Bob Parsons; Mantan Veteran Perang Vietnam yang Mampu Menjual Domain Tiap Detik


Bob Parsons, 59, membuat gebrakan baru baru ini dengan mengikuti langkah raksasa internet Google yang hengkang dari China. Parsons, CEO sekaligus pendiri Go Daddy, jasa penyedia domain internet, mundur dari China karena campur tangan pemerintah yang berlebihan.
Jelas, apa yang dilakukan Parsons lebih mengutamakan pelanggannya dibandingkan keuntungan semata. Pasalnya, China merupakan pasar yang sangat prospektif di masa mendatang bagi industri internet. Go Daddy sendiri merupakan penyedia domain situs internet terbesar di dunia. Lebih dari 40 juta domain untuk 7,5 juta pelanggan di seluruh dunia dikelola Go Daddy.
Parson mendirikan bisnis penyedia domain pada 1997, tiga tahun setelah dia memulai bisnis penjualan piranti lunak bernama Jomax Technologies. Pada 1999, nama tersebut diganti dengan Go Daddy yang kini meraih pendapatan tahunan mencapai USD350 juta dengan lebih dari 2.500 karyawan yang sebagian besar bekerja di Scottsdale, Arizona, Amerika Serikat.
Dalam filosofi bisnisnya, Parsons mengutamakan harga yang lebih murah, produk yang memiliki banyak fitur dengan dikombinasikan pelayanan kelas tinggi. Menurut dia, dengan produk berharga murah maka perusahaan akan memiliki banyak pelanggan. Tak mengherankan, jika prinsip tersebut dilaksanakan, pertumbuhan Go Daddy makin naik. Bahkan, setiap detik, selalu ada domain internet yang terjual.
Ketertarikan dengan bisnis dan teknologi menjadikan Parsons mendirikan Parsons Technology, sebuah perusahaan piranti lunak. Padahal, latar belakangnya tidak bersentuhan dengan dunia teknologi. Dia mulai bisnis tersebut di ruang bawah tanah rumahnya pada 1984.
Sebelum mendirikan perusahaan tersebut, dia belajar mengenai program komputer secara otodidak. Dia belajar mengenai bahasa pemprograman komputer di rumah dan mempraktekannya sendiri. Beberapa produk piranti lunak yang dibuat Parsons adalah MoneyCounts dan Personal Tax Edge. Ketika itu, dia memilih model penjualan langsung melalui email.
Namun pada 1994, Parsons memilih menjual Parsons Technology kepada Intuit, Inc senilai USD64 juta. Ketika itu, Parsons technology meraih pendapatan kotor tahunan senilai USD100 juta dan tiga juta pelanggan. Saat itu, Parsons Techology mampu menjual 100 produk.
Kenapa dia menjual Parsons Technology? Dia mengaku bahwa bisnis masa depan adalah internet sehingga dia memilih menginvestasikan uangnya untuk mendirikan perusahaan penyedia domain situs internet.
Atas prestasinya dalam mengembangkan Go Daddy, Parsons pernah meraih penghargaan Arizona Business Leadership Award pada 2007. Selain itu, dia juga meraih penghargaan bergengsi Ed Denison Business Leader of the Year pada 2005. Pada 2009, Parsons meraih penghargaan perusahaan terbaik di Arizona. Menurut Practical eCommerce, Go Daddy merupakan pusat belanja online terbaik pada 2009.
Menariknya, Parsons pernah bergabung dengan Marinir AS selama perang Vietnam pada 1968. Ketika bertempur dengan para gerilyawan Vietnam, Parsons justru berpikir mengenai pelajaran-pelajaran tentang kunci sukses dalam bisnis. Padahal, ketika itu nyawanya justru di ujung tanduk.
Kepada CNN, Parsons pernah bercerita ketika bergabung dengan para tentara di skuadrondi provinsi Quang Nam, dirinya tidak mahir menembak dan baru belajar tentang cara berperang. Ketika itu, dia menggantik satu dari empat tentara yang tertembak dalam pertempuran sebelumnya. Setiap hari, dia selalu panik hingga akhir tugasnya di Vietnam. “Ketika itu saya harus bertahan hidup agar bisa mencapai tujuan,” paparnya.
Ketika bertempur, dia pernah terluka dan dirawat selama dua bulan di sebuah rumah sakit Angkatan Laut. Ketika meninggalkan Vietnam, dia pun pecahan peluru masih menempel di kaki dan hatinya. Setelah dari medan perang, dia meninggalkan semua trauma dan tekanan dalam kehidupannya. Salah satu yang dipikirkannya adalah sekolah. Parsons mengikuti kuliah di Universitas Baltimore dan meraih gelar sarjana akuntasi. Atas jasanya, dia pun mendapatkan penghargaan the Combat Action Ribbon, Vietnamese Cross of Gallantry dan a Purple Heart Medal.
Pengalaman menjadi tentara menjadikan Parsons juga menerapkan konsep militer dalam bisnisnya. “Fokus, prioritas, dan berani mengambil resiko adalah prinsip militer yang benar-benar saya terapkan dalam bisnis,” ungkapnya. Dia mengaku 100% kesuksesannya karena dia pernah belajar disiplin militer. “Dari pengalaman militer, saya juga belajar bagaimana menghadapi situasi yang benar-benar bahaya, situasi menakutkan, dan pentingnya bekerja dalam satu tim,” imbuhnya dalam wawancara dengan npost.com.
Kehebatan seorang Parsons adalah kerja keras sejak masa kecil. Parsons mengaku kehidupannya cukup keras dan memang dididik untuk menghadapi situasi sulit oleh keluarganya. “Saya menjual koran, bekerja di pabrik, dan saya selalu menghasilkan uang untuk diri sendiri,” ujarnya.
Atas kerja keras sebagai buruh, dia pun mengaku ketika mengikuti sekolah di kelas 6, tetapi kemampuannya justru kelas 4. Padahal, Parsons tidak lulus ujian untuk masuk ke kelas 5. “Jika saya tidak mengikuti wajib militer, saya tidak lulus sekolah menengah,” paparnya.
Parsons juga selalu mengajak orang untuk berwirausaha. Dalam setiap kesempatan berbagi tips kesuksesan, dia mengajak orang untuk menerap 16 prinsip menuju kesuksesan. Diantaranya adalah keluar dari zona nyaman, jangan pernah menyerah, fokus apa yang akan terjadi, dan selalu bergerak ke depan. “Jangan pernah berhenti berinvestasi, berhenti memacu prestasi, dan berhenti melalukan sesuatu yang terbaik. Jika Anda memilih berenti, itu awal dari sebuah kematian,” paparnya seperti dikutip dari bobparsons.me.
Selanjutnya, Parsons juga mengungkapkan agar cepat mengambil keputusan, perhatikan perkembangan pesain, jangan pernah menganggap bahwa hidup itu adil, selesai masalah Anda sendiri, dan selalu ada alasan untuk tersenyum. “Saya selalu ingat dengan adik saya, ‘kita di sini tidak untuk selamanya, tetapi kita di sini untuk waktu yang tepat,’” tukasnya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford