China Lipatkan Gandakan Anggaran Militer
SINGAPURA – Anggaran pertahanan China bakal dilipatgandakan antara 2011 dan 2015.
Anggaran belanja Negeri Panda itu bakal melampui negara-negara lain di Asia Pasifik. Pernyataan itu diungkapkan kelompok analis global IHS.
Anggaran China pada tahun lalu mencapai USD119,8 miliar (Rp1,08 triliun). IHS memprediksi pada 2015, anggaran militer China menjadi USD238,2 miliar (Rp2,15 triliun). Peningkatan itu sangat wajar seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan China mencapai 18,75%.
Angka anggaran 2015 itu melebih jumlah total anggaran pertahanan 12 negara besar di Asia Pasifik yang hanya USD232,5 miliar (Rp2,10 miliar). IHS mengungkapkan anggaran China itu senilai empat kali lipat anggaran pertahanan Jepang.
“Beijing mampu meningkatkan anggaran militer dan siap membangun kemampuan militernya dalam dua dekade mendatang,” ujar Rajiv Biswas, ekonom IHS Global Insight Asia Pasifik, dikutip AFP. “Itu akan dilanjutkan meskipun badai ekonomi menerjang dunia.”
Pertumbuhan anggaran China selama ini meningkat 12% setiap tahunnya dari 2000 hingga 2009. China juga sangat diuntungkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Asia.
IHS menyebutkan bahwa China mengunakan uang tunai untuk memodernisasi perlengkapan militer dan mengurangi kekuatan prajuritnya. Pasalnya, China ingin merampingkan jumlah prajurit karena semakin banyak jumlah prajurit maka semakin banyak pengeluaran.
Disamping China dan Jepang, IHS juga melacak anggaran pertahanan India, Korea Selatan, Australia, Taiwan, Singapura, Indonesia, Pakistan, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Selandia Baru.
Menurut Kepala IHS Global Insight Sarah McDowall, fokus militer Amerika Serikat (AS) ke Asia Pasifik turut membantu peningkatan anggaran militer China. “Peningkatan anggaran militer China sangat dipengaruhi oleh pemerintahan asing. Hal yang sangat penting, itu dipengaruhi oleh kampanye diplomatik Washington yang lebih mengutamakan Asia Pasifik,” kata McDowall.
Dia mengutarakan, Washington ingin menjamin kebebasan laut di Asia Pasifik. Itu tentunya membuat China semakin panas dan tidak ingin kalah. “Washington tetap sigap dengan pertumbuhan militer China,” kata McDowall. Presiden AS Barack Obama berjanji meningkatkan kekuatan militernya di Asia. Bahkan, anggaran militer AS pun bakal ditingkatkan.
Sebenarnya, peningkatan anggaran militer China juga memaksa negara Asia Pasifik lainnya untuk meningkatkan anggaran militernya. “Negara-negara Asia Pasifik bakal berlomba-lomba meningkatkan anggaran militer,” analis senior IHS, Paul Burton. Menurut dia, China bukan saja hanya sebagai motivator. “Peningkatan anggaran militer juga dipengaruhi kompetisi perebutan sumber daya alam.”
Burton memprediksi Vietnam dan Indonesia khususnya diperkirakan bakal meningkatkan pertahanan militernya sesuai dengan produk domestik bruto (GDP). Tapi, kata dia, baik Indonesia dan Vietnam tidak akan mampu mencocokkan anggaran militer mereka dengan sumber daya alam yang mereka miliki. Berbeda dengan Singapura yang bakal meningkatkan anggaran pertahanan hingga USD12,3 miliar (Rp111,21 miliar) pada 2015.
Merespon laporan IHS, Global Times, media milik pemerintah China, tidak mempermasalahkan prediksi IHS. Mereka memperingatkan negara-negara Barat yang selalu menggunakan anggaran militer China untuk menunjukkan ancaman Beijing. “Tujuan memodernisasi pertahanan China untuk mengamankan persatuan dan keamanan nasional,” demikian ditulis Global Times. Kebijakan peningkatan anggaran untuk menyeleraskan dengan pertumbuhan ekonomi.
China berulang kali menegaskan belanja militer itu bukan sebagai ancaman bagi negara lain. Hanya saja, AS merupakan negara yang paling mengkhawatirkan pertumbuhan militer China. Apalagi, ketidaktransparan China yang menjadi permasalahan bagi negara-negara Barat.
Ketika laporan IHS itu dipublikasikan bersamaan dengan kunjungan Wakil Presiden China Xi Jingping ke Washington selama empat hari. Xi mempromosikan perubahan kepemimpinan di Partai Komunis. Dia juga bertemu dengan wakil presiden Joe Biden dan Presiden Obama. (andika hendra m)
Anggaran belanja Negeri Panda itu bakal melampui negara-negara lain di Asia Pasifik. Pernyataan itu diungkapkan kelompok analis global IHS.
Anggaran China pada tahun lalu mencapai USD119,8 miliar (Rp1,08 triliun). IHS memprediksi pada 2015, anggaran militer China menjadi USD238,2 miliar (Rp2,15 triliun). Peningkatan itu sangat wajar seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan China mencapai 18,75%.
Angka anggaran 2015 itu melebih jumlah total anggaran pertahanan 12 negara besar di Asia Pasifik yang hanya USD232,5 miliar (Rp2,10 miliar). IHS mengungkapkan anggaran China itu senilai empat kali lipat anggaran pertahanan Jepang.
“Beijing mampu meningkatkan anggaran militer dan siap membangun kemampuan militernya dalam dua dekade mendatang,” ujar Rajiv Biswas, ekonom IHS Global Insight Asia Pasifik, dikutip AFP. “Itu akan dilanjutkan meskipun badai ekonomi menerjang dunia.”
Pertumbuhan anggaran China selama ini meningkat 12% setiap tahunnya dari 2000 hingga 2009. China juga sangat diuntungkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Asia.
IHS menyebutkan bahwa China mengunakan uang tunai untuk memodernisasi perlengkapan militer dan mengurangi kekuatan prajuritnya. Pasalnya, China ingin merampingkan jumlah prajurit karena semakin banyak jumlah prajurit maka semakin banyak pengeluaran.
Disamping China dan Jepang, IHS juga melacak anggaran pertahanan India, Korea Selatan, Australia, Taiwan, Singapura, Indonesia, Pakistan, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Selandia Baru.
Menurut Kepala IHS Global Insight Sarah McDowall, fokus militer Amerika Serikat (AS) ke Asia Pasifik turut membantu peningkatan anggaran militer China. “Peningkatan anggaran militer China sangat dipengaruhi oleh pemerintahan asing. Hal yang sangat penting, itu dipengaruhi oleh kampanye diplomatik Washington yang lebih mengutamakan Asia Pasifik,” kata McDowall.
Dia mengutarakan, Washington ingin menjamin kebebasan laut di Asia Pasifik. Itu tentunya membuat China semakin panas dan tidak ingin kalah. “Washington tetap sigap dengan pertumbuhan militer China,” kata McDowall. Presiden AS Barack Obama berjanji meningkatkan kekuatan militernya di Asia. Bahkan, anggaran militer AS pun bakal ditingkatkan.
Sebenarnya, peningkatan anggaran militer China juga memaksa negara Asia Pasifik lainnya untuk meningkatkan anggaran militernya. “Negara-negara Asia Pasifik bakal berlomba-lomba meningkatkan anggaran militer,” analis senior IHS, Paul Burton. Menurut dia, China bukan saja hanya sebagai motivator. “Peningkatan anggaran militer juga dipengaruhi kompetisi perebutan sumber daya alam.”
Burton memprediksi Vietnam dan Indonesia khususnya diperkirakan bakal meningkatkan pertahanan militernya sesuai dengan produk domestik bruto (GDP). Tapi, kata dia, baik Indonesia dan Vietnam tidak akan mampu mencocokkan anggaran militer mereka dengan sumber daya alam yang mereka miliki. Berbeda dengan Singapura yang bakal meningkatkan anggaran pertahanan hingga USD12,3 miliar (Rp111,21 miliar) pada 2015.
Merespon laporan IHS, Global Times, media milik pemerintah China, tidak mempermasalahkan prediksi IHS. Mereka memperingatkan negara-negara Barat yang selalu menggunakan anggaran militer China untuk menunjukkan ancaman Beijing. “Tujuan memodernisasi pertahanan China untuk mengamankan persatuan dan keamanan nasional,” demikian ditulis Global Times. Kebijakan peningkatan anggaran untuk menyeleraskan dengan pertumbuhan ekonomi.
China berulang kali menegaskan belanja militer itu bukan sebagai ancaman bagi negara lain. Hanya saja, AS merupakan negara yang paling mengkhawatirkan pertumbuhan militer China. Apalagi, ketidaktransparan China yang menjadi permasalahan bagi negara-negara Barat.
Ketika laporan IHS itu dipublikasikan bersamaan dengan kunjungan Wakil Presiden China Xi Jingping ke Washington selama empat hari. Xi mempromosikan perubahan kepemimpinan di Partai Komunis. Dia juga bertemu dengan wakil presiden Joe Biden dan Presiden Obama. (andika hendra m)
Komentar