Mursi dan Shafiq Bakal Maju Putaran Dua
KAIRO – Mohammed Mursi dan kandidat presiden dari Ikhwanul Muslimin(Persaudaraan Muslim/IM) dan mantan perdana menteri (PM) Ahmed Shafif diprediksi bakal maju ke pemilu presiden putaran kedua.
IM mengungkapkan kandidatnya memimpin perolehan suara setelah 90% suara telah dihitung. Sedangkan Shafiq, mantan PM dibawah kekuasaan Hosni Mubarak, diprediksi berada pada peringkat kedua. “Bakal ada pemilu putaran dua yang menyandinkan Mohammed Mursi dan Ahmed Shafiq setelah 90% suara dihitung secara nasional,” demikian keterangan kelompok Islam di situs mereka, dikutip AFP.
Partai Kebebasan dan Keadilan (PKK) bagian dari IM juga menegaskan kalau Mursi mendapatkan suara terbanyak. Itu disimpulkan setelah penghitungan yang dilakukan partai tersebut. “Saya yakin bahwa indikasi awal menunjukan, kandidat kami memimpin,” kata wakil ketua partai PKK Essam al-Erian. Dia menambahkan prediksi berdasarkan pada hasil penghitungan di 236 dari 13.000 tempat pemungutan suara.
“Kita sangat percaya bahwa presiden Mesir mendatang adalah Mursi,” kata al-Erian dikutip Reuters. Jika Mursi menjadi presiden, IM hanya akan menguasai institusi pemerintah, bukan militer. Kekuasaan presiden baru Mesir juga belum jelas karena masih belum dirumuskan siapa yang bakal membuat konstitusi baru.
Kemudian, juru bicara dari kubu Shafiq belum dapat dikonfirmasi. Hasil pemilu dua hari itu sepertinya bakal diumumkan oleh lembaga pemilu pada Minggu (27/5) mendatang. Jika hasil sementara diumumkan, maka dua kandidat dengan perolehan suara terbanyak pertama dan kedua bakal maju ke pemilu pada 16 dan 17 Juni mendatang.
Pastinya, pemilu kali ini memberikan atmosfir yang berbeda bagi rakyat Mesir, layaknya cerita dalam novel. Maklum, negara itu selama bertahun-tahun selalu mendengar bahwa pemenang pemilu selalu orang yang sama. “Rakyat Mesir menahan nafas mereka,” demikian judul berita utama harian liberal al-Wafd.
Sekitar 50 juta orang terdaftar dalam pemilu, yang memilih 12 kandidat presiden setelah Hosni Mubarak dijatuhkan dari jabatannya setelah 18 hari protes massa. Selain Mursi dan Shafiq, kandidat presiden lainnya adalah Amr Moussa, mantan menteri luar negeri dan ketua Liga Arab; kemudian Abdul Moneim Aboul Faotouh, kandidat presiden independen Islam.
Sementara itu, lembaga nirlaba dan kelompok pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM) serta pemantau pemilu melaporkan sejumlah keluhan, termasuk kampanye ilegal di luar tempat pemungutan suara. Tetapi, secara umum para pemantau mengatakan puas dengan proses pemilu. Mantan anggota kongres AS Jane Harman yang memantau pemilu mengatakan bahwa dia sangat terkesan.
“Kami tidak mengetahui siapa yang akan menang dalam pemilu, kami tidak mengetahui apakah akan ada putaran kedua, kami tidak mengetahui secara pasti bagaimana presiden di negara ini, kekuasaan yang akan diperoleh dan apa yang terjadi dengan parlemen dan majelis konstitusi,” kata Harman dikutip BBC. “Tetapi sebagai salah satu pemantau pemilu lain, seperti Tunisia, saya harus katakan bahwa proses yang berlangsung selama lima hari sejak saya berada di Mesir, sangat mengesankan dan sebuah penghargaan bagi rakyat Mesir.”
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengucapkan selamat kepada Mesir atas pemilu bersejarah yang digelar dengan sukses. Dia menuturkan Washington siapa bekerjasama dengan pemerintahan baru Kairo. “Kita akan melanjutkan kerjasama dengan rakyatMesir untuk mewujudkan demokrasi yang merefleksikan nilai-nilai dan tradisi, penghargaan hak asasi universal,” kata Hillary.
Sebelumnya, sekitar 50 juta orang yang memenuhi syarat sebagai pemilih melakukan pencoblosan selama dua hari. Pada Kamis (24/5) lalu, merupakan hari pencoblosan kedua dan terakhir, sejumlah kandidat saling menuduh saingannya melanggar aturan pemilu.Moussa dan Shafiq mengklaim kabar bohong mengenai pengunduran diri sebagai kandidat telah disebarluaskan.
Moussa menyampaikan serangan terhadap saingannya Shafiq yang merupakan perdana menteri di masa akhir pemerintahan Mubarak, dengan mengatakan bahwa dia mewakili rezim lama. Moussa membantah kabar yang menyebutkan dia akan mundur dari pencalonan. Kemudian, Shafiq menyerang balik dengan menuduh Moussa menyebarkan kabar bohong, dan menyebut Moussa memiliki kaitan dengan rezim lama. Moussa merupakan menteri dalam kabinet Mubarak 1991-2001. (andika hendra m)
Komentar