Pemilu Mesir Ricuh

KAIRO— Pemilu Mesir berujung kerusuhan setelah pada Senin (28/5) kantor pusat kandidat yang lolos ke pemilu putaran kedua, Ahmad Shafiq, dibakar massa yang tidak dikenal. Pembakaran gedung yang terletak di Kairo itu hanya terjadi beberapa jam setelah pejabat komisi pemilu mengumumkan bahwa mantan perdana menteri (PM) itu berhak maju pada pemilu putaran kedua. Shafiq dianggap sebagai simbol rezim Husni Mubarak yang telah digulingkan oleh rakyat Mesir. Shafiq bakal bersaing dengan kandidat dari Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin/ IM) Mohammed Mursi. Belum ada laporan mengenai korban luka. Para petugas pemadam kebakaran hanya menyatakan bahwa kebakaran terjadi begitu cepat. “Kami berada di dalam gedung ketika mereka menyerang,”ujar salah satu anggotaa staf kampanye Shafiq dikutip AFP. “Mereka mulai membakar garasi yang menjadi tempat perpustakaan kubu Shafiq.” BBC melaporkan, tidak ada yang tahu siapa yang melakukan serangan, tapi polisi menyatakan telah menangkap delapan orang tersangka pelaku penyerangan.Para penyerang juga mengambil sejumlah poster kampanye dan diduga juga mengambil beberapa komputer yang terdapat di dalam kantor. Para pendemo anti-Shafiq membubarkan diri setelah sejumlah pendukung Shafiq yang marah akibat serangan tiba di lokasi. Para analis memprediksi kalau lolosnya Shafiq dalam pemilu putaran kedua bakal menjadi bumerang. Rakyat Mesir dihadapkan pada dua kandidat di mana satu bakal merepresentasikan simbol militer yang telah menguasai negara itu selama enam dekade dan satunya adalah gerakan Islam yang ditekan oleh militer selama beberapa dekade itu. “Pemilu kali ini tidak jujur dan adil,”kata Ali kepada Al Jazeera.“ LapanganTahrir menjadi tempat menggulingkan Mubarak dan bakal menggulingkan Shafiq.” Sebelumnya sekitar 1.000 demonstran berkumpul di Lapangan Tahrir untuk memprotes keikutsertaan Shafiq dalam pemilu putaran kedua.Mereka menyebutkan kalau Shafiq tidak layak menjadi kandidat presiden karena merupakan kepanjangan tangan rezim Mubarak. Komisi pemilu Mesir sudah menyampaikan hasil resmi pemilihan presiden babak pertama yang memastikan digelarnya pemilu putaran yang bakal digelar pada 16 dan 17 Juni. Dua calon presiden,yaitu mantan perdana Ahmed Shafiq dan Mohamed Mursi dari Ikwanul Muslimin, sama-sama meraih suara sekitar 5 juta suara dengan tingkat partisipasi pemilih 46% dari total 50 juta warga yang memiliki hak suara. “Tidak ada calon yang meraih kemenangan mutlak. Jadi berdasarkan Pasal 40 undangundang pemilihan presiden, akan digelar pemilihan antara Mursi dan Shafiq,” kata Ketua Komisi Pemilu Faruq Sultan dikutip BBC. Dia menjelaskan bahwa Mursi meraih 24,77% suara dan selisih tipis dengan Shafiq yang meraih 23,66%. Kandidat lainnya seperti Hamdeen Sabahy mendapatkan posisi ketiga 20,71% disusul tokoh muslim moderat Abdel Moneim Abul Fotouh dengan 17.47%. Ironisnya, mantan Menteri Luar Negeri Amr Moussa berada pada posisi kelima dengan 11,23%. Sultan juga menolak gugatan dari beberapa calon yang berpendapat terjadi ketidakteraturan dalam pemungutan suara. Dia membantah kabar burung yang menyatakan ratusan ribu polisi secara tidak sah diizinkan untuk memberikan suara. Bagaimanapun,diakui terjadi beberapa kesalahan namun tidak sampai memengaruhi hasil akhir. Pertarungan kini semakin meruncing antara Shafiq dan Mursi.Keduanya pun sudah saling menyerang satu sama lain. Kubu Mursi, IM, telah memperingatkan bahwa Mesir akan berada dalam bahaya di bawah pemerintahan Shafiq. Mursi juga telah mengklaim telah mendapatkan suara Partai Al Nur dari kelompok Salafis yang sebelumnya mendukung calon Abul Fotouh di pemilu putaran pertama. “Sebagai presiden, saya akan menjadi presiden bagi seluruh rakyat Mesir. (Hubungan) dengan IM bagi saya bakal sama dengan semua rakyat Mesir,” kata Mursi. Bagaimana dengan Shafiq? Shafiq diperkirakan akan mendapat dukungan dari penduduk kawasan perdesaan yang lebih memprihatinkan masalah keamanan dan ketertiban umum. “Revolusi sudah dicuri dan saya akan mengembalikan buahnya ke tangan rakyat,” katanya. Sebelumnya Abol Fotouh, Sabahy, dan Moussa mengajukan komplain mengenai penyelenggaraan pemilu. Mereka menganggap terjadi pelanggaran serius pada pemilu tersebut.“Saya menolak hasil pemilu dan tiga mengakuinya,” kataAbol Fotouh,mantan anggota IM. Hal senada diungkapkan Moussa. Dia mempertanyakan hasil pemilu itu. “Banyak pelanggaran pada pemilu, tetapi ini tidak seharusnya mengubah persepsi kita mengenai demokrasi dan keinginan memilih presiden,”kata Moussa. andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/498946/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford