Militer Dukung Jong-un

PYONGYANG– Harapan bahwa kematian Kim Jong-il akan menyebabkan kudeta atau revolusi di Korea Utara (Korut), sepertinya hanyalah mimpi siang bolong.


Kim memang telah meninggal dunia sejak Sabtu (17/12) lalu. Tapi sampai saat ini,kematian itu tidak menyulut rumor mengenai kudeta atau revolusi penggulingan pemerintahan seperti yang terjadi di Afrika Utara dan Timur Tengah sepanjang tahun ini. Informasi yang sampai ke komunitas internasional adalah rakyat Korut masih berduka.Tidak ada aksi unjuk rasa ataupun pembelotan militer.

Semua berjalan seperti biasa. Stabilitas yang luar biasa itu mampu dihadirkan Korut karena peranan besar militer. Kim Jong-un, yang ditunjuk sebagai pengganti mendiang ayahnya, tetap tenang-tenang saja dan tidak ada kegelisahan ataupun kekhawatiran. Itu lantaran dia telah mendapatkan dukungan militer. Selain itu,Jong-un juga telah mendapatkan posisi yang cukup tinggi di militer dan jabatan politik pada September 2010. Itu menjadikan daya tawar Jong-un semakin kuat. Faktor pengalaman pun tampaknya diabaikan.Bisa jadi,dia bakal memimpin dinasti Korut selama beberapa dekade ke depan karena dukungan yang sangat kuat dari dalam negeri.

”Suksesi yang tidak mudah di Korut,” kata Hong Yung-lee, profesor politik Asia Timur dari Universitas California di Berkeley, Amerika Serikat (AS), dikutip Bloomberg. ”Institusi terpenting yang harus dipegang adalah militer.” Jong-un telah ditunjuk sebagai pemimpin Korut pada Senin (19/12) lalu, bersamaan dengan pengumuman kematian ayahnya. Militer Korut pun berjanji memberikan dukungan. Sebelum menduduki posisinya dan ditunjuk sebagai jenderal bintang empat pada tahun lalu, Jong-un tidak pernah disebut dalam laporan pejabat.

Kim justru menunjuk adik perempuannya, Kim Kyong-hui, saudara ipar Jang Song-thaek,dan pejabat Partai Pekerja Choe Ryong-hae untuk bertindak sebagai ”penjaga” dan mentor bagi Jong-un. ”Suksesi akan menjadi sebuah perlombaan melawan waktu,danwaktuterusberjalan,” kata Rod Lyon,direktur program di Institut Kebijakan Strategi Australia. ”Jika keluarga tidak bersatu,kita berada pada ranah yang sangat berbahaya.” Korut tidak memiliki pakta perdamaian dengan Korea Selatan (Korsel) setelah perang Korea pada 1950–1953.Korsel langsung meminta polisi untuk melaksanakan tugas darurat dan militernya dalam kondisi siaga penuh setelah kematian Kim diumumkan.

Jepang yang merupakan negara tetangga Korut juga sangat khawatir.Tokyo kemarin langsung mengumumkan pembelian pesawat F-35 dari Lockheed Martin Corp. Ya, militer Korut memang bukan hanya disegani di dalam negeri, melainkan di luar negeri. Ideologi militer-pertama merupakan hal utama di Korut yang memiliki 1,2 juta prajurit dan 7,7 tentara cadangan. Beberapa pasukan Korut yang sedang melaksanakan pelatihan dan kembali ke markas setelah kematian Kim Jong-il.

”Kita tidak tahu jika ada kelompok jenderal yang marah dan mungkin memutuskan sudah cukup setelah dua generasi Kim,” ujar Bradley K Martin, penulis Under the Loving Care of the Fatherly Leader: North Korea and the Kim Dynasty. ”Jong-un bukan pria yang berusia 30 tahun, itu menjadi suatu hal yang sulit.” Persiapan Jong-un untuk menjadi pemimpin Korut sangatlah terbatas. Dia hanya memiliki waktu 15 bulan masa transisi menjelang suksesi.

Itu sangat berbeda dengan ayahnya yang menghabiskan waktu 20 tahun untuk bersiap-siap menjadi pemimpin Korut. Jong-un bakal menggantikan posisinya ayahnya sebagai pemimpin tertinggi militer,kepala Komisi Pertahanan Nasional, dan Sekretaris Jenderal Partai Pekerja Korea.Menurut Park Joon-young,profesor hubungan internasional di Universitas Ewha Woman di Seoul,Jong-un harus memegang posisi itu semua untuk mengamankan posisinya sebagai kepala negara. ”Dia (Jong-un) tidak disiapkan dan membutuhkan bantuan banyak orang untuk mempertahankan posisinya sebagai penerus,” kata Park.

”Sangat sulit bagi Jong-un untuk berdiri sendirian.” Karena itu,posisi paman Jong-un,Jang Song-thaek,menjadi kunci pemerintahan masa mendatang.PosisiJangmenjadikannya sebagai orang kedua dalam pemerintahan yang menjadi pendukung utama Jong-un. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/453464/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford