AS Diduga Akan Gulingkan Komunis Kuba
HAVANA (SI) – Presiden Kuba Raul Castro kemarin menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) ingin menggulingkan pemerintahan komunis Kuba dengan membuat kekacauan.
Tudingan ini timbul dari negara kepulauan itu menyusul penahanan warga Amerika yang mendistribusikan alat komunikasi bagi warga Kuba. ”Pemerintahan Amerika Serikat tidak meninggalkan tujuan utamanya untuk menggulingkan revolusi Kuba,” papar Castro pada Sidang Nasional. ”Musuh benarbenar selalu aktif.Buktinya adalah penahanan seorang warga Amerika pada beberapa hari lalu,” imbuhnya. Castro mengungkapkan pada pekan ini,Kuba telah menyaksikan serangkaian aksi yang dilakukan pemerintahan baru AS. ”Upaya penggulingan pemerintahan Kuba makin bersinar,”paparnya.
Dalam pidatonya,Castro mengungkapkan bahwa pria yang mendistribusikan perlengkapan komunikasi satelit kepada penduduk Kuba iu menunjukkan bahwa pemerintahan Obama menginginkan adanya perubahan rezim. Hebatnya, Washington mengeluarkan dana hingga USD55 juta bagi kelompok warga sipil untuk menggalang dukungan pergantian pemerintahan di Kuba. ”Kenyataannya adalah instrumen bagi kebijakan yang agresif melawan Kuba masih berlangsung. Pemerintah AS tidak menyerah untuk menghancurkan Revolusi dan bercita-cita untuk sebuah perubahan bagi rezim sosial dan ekonomi kita,”imbuhnya.
Castro juga menuding Washington mengorganisasi protes di negeri kepulauan yang dikuasai komunis. Pada pekan lalu,sekitar dua ratus pendukung pemerintah mengepung sekelompok demonstran pada aksi diam untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia. ”Fidel, Fidel,” teriak mereka mengagungkan nama pemimpin Kuba Fidel Castro.Target mereka adalah Las Damas de Blanco atau Women in White, ibu-ibu, saudara perempuan, dan teman-teman yang dipenjara. Bahkan Raul Castro pun memperingatkan para penduduknya pada pidatonya. ”Saya berharap tidak ada lagi provokasi,”pintanya.
Ketika Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS,Castro mengindikasi akan menempuh pendekatan menunggu dan melihat terhadap perkembangan pemerintah baru jika ada perubahan dibandingkan sebelumnya. Melihat tidak adanya perkembangan berarti, Catro mengungkapkan bulan madu telah berakhir. Sementara, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan penahanan warganya di Kuba seminggu lalu.Namun,mereka menolak berkomentar. ”Saya tidak berkomentar lebih detail apa yang dia mungkin atau tidak mungkin lakukan.
Sejujurnya,karena kita tidak ingin menyebabkan adanya insiden yang lebih buruk,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ian Kelly. Pria Amerika yang ditahan itu adalah subkontraktor Development Alternatives Inc (DAI) yang berpusat di Maryland,sebuah organisasi pembangunan ekonomi.Pria yang tidak disebutkan namanya ditangkap otoritas Kuba pada 5 Desember silam ”Pria itu terlibat dalam program USAID yang membantu pemerintah AS mengimplementasikan penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia, kompetisi politik, dan pembangunan konsensus serta untuk memperkuat masyarakat sipil sebagai bentuk dukungan pemerintahan yang lebih demokratis di Kuba,” kata Presiden dan CEO DAI President Jim Boomgard.
DAI mendapatkan kontrak USAID yang disebut Program Perencananan Demokrasi Kuba pada 2008. Kantor pelayanan AS di Havana telah meminta bertemu warga AS yang ditahan. Namun, mereka belum mendapatkan akses. (AFP/Rtr/CNN/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/291896/
Tudingan ini timbul dari negara kepulauan itu menyusul penahanan warga Amerika yang mendistribusikan alat komunikasi bagi warga Kuba. ”Pemerintahan Amerika Serikat tidak meninggalkan tujuan utamanya untuk menggulingkan revolusi Kuba,” papar Castro pada Sidang Nasional. ”Musuh benarbenar selalu aktif.Buktinya adalah penahanan seorang warga Amerika pada beberapa hari lalu,” imbuhnya. Castro mengungkapkan pada pekan ini,Kuba telah menyaksikan serangkaian aksi yang dilakukan pemerintahan baru AS. ”Upaya penggulingan pemerintahan Kuba makin bersinar,”paparnya.
Dalam pidatonya,Castro mengungkapkan bahwa pria yang mendistribusikan perlengkapan komunikasi satelit kepada penduduk Kuba iu menunjukkan bahwa pemerintahan Obama menginginkan adanya perubahan rezim. Hebatnya, Washington mengeluarkan dana hingga USD55 juta bagi kelompok warga sipil untuk menggalang dukungan pergantian pemerintahan di Kuba. ”Kenyataannya adalah instrumen bagi kebijakan yang agresif melawan Kuba masih berlangsung. Pemerintah AS tidak menyerah untuk menghancurkan Revolusi dan bercita-cita untuk sebuah perubahan bagi rezim sosial dan ekonomi kita,”imbuhnya.
Castro juga menuding Washington mengorganisasi protes di negeri kepulauan yang dikuasai komunis. Pada pekan lalu,sekitar dua ratus pendukung pemerintah mengepung sekelompok demonstran pada aksi diam untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia. ”Fidel, Fidel,” teriak mereka mengagungkan nama pemimpin Kuba Fidel Castro.Target mereka adalah Las Damas de Blanco atau Women in White, ibu-ibu, saudara perempuan, dan teman-teman yang dipenjara. Bahkan Raul Castro pun memperingatkan para penduduknya pada pidatonya. ”Saya berharap tidak ada lagi provokasi,”pintanya.
Ketika Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS,Castro mengindikasi akan menempuh pendekatan menunggu dan melihat terhadap perkembangan pemerintah baru jika ada perubahan dibandingkan sebelumnya. Melihat tidak adanya perkembangan berarti, Catro mengungkapkan bulan madu telah berakhir. Sementara, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan penahanan warganya di Kuba seminggu lalu.Namun,mereka menolak berkomentar. ”Saya tidak berkomentar lebih detail apa yang dia mungkin atau tidak mungkin lakukan.
Sejujurnya,karena kita tidak ingin menyebabkan adanya insiden yang lebih buruk,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ian Kelly. Pria Amerika yang ditahan itu adalah subkontraktor Development Alternatives Inc (DAI) yang berpusat di Maryland,sebuah organisasi pembangunan ekonomi.Pria yang tidak disebutkan namanya ditangkap otoritas Kuba pada 5 Desember silam ”Pria itu terlibat dalam program USAID yang membantu pemerintah AS mengimplementasikan penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia, kompetisi politik, dan pembangunan konsensus serta untuk memperkuat masyarakat sipil sebagai bentuk dukungan pemerintahan yang lebih demokratis di Kuba,” kata Presiden dan CEO DAI President Jim Boomgard.
DAI mendapatkan kontrak USAID yang disebut Program Perencananan Demokrasi Kuba pada 2008. Kantor pelayanan AS di Havana telah meminta bertemu warga AS yang ditahan. Namun, mereka belum mendapatkan akses. (AFP/Rtr/CNN/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/291896/
Komentar