Jepang-Taiwan Perang Meriam Air

TOKYO– Kapal pasukan penjaga pantai Jepang dan Taiwan kemarin terlibat duel dengan meriam air, di kawasan dekat kepulauan yang disengketakan dengan China di Laut China Timur. Insiden itu berlangsung setelah puluhan kapal nelayan Taiwan dihalau oleh kapal patroli Jepang saat hendak memasuki kawasan sengketa. Awalnya, kapal penjaga pantai Jepang menyiramkan air ke kapal nelayan. Namun,kapal patroli Taiwan langsung membalas aksi itu dengan menembakkan meriam air dengan tekanan lebih keras ke kapal milik Jepang. Insiden itu merupakan eskalasi terbesar antara Tokyo dan Taipei dalam memperebutkan kepulauan yang masih menjadi sengketa dengan Beijing itu. Jepang menganggap aksi Taiwan itu sebagai pelanggaran kedaulatan dalam skala besar sejak Perang Dunia II. Dalam beberapa pekan terakhir, Jepang dan China terlibat ketegangan di sekitar kepulauan yang disebut Senkaku oleh Tokyo dan Diaoyu oleh Beijing itu, setelah Jepang memutuskan akan membeli pulau itu dari pemilik swasta. Sekretaris Kepala Kabinet Jepang Osamu Fujimura menegaskan, pada pukul 09.00 waktu setempat, delapan kapal pasukan penjaga pantai Taiwan dan 40 kapal nelayan berada di perairan Jepang. “Kami telah menghubungi otoritas Taiwan dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak dapat memasuki perairan yang menjadi teritorial kami,”tuturnya dikutip AFP. Fujimura menegaskan Jepang menangani insiden kemarin dengan baik-baik. “Kami harus melanjutkan pemberian perhatian penuh terhadap kebijakan di sekitar Kepulauan Senkaku.Badan-badan terkait harus memantau dan berkoordinasi dalam aksi mereka,” tuturnya. Dia juga menegaskan Jepang bakal memecahkan isu tersebut secara damai dan tenang. Sementara juru bicara penjaga pantai Taiwan menegaskan, sedikitnya 60 kapal telah mendekati pulau. Beberapa di antara kapal itu telah memasuki perairan sejauh tiga mil dari jarak 12 mil wilayah teritorial perairan Pulau Diaoyu. Namun demikian, pasukan penjaga pantai Jepang mengatakan semua kapal itu pergi dari wilayah teritorialnya beberapa jam kemudian. Sebenarnya, kapal-kapal itu merupakan bagian dari armada yang bertolak dari Taiwan pada Senin (24/9) lalu.Mereka ingin mempertahankan klaim Taiwan atas pulau-pulau itu sebagai wilayah di mana mereka memiliki hak untuk mengambil sumber daya ikan. Taiwan juga mengirimkan sedikitnya 10 kapal patroli berdampingan dengan kapal-kapal penangkap ikan itu. “Kami akan lakukan segalanya untuk melindungi nelayan kami. Kami tidak mengesampingkan untuk menggunakan kekerasan jika Jepang juga melakukannya,” kata Kepala Penjaga Administrasi Pantai Taiwan Wang Chin Wang. Jepang mengklaim kepulauan tak berpenghuni itu yang disebut dengan Senkaku. Selain Taiwan, China juga mengklaim kepulauan itu yang diberi nama Diaoyu.Taiwan juga ikut mengklaim kepulauan itu karena jaraknya hanya 200 kilometer dari wilayah mereka. Cadangan sumber daya mineral yang melimpah menjadi alasan utama perebutan kepulauan itu. Sejarah mencatat insiden besar antara Taiwan dan Jepang yang serupa terakhir kali terjadi pada 1996. Saat itu, 41 kapal membawa sejumlah aktivis dari Hong Kong dan Taiwan memasuki perairan sekitar pulau dengan tujuan untuk menyatakan kedaulatan. Dari Taipei, Presiden Taiwan Ma Ying Jeou kemarin menyerukan dukungan bagi puluhan kapal Taiwan yang memasuki perairan sengketa di Laut China Timur.“Presiden Ma mendukung aksi patriotik nelayan Taiwan itu,” demikian keterangan resmi Kantor Kepresidenan Taiwan. Ma juga meminta Jepang untuk menghargai hak-hak nelayan di wilayah tangkap ikan yang telah turun-temurun. Dia berharap semua pihak dapat menyelesaikan ketegangan dalam menyelesaikan konflik perebutan sumber mineral di Laut China Timur. Sementara dari Beijing,China kemarin menegaskan kepada Jepang bahwa Beijing tidak akan memberikan toleransi sedikit pun dalam aksi unilateral. “Jepang harus menghilangkan ilusi dan menghadapi langkah penuh risiko dan memperbaikinya dengan upaya-upaya yang kredibel,” kata Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) China Zhang Zhijun. Penegasan Zhang itu diungkapkan saat bertemu Wakil Menlu Jepang Chikao Kawaii. Diskusi itu mengerucut dalam hal perebutan kepulauan yang telah menjadi sengketa sejak 1970-an. Ketegangan kedua belah pihak memuncak saat Jepang menasionalisasi pulau sengketa dari pemilih aslinya. Demonstrasi anti-Jepang sempat menyebar ke berbagai wilayah China. andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/529842/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford