Greg Selkoe; Memerangi McFashion dengan Bisnis Ritel Pakaian Berbasis Online
Dalam prinsip Greg Selkoe,35,bisnis berbasis komunitas bakal menjadi bisnis masa depan karena tahan banting dan memiliki pangsa pasar yang pasti serta loyalis.
ATAS prinsip tersebut,Selkoe pun mengembangkan bisnis ritel pakaian di kota kecil Karmaloop,Boston, Massachusetts, Amerika Serikat (AS). Bisnis yang dikembangkannya sekaligus sebagai bentuk perlawanan terhadap McFashion. Meski berangkat dari kota kecil, Selkoe yang menamai perusahaannya dengan nama seperti asal kotanya, Karmaloop, berhasil meraih pendapatan USD40 juta per tahun.
Apa yang diraih itu tidak lepas dari keunikan yang ditawarkan Karmaloop, yang bukan sekadar situs komunitas, tapi sekaligus komunitas lifestye. Model pemasaran yang dia lakukan memang mengarah pada komunitas.Untuk mendukung strategi pemasaran, Selkoe pun mengembangkan KarmaloopTV dan mendirikan situs jejaring sosial Junglelife.com.“Kita mendekatkan diri ke pelanggan dengan teknologi dan musik,”katanya.
Dia berfilosofi, jangan sampai berlawanan arus dengan teknologi karena informasi dan tren berkembang setiap detik.“Teknologi baru menempati posisi sebagai inovasi kita dan membantu untuk bergerak lebih cepat dan lebih efisien untuk memberikan sentuhan lebih baik kepada pelanggan,”paparnya seperti dikutip dari lostinasupermarket. com. Strategi pemasaran yang dikembangkan dinilai efektif dalam mengembang kan bisnis ritel pakaian karena bisa mengefisienkan anggaran.
Pasarnya pun semakin luas.Kini,Selkoe memiliki 2,5 juta pengunjung situsnya setiap bulan. Pelanggan Karmaloop bukanlah pelanggan seperti umumnya pembeli. Namun,mereka adalah pembeli yang unik dan kreatif karena dapat memberikan saran inovasi dalam pengembangan desain kaus, celana,dan pakaian. “Kita berusaha mengembangkan sebuah gerakan untuk menyelamatkan orang dari kekuatan setan McFashion,”papar Selkoe.
Apa itu McFashion? McFashion merupakan budaya massal dari sebuah industri mode. Selain itu, McFashion merupakan ideologi merek tertentu yang tertanam dalam otak pelanggan.Tidak ketinggalan, Selkoe pun mengajar pada pelanggannya untuk mempromosikan toko pakaian. “Pelanggan merupakan bagian langsung dari perusahaan,” ujarnya kepada entrepreneur.com.
Selkoe pun mengubah paradigma bahwa industri pakaian berkembang hanya di kota besar. Dia justru dengan berani mengembangkan industri fashion jalanan dari kota kecil.Dia juga membuktikan bahwa Karmaloop bukan hanya industri yang menjual pakaian, tapi juga menghubungkan pakaian dengan musik dan budaya sebagai satu kesatuan yang saling menguntungkan.
Selain strategi pemasaran yang mengena,kunci sukses Selkoe adalah berpikir positif. Berpikir positif pada kemampuan diri sendiri dan pada konsep yang digagasnya. Dia juga terus berupaya mendekatkan diri ke gaya hidup pelanggan untuk mengetahui roh pasar. “Saya terbiasa naik bus dan tinggal di hotel yang murah ketika keliling Amerika. Bepergian jarak jauh dengan pesawat di kelas ekonomi adalah lumrah agar mengetahui model pakaian jalanan,”ujarnya.
Berdasarkan pengamatan dan pengalamannya, Selkoe menyimpulkan bahwa tren pakaian cenderung mengarah pada dewasa, mementingkan penampilan, warnanya agak sayu,dan lebih menonjolkan desain. “Saya pikir banyak orang yang telah terjebak dengan merek dan telah menjadi ideologi mereka,”paparnya.
Atas prestasinya, Selkoe kerap diundang dalam forum bisnis dan duduk bersama dengan para CEO perusahaan besar seperti Coca Cola, Pepsi,Google,dan masih banyak lainnya.Dia berbicara bahwa pakaian adalah salah satu ikon budaya yang sangat penting.“Topi mantan pemimpin Kuba Fidel Castro yang menjadi tren anak muda adalah salah contoh tren yang menjadi budaya,”paparnya.
Apa yang dinikmati Selkoe saat ini tentu tidak datang begitu saja. Karmaloop yang didirikan pada 1999 sempat melewati fase yang cukup sulit.Awalnya,dia sempat dibilang sebagai orang gila oleh sebagai teman-teman dan masyarakat yang tidak setuju dengan konsep bisnis ritel pakaian yang diusungnya. Saat itu dia meyakinkan bahwa dirinya tidak menjual merek seperti yang ditonjolkan Adidas, Puma, dan Freshjive,tapi menghadirkan merek sendiri.
Selkoe memanfaatkan sebuah ruangan bawah tanah di rumah orang tuanya untuk mendirikan Karmaloop. Begitu lama dia tinggal di rumah bawah tanah,mulai dari membuat kaus, mengirimkan paket ke pelanggan hingga mendesain aksesori. Dia pun mengakui bahwa awalnya tidak mengetahui seluk beluk dunia bisnis. “Saya belajar bisnis sambil menjalankan Karmaloop. Sebelumnya saya tidak memiliki pengalaman bisnis,”katanya. (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/311562/
Komentar