Assad Bersembunyi di Latakia

AMMAN – Presiden Suriah Bashar al-Assad kemarin dilaporkan bersembunyi di Latakia, kota pelabuhan di Suriah. Kabar persembunyian Assad itu diungkapkan sumber oposisi dan seorang diplomat Barat. Assad sendiri belum tampil ke publik sejak serangan bom pada Rabu (18/7). Hanya saja, belum jelas apakah Assad meninggalkan Damaskus menuju Latakia pada setelah atau sebelum serangan tersebut. “Berdasarkan informasi kita, dia (Assad) tinggal di istananya di Latakia. Dia mungkin berada di sana selama beberapa hari,” ujar salah satu tokoh oposisi senior yang enggan disebutkan namanya, dikutip Reuters. Istana di Latakia itu kerap digunakan Assad untuk menggelar pertemuan bisnis. Istana itu terletak di dekat bukit di kota wisata itu. Menurut seorang diplomat yang mengikuti perkembangan situasi di Suriah, semua orang saat ini ingin mengetahui bagaimana Assad menjalankan struktur komando. “Pembunuhan kemarin (Rabu) merupakan tekanan hebat, tetapi bukan akhir dari segalanya,” tegas diplomat yang enggan disebutkan namanya. Kenapa Assad bersembunyi di Latakia? Di provinsi itu dihuni oleh minoritas kelompok Alawi. Assad sendiri berasal dari kelompok Alawi. Kelompok Alawi dikenal sebagai pendukung setiap Assad. Sementara itu, aset senilai 100 juta poundsterling atau setara Rp1,48 triliun. milik para pemimpin Suriah di Inggris telah dibekukan. Sebagian besar aset itu disimpan dalam beberapa rekening atas nama pribadi dan organisasi. Disebutkan Iain Willis dari Alaco, perusahaan intelijen bisnis, jumlah kekayaan Assad mencapai 1 miliar poundsterling atau senilai Rp14,81 triliun. Perkirakan itu dikarenakan keluarga Assad telah berkuasa selama 41 tahun. Sebagian besar kekayaan itu didepositokan di Rusia dan negara lain yang belum memberlakukan sanksi kepada Damaskus. Kemudian, Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Liga Arab menyerukan agar Dewan Keamanan (DK) PBB melakukan aksi nyata untuk mengakhiri konflik Suriah. “Semua pihak harus mengakhiri segala bentuk kekerasan bersenjata dan mengimplementasikan rencana enam poin dan mengutamakan dialog politik,” katanya dikutip AFP. Serangan bom yang terjadi pada Rabu lalu itu di markas besar keamanan negara menewaskan ipar presiden,Asef Shawkat; Menteri Pertahanan Suriah Dawood Rajha; dan kepala tim krisis Assad tewas dalam serangan bom bunuh diri saat tengah menggelar rapat di markas besar keamanan negara. ledakan itu juga mengakibatkan dua pejabat senior Menteri Dalam Negeri Ibrahim al-Shaar dan Kepala Biro Keamanan Nasional Hisham Ikhtar terluka. Kelompok oposisi mengklaim bom sudah dipasang di lokasi sehari sebelum pertemuan itu berlangsung. Angkatan Bersenjata Suriah bersumpah akan menyingkirkan dan membasmi kelompok kriminal dan geng pembunuh dari negeri itu. Al Jazeera melaporkan pertempuran antara pemerintah dan pemberontak kemarin semakin sengit dan sudah mulai memasuki Damaskus. Selain itu, di beberapa kota di Suriah juga terjadi pertempuran berdarah. Baik pemerintah maupun kubu oposisi mengklaim banyak jumlah korban tewas dalam konflik yang semakin memanas itu. Pemerintah Suriah telah menerjukan artileri dan helikopter untuk memburu para pemberontak. AS: Assad Kehilangan Kendali Gedung Putih menilai pembunuhan tiga tokoh kunci pertahanan dan keamanan Suriah menunjukkan Presiden Bashar al-Assad mulai kehilangan kendali atas negerinya. “Saya kira insiden ini menunjukkan Assad mulai kehilangan kendali,” kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carner. “Seluruh komunitas internasional kini harus bersama-sama mendukung terjadinya sebuah transisi.” Kemudian, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta mengatakan meningkatnya kekerasan di Suriah menunjukkan perlunya Presiden Bashar al-Assad untuk mundur. Panetta mengatakan kondisi keamanan di Suriah sudah sulit dikendalikan. “Keadaan di sana secara cepat menjadi di luar kendali,” kata Panetta. “Masyarakat internasional perlu melakukan tekanan maksimum terhadap Presiden Bshar al-Assad untuk mengundurkan diri dan mengizinkan dilakukannya transisi secara damai,” imbuh mantan Kepala Badan Intelijen AS (CIA). Sementara itu, Prancis menyatakan pemboman di Damaskus Rabu (18/07) menunjukkan perlunya transisi politik di negara itu. “Pemerintah Prancis -yang tidak mengetahui kondisi penyerangan- selalu mengecam terorisme,” kata Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius. “Menilik dari seriusnya kekerasan itu, maka semakin perlu dan mendesak untuk melakukan transisi politik.” Raja Yordania Abdullah II menuding serangan bom Suriah itu memberikan kesempatan bagi Assad untuk mundur agar menghindari perang sipil. “Skenario terburuk bagi kita semua di Timur Tengah adalah perang sipil,” katanya kepada CNN. Abdullah II tidak mau berspekulasi terlalu tinggi bahwa Assad bakal mundur dalam waktu dekat. “Saya tidak mau berpikir bahwa kita langsung membuat kesimpulan bahwa rezim Assad mendekati tumbang,” katanya. Dia malah menekankan tentang oposi politik yang harus diutamakan. Sebagai sekutu utama Suriah, Moskow tetap membela Damaskus. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, justru menuding sejumlah negara memicu pihak oposisi Suriah. “Bukannya menenangkan pihak oposisi, sejumlah mitra kami bahkan menyulut mereka untuk melanjutkan kekerasan,” kata Lavrov dikutip RIA Novosti. Ditegaskan oleh Lavrov bahwa mendukung oposisi Suriah merupakan kebijakan buntu karena Assad tidak akan turun secara sukarela. Dia juga memperingatkan kesepakatan atas sanksi PBB terhadap Suriah sama saja dengan dukungan langsung kepada pemerintah. Dari Jerusalem, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak menegaskan pemerintahannya terus mengamati perkembangan di Suriah. “Saya menggelar rapat dengan pejabat keamanan dan intelijen untuk terus memantau detik demi detik apa yang terjadi di Suriah,” tuturnya. Barak juga berdiskusi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menhan AS Leon Panetta. “Kita percaya bahwa pembunuhan terhadap pejabat tinggi Suriah itu sebagai katalis terhadap kejatuhan rezim Assad,” katanya. Menurut Barak, Israel juga memantau perkembangan dan kemungkinan upaya transfer persenjataan dan senjata kimia dari Suriah ke Hizbullah di Lebanon. Sementara itu di Lebanon, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengutuk serangan bom yang disebutnya sebagai sebuah pembunuhan terencana. “Kami akan merindukan mereka dan kami menyatakan belasungkawa untuk pemimpin Suriah dan angkatan bersenjata Suriah,” kata Nasrallah. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford