China-Jepang Belum Sepakat
NEW YORK– Menteri Luar Negeri China dan Jepang kemarin menggelar pertemuan membahas sengketa pulau di Laut China Timur di sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Namun,pertemuan Menlu China Yang Jiechi dengan Menlu Jepang Koichiro Gemba yang digelar Selasa (25/9) waktu setempat itu tidak menghasilkan terobosan dan titik temu apa pun. “Meskipun atmosfernya sedikit tegang,China tetap memaksakan kehendak dan kedua menteri sepakat untuk terus berdialog,”ujar seorang pejabat Jepang dikutip AFP. Yang dan Gemba berada di New York dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB.
Dalam kesempatan itu mereka berusaha mendiskusikan krisis pulau yang disebut Diaoyu di China dan Senkaku di Jepang yang menyebabkan hubungan kedua negara dalam titik terendah. Seperti dilaporkan kantor berita Xinhua,Yang menuding Jepang telah melakukan “pelanggaran besar-besaran” terhadap integritas teritorial China.
“ Tokyo membeli kepulauan sengketa di Laut China Timur sebagai bentuk tidak menghiraukan China yang sangat menentang langkah itu,” ujar Yang dalam pertemuan itu. Yang juga menegaskan, China tetap menganggap Kepulauan Diaoyu sebagai teritorial sakral yang masuk dalam kekuasaan Negeri Panda sejak berabad-abad silam.Yang menambahkan, langkah pembelian itu sebagai “pembantahan palsu” terhadap kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.
“Itu juga menjadi tantangan berani terhadap tatanan internasional setelah perang,”tuturnya. Sementara, seorang pejabat Jepang mengungkapkan, Menlu Gemba sepakat tidak merilis detail perundingan karena sensitivitas diplomatik. Tapi, Jepang sepakat menjaga keterbukaan komunikasi di tataran pemerintahan. “Pertama,MenluChinamengungkapkan komentar dan pendapatnya sendiri mengenai Kepulauan Senkaku.
Dia menjelaskan posisinya dengan detail,” ujar pejabat senior Jepang.“Sebagaibalasan, MenluJepangmeminta sikap menahan diri dari China karena kerugian para pebisnis Jepang dan afiliasinya di China. Dia menegaskan, kekerasanitutidakdapatditoleransi.” Para diplomat mengungkapkan, kalau pertemuan itu atas permintaan Gemba. Pihak Jepang juga tidak memberikan komentar resmi atas perundingan tersebut.Namun,Kementerian Luar Negeri Jepang telah menjelaskan posisinya kepada para jurnalis asal Negeri Matahari Terbit.
“Kami tidak yakin setiap ketegangan dapat diselesaikan,” kata Naoko Saiki, Deputi Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Jepang. Saiki menegaskan bahwa Jepang tidak percaya ketegangan dapat diselesaikan dalam konteks kedaulatan dan teritorial. Berdasarkan fakta sejarah dan hukum internasional, Kepulauan Senkaku merupakan bagian tak terlepaskan dari teritorial Jepang.
Pada Selasa (25/9) pasukan penjaga pantai Jepang dan Taiwan terlibat perang meriam air. Insiden itu semakin mengerucutkan ketegangan yang melibatkan bukan hanya China dan Jepang,tetapi juga Taiwan.Hubungan Jepang dan China memiliki masa-masa kelam, saat agresi militer Tokyo pada 1930- an dan 1940-an. andika hendra m/ susi susanti
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/530236/
Komentar