Rusia Tolak Intervensi Suriah
MOSKOW– Rusia kembali menegaskan bahwa akan terus menentang upaya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (DK PBB) untuk intervensi sanksi militer terhadap Suriah.
Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, isu intervensi asing di Suriah merupakan cara yang cukup emosional dan radikal.“Rusia tidak akan memberikan sanksi penggunaan kekuatan militer,” katanya dikutip BBC. Dia mengatakan, kekuatan asing bakal mendorong oposisi bersenjata seperti skenario Libya yang bakal diulang di Suriah. “Semuanya merupakan permainan yang berbahaya,”imbuh dia.
Baik Rusia maupun China tetap menentang resolusi DK PBB untuk mengecam pemerintah Suriah yang terus melanjutkan kekerasan. Upaya untuk mencari solusi diplomasi masih terus dilanjutkan, meskipun lebih dari 80 warga sipil dibunuh oleh pasukan propemerintah pada Sabtu (9/3). Para pemantau PBB di Suriah juga terus memantau implementasi gencatan senjata dan memaksa Damaskus untuk menerapkan enam poin pakta perdamaian, yang dimediasi mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan.
Lavrov memaparkan pakta perdamaian Annan berjalan tertatih-tatih, tapi Rusia tidak melihat ada alternatif lain.Dia menegaskan, Moskow tidak menentang pelengseran Presiden Bashar Al-Assad. Hanya, menentang pelengseran itu dilakukan dari upaya luar.“Jika rakyat Suriah sepakat (melengserkanAssad), kita dengan senang hati akan mendukung solusi itu,”katanya.
Dia juga mengajukan usulan Moskow untuk digelarnya konferensi internasional di Suriah yang melibatkan Iran, sekutu utama Damaskus.“Iran tidak memiliki tempat karena telah disalahkan untuk segalanya dan menjadi bagian dari masalah,” kata Lavrov. Barat juga menuding Teheran mempersenjatai pasukan Suriah.
Sementara itu, kubu oposisi Dewan Nasional Suriah (SNC) kemarin memilih aktivis Kurdi Abdel Basset Syada sebagai pemimpin baru mereka.Dia menggantikan Burhan Ghalioun yang memimpin sejak kelompok itu didirikan pada September lalu. Setelah terpilih, Syada pun langsung mengancam Assad. “Rezim Assad berada pada putaran terakhir,”katanya dikutip AFP.“Kita memasuki fase yang sensitif. Rezim itu pada masamasa akhir.”
Menurut dia,pembunuhan massal yang banyak terjadi dan pengeboman menunjukkan bagaimana perlawanan terus dilaksanakan. Syada yang tinggal di pengasingan, Swedia, mengaku ingin mereformasi dan merestrukturisasi dewan itu.Ditanya mengenai ambisi pemimpin SNC,Syada mengatakan kubunya bakal fokus untuk meraih dukungan internasional agar melakukan tindakan tegas terhadap rezim Assad.
“Kita ingin memperkuat hubungan dengan para aktivis di lapangan dan pemberontak Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) yang mendukung kita dengan segala cara,”katanya. Dari Yerusalem,Wakil Perdana Menteri (PM) Israel Shaul Mofaz mengkritik Rusia yang mempersenjatai Damaskus. Dia juga meminta intervensi militer internasional untuk menggulingkan Assad.
“Kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, telah terjadi di Suriah saat ini. Diamnya kekuatan dunia sangat kontras dengan logika manusia,”kata Mofaz kepada Radio Militer Israel. Menurut Mofaz, Israel memiliki opsi yang terbatas terhadap Suriah, tetapi tetap melakukan lobi untuk aksi internasional.“ Kita sangat butuh agar suara kita didengar,” katanya. Menurut dia, Israel sendiri tidak akan terlibat karena alasan tertentu.“Saya pikir, Barat yang dipimpin Amerika Serikat, memiliki kepentingan agar genosida tidak terjadi.”
Saat ini, menurut Deputi Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon, pemerintahan PM Benjamin Netanyahu sedang menyiapkan bantuan bagi warga Suriah yang mengungsi di Yordania dan negara lain yang memiliki ikatan hubungan diplomasi dengan negeri Yahudi itu.Persiapan itu dilakukan untuk melancarkan rencana untuk menggulingkan Bashir al-Assad. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/502165/
Komentar