Hengkang ke Arab, Istri Ben Ali Bawa 1,5 ton Emas

Tindakan klepto isri Presiden Tunisia Zine el-Abine Ben Ali, Leila Trabelsi, membawa lari 1,5 ton emas ketika melarikan diri. Nilai emas tersebut senilai USD60 juta atau Rp.540 miliar.

Laporan menghebohkan itu diungkapkan pertama kali oleh koran berbahasa Prancis, Le Monde. Leila datang ke Bank Sentral lalu memaksa kepala Bank of Tunisia untuk memberikan emas batangan. Kepala menolak, sampai akhirnya Leila menelepon suaminya. Ben Ali lalu memerintahkan Bank Sentral untuk memenuhi keinginan istrinya dan menyerahkan emas tersebut.

Tak lama setelah mengambil emas itu, Ben Ali dan Leila pergi meninggalkan Tunisia. Mereka awalnya mengarah ke Prancis, tapi pesawat yang mengangkut mereka tidak diberikan izin oleh Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Hingga Menteri Keuangan Prancis, Christine Lagarde mengungkapkan, adanya pergerakan pergerakan uang dalam jumlah besar dari Tunisia.
Akhirnya mereka mendarat di Arab Saudi, tapi beberapa laporan menyebut Leila mendarat di Dubai.

Sementara, Bank of Tunisia membantah telah memberikan emas kepada Leila Trabelsi. “Kami tidak pernah menerima perintah baik lisan atau tulisan untuk mengeluarkan emas maupun uang,” kata jurubicara Bank of Tunisia Zied Mouhli. “Emas itu masih ada di tempatnya, tidak pernah dipindah selama bertahun-tahun,” katanya.

Leila Trabelsi, 53, istri kedua Ben Ali dikenal suka bergaya hidup mewah. Dia dikenal rakus dan haus dengan kekuasaan. Bukan hanya Leila, tapi juga keluarga Trabelsi dikenal korup.

Ribuan demonstran di Tunis, ibukota Tunisia pun meminta seluruh keluarga besar Ben Ali, terutama Leila, dihukum mati. “Gantung mereka semua, biarkan kita mendapatkan kembali emas kita,” ujar para demonstran.

Sementara itu, Leila sendiri dijuluki “Imelda Marcos dunia Arab”. Itu dikarenakan gaya hidupnya yang sangat berlebihan. Dia juga dikenal suka mengunakan pakaian bermerek para desainer ternama. Peragaan busana yang digelar di berbagai kota mode di dunia pun kerap dihadiri oleh Leila. Busana-busana yang digunakan Leila ketika menghadiri acara-cara kenegaraan pun memandang kritikan tajam karena tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya rakyatnya.

Leila kerap berbelanja ke Dubai. Uang yang dibelanjakannya bukanlah uang pribadi, melainkan uang negara. Penghamburan uang negara itu memicu kontroversi negatif di mata warga Tunisia. Selain itu, 50 rumah mewah di berbagai dunia pun dikoleksinya. Rumah koleksinya dikabarkan seperti istana dijadikan aset utama ketika Ben Ali tidak lagi berkuasa.

Sebenarnya, Presiden Zine el-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa selama 23 tahun, Jumat (14/1) meletakkan jabatan setelah terjadi demonstrasi besar di Tunis. Pada Jumat malam PM Ghannouchi menjadi presiden sementara, namun keesokan harinya Mahkamah Konstitusi menyatakan ketua parlemen Foued Mebazaa yang seharusnya menjadi presiden sementara.

Leila merupakan perempuan yang sangat beruntung. Kehidupannya sangat berubah drastis ketika dia menikah dengan Ben Ali pada 1992 atau lima tahun setelah kudeta tak berdarah yang dilakukan Ben Ali. Saat itu, Ben Ali menggulingkan pahlawan kemerdekaan Tunisia, Habib Bourguiba. Padahal, Leila sebelumnya seorang penata rambut menjadi ibu negara. Tak mengherankan, gaya hidupnya pun tidak jauh dari dunia kecantika.

Lei sangat pandai dalam bermain dalam dunia filantropi. Dia kerap membantu yayasan internasional, meski dia sendiri tidak memberikan bantuan di dalam negaranya. Leila lebih mengutamakan pencitraan dibandingkan gaya hidup sebenarnya. Semuanya harus terlihat mewah ketika dia hadir dalam sebuah acara. Dia tidak menyukai sesuatu yang sederhana dan minimalis.

“Leila dan keluarganya menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi,” kata peneliti National Scientific Research Centre di Paris, Beatrice Hibou. Cara kerjanya pun sangat beragam, kata Hibou, satu di antaranya mereka melakukan privatisasi sebuah perusahaan negara bila sukses dan mendatangkan untuk mereka meminta bagian.

Bukan hanya di bisnis berkuasa, menurut penulis asal Prancis Nicolas Beau, Leila memasukkan kerabatnya memegang jabatan kunci di bidang politik dan ekonomi pemerintahan Ben Ali. “Mereka itu pencuri, bahkan pembunuh, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang,” kata warga Tunis, Mantasser Ben Mabrouk.

Kini kerajaan Trabelsi hancur, beberapa vila, rumah mewah dan toko milik keluarga itu dijarah, dirusak dan sebagian dibakar massa. Beberapa laporan menyebutkan, satu anggota keluarga terbunuh akibat diamuk massa. Seorang teman Ben Ali, Mohamed Gaddahi berkata, “Presiden banyak melakukan banyak hal, tapi keluarganya juga banyak melakukan hal yang buruk bagi Tunisia.”

Sementara itu, Leila juga diidentikkan dengan istri pemimpin Syah Iran yang digulingkan oleh pemimpin para ulama Iran. Para sejarawan Iran dengan bersandarkan pada dokumen-dokumen terpercaya yang ditemukan di kerajaan dan dinas rahasia Savak mengkonfirmasikan keluarga Syah, Mohammad Reza Pahlavi, ketika kabur dari Iran juga membawa kekayaan luar biasa ke luar Iran. (Independent/DM/AFP/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Belajar Inovasi dari (di) Belanda

Ingin Bertemu Para Penemu “Kotak Ajaib” dari Belanda