesawat S-300 sebelum musim gugur tahun ini. “Secara teknis itu memungkinkan. Itu semua bergantung dengan situasi yang berkembang di wilayah dan posisi negara-negara Barat,” ujar sumber tersebut yang enggan disebutkan namanya.
Sebelumnya, perusahaan pembuat pesawat MiG menyebutkan Rusia sedang menyediakan 10 pesawat tempur MiG-29 untuk Suriah. Pembelian itu sedang didiskusikan dengan delegasi Suriah. “Saya pikir pesawat itu bakal dikirim ke Suriah,” kata Direktur MiG, Sergei Korotkov.
Washington juga memperingatkan pengiriman senjata dari Moskow hanya akan memperlama konflik antara Assad dengan musuhnya. Padahal, sebanyak 94.000 warga telah tewas sia-sia sejak Maret 2011.”Menyediakan senjata tambahan, termasuk sistem pertahanan udara, hanya akan memperlama kekerasan di Suriah dan memicu destabilisasi regional,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Caitlin Hayden.
Kemudian, Menteri Energi dan Air Israel, Silvan Shalom, menegaskan negaranya akan bertindak untuk mencegah agar misil tersebut tidak digunakan untuk menyerang musuh berbuyutan. Sebelumnya, Israel telah melancarkan beberapa kali serangan udara di wilayah Suriah. Tel Aviv mengungkapkan serangan tersebut menargetkan pengiriman senjata kepada Hezbollah dari Assad.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Lebanon, Tamman Salam, mengatakan negaranya ingin menjauhi konflik Suriah. “Kita harus melihat harga untuk menyelamatkan kesatuan nasional,” kata Salam dalam wawancara dengan harian Prancis, Le Figaro. Salam juga menjelaskan kalau keterlibatan militer Hezbollah tidak akan menyelesaikan masalah. Dia meminta Hezbollah untuk tidak terlibat terlalu dalam dalam konflik di Suriah. (andika hendra m)
Komentar