Korut Melunak,Korsel Siaga
SEOUL(SINDO) – Pasukan Korea Selatan (Korsel) kemarin tetap siaga dengan mengerahkan pesawat tempur dan kapal perang di perairan yang berdekatan dengan perbatasan Korea Utara (Korut). Padahal,Korut telah menarik kembali ancamannya untuk menyerang Korsel. “Tidak perlu untuk membalas setiap provokasi militer,” demikian keterangan resmi Pyongyang. Pernyataan tersebut diungkapkan beberapa jam setelah Korsel mengabaikan peringatan Korut agar tidak melakukan pelatihan militer.
Tak bisa dimungkiri, pernyataan tersebut menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea. Tapi, Seoul sepertinya tidak percaya begitu saja dengan pernyataan Pyongyang. Militer Korsel tetap siaga di perbatasan.“Saat ini adalah masa krisis paling serius dalam sistem pertahanan nasional kita sejak Perang Korea (1950–1953),” ujar Menteri Pertahanan Kim Kwan-jin kepada parlemen kemarin.
“Kita tetap mempertahankan kehadiran pasukan di perbatasan laut di sekitar Pulau Yengpyeong sebagai bentuk antisipasi terhadap provokasi yang dilakukan Korut,” papar Kim. Kim berjanji akan membalas setiap ada serangan Pyongyang dengan kekuatan udara dengan mengerahkan pesawat tempur.Dia menambahkan, pesawat tempur masih berpatroli di sekitar perbatasan. “Kapal-kapal tempur juga masih siaga di Laut Kuning,” ujarnya.
Saking siaganya, kemarin marinir Korsel diterjunkan untuk melindungi sebuah pohon Natal yang berada di sebuah gereja di puncak bukit dekat pulau perbatasan dengan Korut. Pohon Natal dari lampu yang bersinar terang itu mulai dinyalakan dalam sebuah upacara. Inilah kali pertama pasukan marinir diterjunkan untuk menjaga sebuah pohon Natal dalam tujuh tahun terakhir.
“Ini murni untuk tujuan keagamaan,” tutur pastor Koh Youngyong. Menurut sang pastor,upacara peringatan Natal itu dihadiri sekitar 300 jemaat gereja. Kementerian pertahanan Korsel menegaskan,negaranya berada dalam kesiagaan tingkat tinggi menjelang peringatan Natal tahun ini. “Marinir berada dalam level kesiagaan tertinggi di sekitar bukit itu,”papar seorang juru bicara Kementerian Pertahanan.
Bukit setinggi 155 meter itu terletak sekitar 3 km dari perbatasan, kawasan yang dapat dijangkau tembakan Korut. Kedua Korea pada 2004 silam mencapai kesepakatan untuk menghentikan propaganda lintas batas level pejabat dan Korsel menghentikan upacara penyalaan pohon Natal tahunan mereka. Sementara sikap lunak Korut sepertinya berkat campur tangan politisi Amerika Serikat (AS) Bill Richardson yang dikenal dekat dengan Korut. Gubernur New Mexico,AS,itu dikenal sebagai pemecah masalah dalam hal Korut.
Dia menyebutkan,Korut sepakat untuk menerima inspektur PBB. Selain itu,dia menuturkan,Pyongyang siap untuk bernegosiasi mengenai penjualan “balok bahan bakar” yang mampu digunakan untuk memproduksi bom atau membuat plutonium kepada pihak ketiga. Sementara Menteri Luar Negeri Korsel Kim Sung-hwan mengabaikan pernyataan Richardson.
Kim menyebutkan, Richardson tidak merefleksikan posisi pejabat Washington. “Saya menebak bahwa perjanjian nuklir antara Korut dan Gubernur Richardson mungkin akan digunakan Korut sebagai bentuk propaganda,” kata Kim kepada parlemen.“Gubernur Richardson bukan dalam posisi untuk menentukan kesepakatan mengenai isu nuklir,”paparnya. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/371180/
Tak bisa dimungkiri, pernyataan tersebut menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea. Tapi, Seoul sepertinya tidak percaya begitu saja dengan pernyataan Pyongyang. Militer Korsel tetap siaga di perbatasan.“Saat ini adalah masa krisis paling serius dalam sistem pertahanan nasional kita sejak Perang Korea (1950–1953),” ujar Menteri Pertahanan Kim Kwan-jin kepada parlemen kemarin.
“Kita tetap mempertahankan kehadiran pasukan di perbatasan laut di sekitar Pulau Yengpyeong sebagai bentuk antisipasi terhadap provokasi yang dilakukan Korut,” papar Kim. Kim berjanji akan membalas setiap ada serangan Pyongyang dengan kekuatan udara dengan mengerahkan pesawat tempur.Dia menambahkan, pesawat tempur masih berpatroli di sekitar perbatasan. “Kapal-kapal tempur juga masih siaga di Laut Kuning,” ujarnya.
Saking siaganya, kemarin marinir Korsel diterjunkan untuk melindungi sebuah pohon Natal yang berada di sebuah gereja di puncak bukit dekat pulau perbatasan dengan Korut. Pohon Natal dari lampu yang bersinar terang itu mulai dinyalakan dalam sebuah upacara. Inilah kali pertama pasukan marinir diterjunkan untuk menjaga sebuah pohon Natal dalam tujuh tahun terakhir.
“Ini murni untuk tujuan keagamaan,” tutur pastor Koh Youngyong. Menurut sang pastor,upacara peringatan Natal itu dihadiri sekitar 300 jemaat gereja. Kementerian pertahanan Korsel menegaskan,negaranya berada dalam kesiagaan tingkat tinggi menjelang peringatan Natal tahun ini. “Marinir berada dalam level kesiagaan tertinggi di sekitar bukit itu,”papar seorang juru bicara Kementerian Pertahanan.
Bukit setinggi 155 meter itu terletak sekitar 3 km dari perbatasan, kawasan yang dapat dijangkau tembakan Korut. Kedua Korea pada 2004 silam mencapai kesepakatan untuk menghentikan propaganda lintas batas level pejabat dan Korsel menghentikan upacara penyalaan pohon Natal tahunan mereka. Sementara sikap lunak Korut sepertinya berkat campur tangan politisi Amerika Serikat (AS) Bill Richardson yang dikenal dekat dengan Korut. Gubernur New Mexico,AS,itu dikenal sebagai pemecah masalah dalam hal Korut.
Dia menyebutkan,Korut sepakat untuk menerima inspektur PBB. Selain itu,dia menuturkan,Pyongyang siap untuk bernegosiasi mengenai penjualan “balok bahan bakar” yang mampu digunakan untuk memproduksi bom atau membuat plutonium kepada pihak ketiga. Sementara Menteri Luar Negeri Korsel Kim Sung-hwan mengabaikan pernyataan Richardson.
Kim menyebutkan, Richardson tidak merefleksikan posisi pejabat Washington. “Saya menebak bahwa perjanjian nuklir antara Korut dan Gubernur Richardson mungkin akan digunakan Korut sebagai bentuk propaganda,” kata Kim kepada parlemen.“Gubernur Richardson bukan dalam posisi untuk menentukan kesepakatan mengenai isu nuklir,”paparnya. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/371180/
Komentar