Rakyat Mesir Pilih Presiden Baru
KAIRO – Rakyat Mesir kemarin memberikan suara dengan bebas untuk pertama kalinya dalama sejarah.
Pemilu itu digelar sejak digulingkannya pemimpin Mesir Hosni Mubarak setelah berkuasa selama 30 tahun dengan julukan “Firaun”. 50 juta rakyat Mesir memberikan suara pada tempat pemungutan suara yang dibuka pada pukul 08:00 waktu setempat.
Diprediksi kalau tidak ada salah satu kandidat yang bakal mendapatkan separuh dari total suara pemilih dan memenangkan pemilu pada putaran pertama itu. Pemilu putaran kedua sepertinya bakal digelar pada Juni mendatang dengan dua kandidat peraih yang memperoleh suara terbesar pada putaran pertama.
Adalah Mohammed Mursi, ketua Partai Kebebasan dan Keadilan yang merupakan bagian dari Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim) memiliki kesempatan besar untuk meraih posisi pertama. “Kita tidak akan memindahkan revolusi kita kepada orang,” kata Mursi dikutip Reuters. Meski Mursi tidak mengandalkan kharisma dan pengalaman politik, dia lebih mengandalkan mesin Ikhwanul Muslimin.
Sebenarnya, Mursi juga bukan calon utama dari Ikhawanul Muslimin. Awalnya mereka mengajukan Khairat al-Shater. “Dalam sebuah pertandingan, selalu ada pemain cadangan yang bermain hanya 10 menit, mencetak gol dan memenangkan pertandingan. Mursi adalah pemain cadangan itu,” kata ulama Ikhwanul Muslimin, Mohammed Abdel Maqsoud dikutip BBC.
Musuh utama Mursi adalah Abdel Moneim Abol Fotouh, ulama yang mendapatkan dukungan luas dari kubu liberal hingga Salafi. Selain itu, kandidat yang mendapatkan dukungan kuat dunia internasional adalah Amir Moussa karena pernah menjadi menteri luar negeri dan Sekjend Liga Arab. Kandidat lainnya adalah Ahmed Shafiq yang pernah menjadi perdana menteri terakhir pada masa Mubarak dan mantan panglima Angkatan Udara.
Siapapun pemenang pemilu presiden ini bakal mengemban tugas berat dalam bidang politik dan ekonomi. Apalagi, presiden mendatang juga harus “menundukkan” militer yang menjadi pilar utama ketika Mubarak berkuasa. Para analis menganggap militer juga sepertinya ingin memiliki kekuasaan besar dan tidak ingin meninggalkan panggung perpolitikan Mesir.
Namun, pejabat senior militer Mesir, Jenderal Mohamed el-Assar mengatakan kalau militer tidak ingin memegang kekuasaan. “Dengan pemilu ini, kita telah menyelesaikan langkah terakhir pada periode transisi,” kata Assar pada konferensi pers pada malam menjelang pemilu dikutip Reuters.
Rawannya kondisi keamanan ini membuat Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) yang memimpin Mesir sejak Februari 2011 meminta agar rakyat menerima apapun hasil pemilihan presiden ini. “Sangat penting bagi kita untuk menerima apapun hasil pemilihan, yang menggambarkan pilihan sebagian besar rakyat Mesir,” demikian pernyataan resmi SCAF. “Perhatikan dalam benak kita bahwa proses demokrasi Mesir sudah sampai pada langkah pertama dan kita semua harus memberikan sumbangsih agar proses ini berjalan sukses.”
Perdana Menteri Kamal al-Ganzuri berharap agar pemilihan presiden ini akan berjalan lancar. Dia menyerukan agar semua kandidat, partai politik, kelompok masyarakat untuk menjamin para pendukung menghormati dan menerima hasil pemilu.
Sementara itu, pasukan Mesir berjaga di berbagai sudut untuk mengamankan pemilihan presiden. Keamanan menjelang pemungutan suara terlihat sangat ketat untuk menjaga berbagai hal yang tidak diinginkan.
Sebenarnya, para pemilih telah memilih pilihan karena kampanye pemilu dilaksanakan selama tiga pekan. Mesir juga menggelar debat presiden di televisi. Media-media memberikan wawancara dengan para kandidat presiden. Spanduk dan poster juga menjadi sampah visual di jalanan di berbagai kota di Mesir.
Namun, masih ada rakyat Mesir yang belum yakin terhadap kandidat yang menjadi pilihannya. “Saya akan memberikan pilihannya pada hari ini (kemarin). Ini merupakan peristiwa bersejarah. Tapi, saya tidak mengetahui saya akan memilih siapa,” kata Mahmoud Morsy, 23.
Pemilu kali ini merupakan pertama kali bagi rakyat Mesir untuk memilih pemimpin mereka tanpa adanya tekanan dan skenario. Pemungutan suara ini dianggap sebagai tonggak sejarah bagi rakyat Mesir sepanjang 5.000 tahun perjalanan bangsa. Rakyat Mesir dari zaman dulu dikenal dipimpin oleh firaun, sultan, raja dan pejabat militer. “Saya tidak pernah memberikan suara sebelumnya untuk memilih presiden. Ini merupakan suatu hal yang baru bagi warga Mesir,” kata Ahmed Ali, mahasiswa di Alexandria, kota terbesar kedua di Mesir. (andika hendra m)
Komentar