KEEPTHEHABITAT, Nirlaba Pertama yang Fokus Lingkungan Hidup

Keepthe Habitat bukan suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tumbuh bak jamur saat dunia mulai peduli pada faktor lingkungan hidup.

KEEPTHEHABITAT muncul bukan sebagai LSM yang fokus pada lingkungan hidup, tapi tumbuh dari awal sebagai perusahaan dengan bisnis utama kehutanan. ”KeeptheHabitat merupakan perusahaan nirlaba pertama di dunia dan di Indonesia yang membangun kemitraan dengan prinsip business to business (b to b).

Dengan prinsip utama saling menguntungkan semua pihak dalam program lingkungan hidup yang kita buat,”ujar Direktur KeeptheHabitat Nigel D Turvey di Jakarta kemarin. Turvey menuturkan, KeeptheHabitat bukanlah LSM lingkungan hidup, melainkan sebuah perusahaan nirlaba yang memang tidak mencari keuntungan.

Dia menuturkan, dengan sistem perusahaan maka semua kontraktor yang ikut dalam program lingkungan akan mendapatkan keuntungan. Dengan model perusahaan, sistem pengawasan dan kontinuitas program yang dijalankan akan mendapatkan jaminan.

KeeptheHabitat yang didirikan Turvey, diilhami keprihatinan atas banyaknya program lingkungan yang didanai besar-besaran, tapi tidak menghasilkan sesuatu yang berarti.Turvey mengeluhkan banyak program lingkungan yang seharusnya dikerjakan secara profesional, bermanfaat bagi semua pihak,dan memberikan dampak nyata ternyata dikerjakan dengan asal-asalan.

”Karena itu semua, saya ingin mendirikan KeeptheHabitat sebagai perusahaan nirlaba, bukan sebagai LSM,” papar pakar kehutanan dari Universitas Melbourne,Australia, tersebut. Program pertama KeeptheHabitat di Indonesia berada di Mamuju, Sulawesi Barat, yang melibatkan lahan seluas 30.000 hektare yang sudah berlangsung dua tahun lalu. Namun, peluncuran program itu akan dilaksanakan pada Jumat (29/8).

Turvey mengatakan,proyek yang diberi nama Mamuju Habitat itu menghabiskan dana sekitar Rp60 miliar per tahun selama proyek itu berjalan 15 tahun. KeeptheHabitat bekerja sama dengan Inhutani I yang memiliki hak pengelolaan hutan (HPH) di hutan Mamuju. Pria yang telah 35 tahun mengabdikan diri di bidang kehutanan itu menuturkan, dana itu nantinya diperuntukkan untuk merehabilitasi dan melestarikan hutan tropis di Mamuju.

Pemberdayaan masyarakat lokal itu dilakukan dengan memberikan pekerjaan dan program pembangunan di sekitar wilayah Mamuju. Dana senilai Rp60 miliar itu diperoleh dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan- perusahaan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang memberikan bantuan itu dapat memantau langsung melalui satelit mengenai perkembang-an program itu. KeeptheHabitat juga akan memasang kamera yang dapat diakses langsung para donor.

”Kita pastikan donor benar-benar mendapat realisasinya dari dana yang diberikan kepada kita,”paparnya. Model kerja Keepthe- Habitat sekilas seperti perusahaan di Eropa yang menjual surat karbon kepada industri besar sebagai bentuk CSR.Perbedaannya, KeeptheHabitat melakukan itu dengan sistem sukarela atau tidak berorientasi pada keuntungan.

”Hal itu kita lakukan karena belum ada aturan khusus mengenai jual beli karbon di Indonesia,” ujar Turvey.Dia menyatakan tidak ingin menunggu pemerintah membuat undang-undang. (andika hendra mustaqim)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/international/nirlaba-pertama-yang-fokus-lingkungan-2.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford