Prancis Usulkan “Aksi Keras” untuk Suriah

AMMAN – Prancis kemarin mengusulkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa (UE) untuk mengambil “aksi keras” melawan Suriah untuk menghalangi represi kekerasan terhadap demonstran. Dalam beberapa hari kedepan, UE dan PBB seperti bakal mengirimkan pesawat tempur mereka ke Suriah.

“Prancis sekali lagi mengecam keras represi yang dilakukan pemerintah terhadap rakyat. Pemerintah menggunakan tank di Daraa,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Christine Fages.

“Siapa yang bertanggungjawab atas kejahatan itu harus mempertanggungjawab apa yang mereka lakukan,” katanya. Fages menuturkan, bersama Dewan Keamanan PBB dan UE, Prancis meminta aksi keras untuk menghalau penggunaan kekerasan yang dilakukan pemerintah Suriah.

Pasukan keamanan Suriah kemarin terus menembak warga sipl di kota Daraa, jantung kerusuhan di negara itu. Tank dan ratusan penembak jitu disebar di jalanan. Wilayah itu bagai medan perang antara pemerintah dan rakyatnya sendiri.

Presiden Bashar al-Assad menghadapi tantangan dari rakyatnya meski hanya berkuasa selama 11 tahun. Dia memerintahkan pasukan untuk menyerbu para aktivis pro-demokrasi di Daraa dan dua distrik di Damaskus. Para aktivis menyebutkan 20 orang tewas akibat serangan pasukan pemerintah. Organisasi HAM Sawasiah kemarin menyatakan pasukan keamanan telah menangkap 500 aktivis pro-demokrasi di Suriah

Barat mengkritik keras kekajaman Assad itu. Kekerasan yang dilakukan Assad karena dia sangat khawatir dengan kehancuran etnis minoritas Alawi yang menguasai negara mayoritas Sunni itu.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) telah meminta warganya tak melakukan perjalanan ke Suriah dan memerintahkan sebagian personel kedutaan besar meninggalkan negeri yang bergejolak itu. “Mengingat ketidakpastian dan ketidakstabilan situasi saat ini, warga negara Amerika di Suriah disarankan membatasi perjalanan yang tidak perlu di negeri ini,” bunyi peringatan Kementerian Luar Negeri AS.

Upaya itu muncul setelah pemerintahan Obama mempertimbangkan untuk menerapkan “sanksi-sanksi terpilih” terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad dan lingkaran dalamnya. Juru bicara Gedung Putih Jay Carney sebelumnya bilang bahwa Washington tengah melihat “berbagai pilihan”.

Dari Yaman, oposisi Yaman telah menyepakati rencana Presiden Ali Abdullah Saleh yang akan mengundurkan diri dalam waktu 30 hari. “Kita sepakat dengan kesepakatan dengan Dewan Kerjasama Teluk (GCC),” ujar juru bicara oposisi Mohammed Qahtan.

Namun, kubu demonstran menolak kesepakatan GCC. Banyak demonstran yang tidak mempercayai Saleh akan menepati janjinya. Para pengunjuk rasa menuntut agar Presiden Ali Abdullah Saleh segera mundur walaupun dia sudah setuju untuk mengundurkan diri tidak lama lagi.

Puluhan orang tewas dalam aksi unjuk rasa yang sudah berlangsung selama hampir tiga bulan untuk menentang Saleh, yang sudah berkuasa di Yaman sejak tahun 1979. Terbaru pada Senin lalu, aparat keamanan di Yaman menembaki para demonstran antipemerintah di kota Taiz, melukai paling tidak 10 orang.

Dari Libya, Pemimpin Libya Moamar Khadafi tetap bekerja kemarin setelah kompleks kediamannya dihancurkan oleh pesawat tempur NATO. “Khadafi tetap bekerja di Tripoli. Khadafi sehat, dan sangat sehat, serta memimpin pertempuran untuk perdamaian dan demokrasi di Libya,” ujar juru bicara pemerintah Mussa Ibrahim.

Ibrahim menyatakan, Khadafi berada di tempat yang aman dan bekerja setiap hari. “Khadafi berperang untuk menyediakan rakyat dengan pelayanan, makanan, obat-obatan dan bahan bakar,” kata Ibrahim, dikutip AFP. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford